Minggu, 29 Juni 2008

Nur Jahan: The Queen of Mughal

Nur Jahan: The Queen of Mughal (The Feast of Roses)
Indu Sundaresan @ 2002
Hikmah, Cet, I - Mei 2008
684 Hal.

Setelah 17 tahun, mimpinya jadi kenyataan, Mehrunnisa menjadi istri Sultan Jahangir ke dua puluh dan yang terakhir. Pernikahan ini benar-benar berdasarkan cinta, tidak dicampuri oleh urusan politik. Karena tidak ada darah ningrat dalam diri Mehrunnisa yang akan membawa keuntungan bagi Kesultanan Mughal.

Tapi, ternyata hal ini tidaklah cukup bagi Mehrunnisa, yang kemudian diberi gelar Nur Jahan – Cahaya Dunia – oleh Sultan Jahangir. Ambisi masa kecilnya untuk menjadi seorang ratu, berkembang menjadi ambisi untuk menguasai kedudukan yang lebih tinggi sejauh yang diperkenankan sang Sultan. Nur Jahan ingin menjadi wanita nomer satu di dalam zenana, yang berarti menggeser kedudukan Ratu Jagat Gosini sebagai Padshah Begam.

Nur Jahan juga ingin mempunyai peranan dalam urusan pemerintahan. Ia ingin menguasai Sultan Jahangir. Dan, Sultan Jahangir pun menjadi seolah ‘boneka’ yang memainkan peran atas keinginan Nur Jahan. Demi mempertahankan kedudukannya, Nur Jahan merangkul Ghias Beg, ayahnya, lalu Abul, kakak laki-lakinya dan Pangeran Khurram yang bertunangan dengan Arjumand, keponakan Nur Jahan. Nur Jahan ikut serta dalam pengambilan keputusan tentang kedatangan Inggris dan Portugis di India.

Banyak pihak-pihak yang tidak rela Sultan mereka ‘diperintah’ oleh sang Ratu. Kala itu, amatlah tabu seorang perempuan berperan secara langsung dalam pemerintahan. Tapi, seolah buta dan tuli, Sultan Jahangir tak peduli dengan protes dan meluluskan semua permintaan Nur Jahan demi rasa cintanya.

Ketamakan Nur Jahan malah menghasilkan kekacauan yang akhirnya malah membuatnya jatuh. Tak puas sudah berhasil menikahkan Pangeran Khuram dengan Arjumand, Nur Jahan malah meminta Pangeran Khuram untuk menikah lagi dengan putri semata wayangnya, Ladli. Permintaan itu ditolak Pangeran Khurma. Nur Jahan berang, dan meminta kepada Sultan Jahangir untuk mencoret nama Pangeran Khuram sebagai penerus takhta berikutnya.

Di antara empat putra Sultan Jahangir, hanyalah Pangeran Khuram yang memiliki potensi sebagai Sultan berikutnya. Pangeran Khusrau, setelah pemberontakan merebut mahkota dari ayahnya sendiri, telah dibutakan oleh Sultan Jahangir, dan dikabarkan menjadi setengah gila. Lalu Pangeran Parviz, kerjanya hanya mabuk-mabukan dan sama sekali tidak bisa diandalkan. Terakhir, ada Pangeran Shahryar yang tidak peduli terhadap pemerintahan, selama ia bisa puas bermain-main dengan para dayang-dayangnya.

Pemberontakan demi pemberontakan datang mengancam Kesultanan Mughal. Kesehatan Sultan Jahangir mulai menurun akibat asma yang dideritanya. JuntaI yang dibentuk Nur Jahan pun pecah. Pangeran Khuram memilih untuk memberontak, menghalalkan segala cara, termasuk membunuh saudaranya sendiri, demi mengamankan posisinya sebagai pewaris mahkota berikutnya.

Andai saja, Nur Jahan sedikit lebih sabar, ‘kudeta’ tak disengaja tidak akan terjadi. Tapi, akhirnya, Nur Jahan hidup dalam pengasingan. Namanya pelan-pelan memudar. Dibanding keponakannya, Arjumand yang hanya berperan sebagai ratu selama empat tahun, nama Nur Jahan seolah lewat saja dalam sejarah India. Tapi, tidak ada, ratu yang memiliki koin yang tercetak atas namanya selain Nur Jahan. Paling tidak, Nur Jahan sudah berhasil menancapkan kukunya dalam pemerintahan selama 17 tahun sebagai Ratu Mughal.

Buku kedua ini, sekuel dari Mehrunnisa: The Twentieth Wife, lebih banyak bercerita tentang sepak terjang Mehrunnisa dalam kancah politik. Meskipun dimodifikasi sana-sini, cerita dalam buku ini menggambarkan sejarah India yang ternyata ‘penuh darah’. Bener-bener menunjukkan kalau Mehrunnisa adalah perempuan yang ambisius, keras, terkadang licik.
Read more »

Minggu, 22 Juni 2008

Lolita

Judul : Lolita
Penulis : Vladimir Nabokov
Penerjemah : Anton Kurnia
Penerbit : PT. Serambi Ilmu Semesta
Cetakan : I, Maret 2008
Tebal : 529 hal

Novel Lolita adalah mahakarya Vladimir Nobakov (1899-1977), penulis kelahiran Rusia yang kemudian menetap di Amerika Serikat. Walau kini Lolita telah diakui sebagai salah satu karya sastra klasik dunia, novel ini sempat dilarang beredar dan ditolak oleh beberapa penerbit Amerika karena tema dan isinya dianggap tidak senonoh dan melanggar standar moral masyarakat pada zaman itu

Novel ini akhirnya diterbitkan untuk pertama kalinya dalam bahasa Perancis oleh Olympia Perss, 15 Sept 1955, penerbit Perancis yang biasa menerbitkan buku-buku serius dan beberapa buku ‘dewasa’. Seketika itu pula novel ini menjadi best seller dan laris terjual 5000 kopi. Langsung saja novel ini menuai kontroversi, akibatnya pada Desember 1956 pemerintah Perancis melarang peredaran novel ini selama hampir dua tahun lamanya.

Selang dua tahun setelah edisi pertamanya terbit di Perancis, pada 1958 Lolita diterbitkan di Amerika oleh penerbit G.P. Putnam's Sons. Sama seperti di Perancis, novel ini langsung menjadi best seller dan terjual 100.000 kopi pada tingga minggu pertama setelah diterbitkan.



Cover Lolita cetakan pertama
Olympia Perss, Sept 1955





Apa sebenarnya yang ditulis oleh Nobakov dalam novelnya ini? Novel Lolita yang diyakini mengandung elemen-elemen autobiografis Nobakov ini merupakan memoar seorang profesor bernama Humbert Humbert yang menuliskan petualangan cintanya bersama Lolita. Dalam bab pendahulaun dikisiahkan pada saat memornya diterbitkan, Humbert tewas dalam tahanan akibat penyakit jantung pada 1952. Memoar yang diberi judul “Lolita, ATAU Pengakuan Seorang Duda” ini akhirnya sampai ke tangan seorang editor yang kemudian menerbitkannya dengan judul Lolita. Dari memoar inilah cerita dalam novel ini bergulir.

Humbert Humbert adalah seorang terdidik yang lahir di Paris. Seperti umumnya pria remaja, gairah remajanya dilewatinya dengan menjalin cinta monyet dengan Annabel Leigh. Malangnya cintanya pada Annabel kandas karena kekasihnya meninggal akibat penyakit tipus. Menurut pengakuan Humbert kisah cintanya dengan Annabel inilah yang membuat dirinya mulai tertarik secara seksual kepada gadis-gadis kecil berusia 9 sampai 14 tahun yang disebutnya sebagai ‘peri asmara’ (nymphet).

Ketika beranjak dewasa gairahnya pada para peri asmara terus membuncah. Untuk menekan gairahnya ganjilnya ini Humbert akhirnya menikah dengan Vallerie gadis sepantarannya yang menurutnya memiliki gaya dan pesona seorang gadis kecil. Namun rumah tangganya ini tak berlangsung lama, Vallerie menghianatinya dan akhirnya merekapun bercerai.

Setelah bercerai, Humbert memutuskan berkelana ke Amerika. Jalan hidupnya menempatkan dirinya tinggal dalam sebuah pondokan di Ramsdale, New England. Di tempat inilah Humbert terkesiap melihat sosok Lolita, gadis berusia 12 tahun yang merupakan putri Charlote si pemilik pondokan. Humbert yang saat itu berusia tigapuluhan tak kuasa menahan gejolak asmara dan berahinya melihat Dolorez Haze atau Lolita, gadis kecil yang jelas merupakan ‘peri asmara’ baginya.

Demi mendapatkan cinta dan tubuh Lolita, Humbert rela menikahi Charlote, ibu gadis itu. Sempat terbesit niat jahatnya untuk membunuh Charlote. Namun keberuntungan seolah berpihak padanya. Charlote tewas dalam sebuah kecelakaan. Tanpa banyak menunggu, Lolita yang saat itu sedang mengikuti perkemahan bersama sekolahnya dijemput oleh Humbert dan dibawanya mengelilingi Amerika Serikat. Dan dimulailah petualangan cinta terlarang antara ayah dengan anak tirinya.


Salah satu adegan film Lolita ketika Humbert bersama Lolita melakukan perjalanannya keliling Amerika

Lolita, Directed by Stanley Kubrick, 1962


Novel ini menjadi menarik selain karena tema cinta terlarang antara ayah dan anak tirinya, Nabokov juga dengan deskriptif melukiskan nuansa psikologis tokoh-tokohnya dengan disertai penokohan yang kuat . Humbert yang berkepribadian rumit dan Lolita seorang pecinta kebebasan namun terkadang misterius. Dengan piawai Nabokov menggiring pembacanya untuk memahami kekuatan cinta seorang Humbert terhadap Lolita. Bagaimana keragu-raguannya ketika pertama kali berniat menyentuh tubuh anak tirinya, dan bagaimana Lolita melakukan tarik ulur dalam merespon cinta ayah tirinya.

Emosi pembaca akan dibawa pada rasa kasihan dan geram terhadap Humbert dan Lolita. Kasihan karena sesungguhnya Humbert adalah pribadi yang kesepian yang membutuhkan cinta. Geram karena gairahnya yang menggebu-gebu terhadap Lolita, kadang Humbert tak mempedulikan Lolita yang sedang sakit dengan tetap mencumbunya.

Bagi sebagian pembaca mungkin akan menganggap novel ini bukan novel yang cair dan mudah dimengerti karena Nabokov banyak mengeksplorasi kondisi kejiwaan dan lamunan-lamunan Humbert. Selain itu novel ini juga banyak menggunakan simbol-simbol yang baru akan dimengerti oleh pembacanya setelah melahap habis novel ini hingga lembar terakhir. Namun bagi sebagian pembaca lainnya justru hal-hal itulah yang membuat novel ini mengasyikan untuk dibaca hingga tuntas.

Meskipun bukan novel yang mudah dicerna, novel ini sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Agar dapat menikmati novel ini ada baiknya kita membacanya lebih ke pendekatan psikologis dibanding naratif sehingga kita bisa menikmati dan memahami gejolak jiwa Humbert yang sakit.

Menurut penerjemah novel ini, Anton Kurnia, yang dikenal sebagai cerpenis sekaligus penerjemah karya-karya sastra dunia. Nabokov memang menulis novelnya ini dengan menggunakan kalimat yang panjang-panjang dan sebagai besar berisi lamunan Humbert yang sakit jiwanya. Untuk itu Anton tak jarang harus memotong satu kalimat panjang dalam novel ini menjadi dua atau bahkan tiga kalimat agar lebih mudah dan tidak capek membacanya.

Hal itulah yang membuat Anton harus berjerih lelah untuk menghadirkan terjemahan yang baik. Menurut pengakuannya untuk menerjemahkan novel yang dalam edisi bahasa Inggrisnya setebal 300-an halaman ini, ia memerlukan waktu satu tahun hingga novel tersebut siap dicetak. “Ini terjemahan paling sulit dan paling lama yg saya tangani,: ini lebih berat dari les miserables (Victor Hugo)”, ungkap Anton. Namun walau sulit, Anton justru menikmati proses penerjemahannya ini, “Saya suka Lolita jadi saya ikuti terus liku-likunya”, imbuhnya.

Walau novel ini sempat menuai kontroversi tapi saya sendiri tak melihat ada sesuatu yang berlebihan dalam novel ini. Selain temanya yang tak lazim dalam standar moral masyarakat pada umumnya, rasanya tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Deskripsi pelampiasan gairah Humbert terhadap Lolita saya pikir masih dalam batas-batas keindahan sastrawi, masih kalah dengan beberapa novel-novel lokal yang terkesan lebih berani dalam mengurai adegan percintaan.

Yang pasti novel yang kini telah menjadi salah satu karya sastra klasik dunia, pada masanya pernah menjadi buku laris selama puluhan tahun. Karena kepopulerannya, Lolita sempat dua kali diangkat ke layer lebar (1962 & 1997). Berbagai pujian dianugerahkan kepada novel ini. BBC mendapuk Lolita sebagai novel terbaik sepanjang masa, Majalah Times menyatakan bahwa Lolita adalah salah satu diantara tiga novel paling berpengaruh di dunia.

Modern Library yang beranggotakan sejumlah pengarang, kritisi sastra dan itelektual ternama pada tahun 1998 melakukan pemilihan 100 novel terbaik abad ke dua puluh yang ditulis dalam bahasa Inggris. Pemilihan ini disusun berdasarkan peringkat. Lolita masuk dalam peringkat keempat dibawah Ullyses (James Joysce), The Great Gastsby (F.Scott Fizgerald), dan A Portrait Of The Artist As a Young Man (James Joyce).


Jadi tak ada alasan lagi untuk tidak membaca novel ini. Salut untuk Serambi yang telah menerjemahkan novel ini. Walau novel ini terlambat diterjemahkan lebih dari 50 tahun, namun tak ada kata terlambat untuk membaca sebuah karya sastra klasik dunia. Dan lagi apa yang diangkat oleh Nabokov dalam novel ini tampak masih relevan untuk masa kini. Jika kita mau menengok sekeliling kita, ada banyak Humbert-Humbert disekeliling kita baik yang secara terus terang maupun sembunyi-sembunyi.

Dan yang pasti seperti yang ditulis dalam novel ini ; “Lolita seharusnya membuat kita semua para orangtua, pekerja sosial, pendidik – meningkatkan wawasan dan kewaspadaan dalam menunaikan tugas membesarkan gernerai yang lebih baik dalam sebuah dunia yang lebih aman.” (hal 11)


@h_tanzil
Read more »

Selasa, 10 Juni 2008

Apartemen Yacoubian: Kecamuk Cinta di Bumi Seribu Menara

Apartemen Yacoubian: Kecamuk Cinta di Bumi Seribu Menara
(‘Imarat Ya’qubyan)

Alaa Al Aswany @ 2002
Anis Masduki (Terj.)
Serambi – April 2008
358 Hal.

Pada tahun 1934, seorang hartawan asal Armenia bernama Hagop Yacoubian, mendirikan sebuah apartemen yang berlokasi di Jalan Sulaiman Pasha, Mesir. Apartemen ini kemudian diberi nama yang sama dengan nama pemiliknya. Apartemen Yacoubian mempunyai arsitektur bergaya Eropa klasik. Pada awalnya, penghuni apartemen ini adalah orang-orang penting, berasal dari kalangan bangsawan, pejabat pemerintahan dan para pengusaha asing. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, berbagai kejadian – revolusi di Mesir, meninggalnya si pemilik – turut merubah ‘penghuni’ dari apartemen itu.

Di masa sekarang, penghuni apartemen itu berasal dari berbagai kalangan dengan berbagai latar belakang yang unik. Ada yang kaya, ada yang miskin, ada pemuda jujur, bahkan orang-orang yang licik. Bagian-bagian apartemen itu pun ada yang dialihfungsikan. Misalnya, di bagian atap bangunan itu ada kamar-kamar besi yang awalnya adalah ruang penyimpanan barang-barang dari penghuni apartemen itu. Namun, kepimilikan yang terus berganti, membuat fungsi kamar besi pun berubah menjadi ‘rumah tinggal’ bagi masyarakat kelas bawah.

Novel ini pun berkisah tentang liku-liku kehidupan para penghuni apartemen yang sebagian besar ‘bernuansa’ suram. Sebut saja, Zaki Bey. Ia bukan penghuni tetap apartemen ini, tapi, ia mempunyai kantor di gedung ini yang merupakan warisan ayahnya. Zaki Bey, seorang laki-laki tua yang masih melajang tapi gemar main perempuan. Setiap orang yang kenal dengannya, sering minta pendapat Zaki Bey untuk menaklukan perempuan.

Lain lagi, dengan Haji Muhammad Azzam, yang mempunyai kios toko pakaian di apartemen ini, menggunakan salah satu kamar untuk ‘menyembunyikan’ istri simpanannya, Suad, perempuan Mesir asal Aleksandria yang menikahinya karena alasan uang. Diceritakan juga bagaimana sepak terjang Haji Azzam untuk masuk ke dunia politik dengan cara yang licik.

Itu belum seberapa dengan Hatim, redaktur koran yang menjadikan kamar apartemennya untuk melakukan sebuah hubungan terlarang dengan tentara miskin bernama Abduh. Meski Abduh sudah punya istri dan anak, tapi toh tidak menghalangi mereka terus menjalani hubungan sesama jenis.

Sementara itu, kisah di bagian atap bangunan ini juga tak kalah rumit. Adalah Thaha, seorang pemuda yang idealis. Ia kerap dijadikan bahan olok-olok anak-anak di gedung itu hanya karena ia adalah anak seorang bawwah – seorang pembantu. Ia berusaha membangkitkan rasa percaya dirinya dengan bercita-cita menjadi seorang polisi, agar orang-orang tidak lagi memandangnya sebelah mata. Tapi, justru cita-cita itulah, yang membuatnya kecewa dan berganti haluan. Ketika ia melanjutkan kuliahnya, Thaha bergabung dengan sebuah kelompok Muslim yang radikal. Tapi, malang, hal ini malah membuatnya mengalami sebuah trauma yang membuat harga dirinya jatuh.

Sementara itu, kekasih Thaha, Busainah, pun mulia berubah sejak ayahnya meninggal. Ia diharapkan menjadi tulang punggung keluarganya. Kecantikannya membuat ia mudah memperoleh pekerjaan, tapi tertanya itu pun harus dibayar dengan mengorbankan harga dirinya.

Buku ini terbagi dalam dua bagian. Bagian pertama adalah pengenalan tokoh-tokoh. Masa lalu mereka dan bagaimana mereka sampai di titik kehidupan saat ini. Hampir tidak ada percakapan dalam bagian pertama ini. Nyaris membuat gue berhenti membaca buku ini. Ya… tau deh.. gue paling males baca buku yang minim percakapan… Tapi, pelan-pelan diikuti, ternyata buku ini mengasyikan juga. Konflik setiap tokoh bikin buku ini jadi menarik.

Lalu, masuk ke bagian kedua, mulailah tampak bagaimana beberapa tokoh akhirnya berhubungan, atau malah ‘lepas’ sama sekali dari lingkungan Apartemen Yacoubian.

Setiap tokoh diberi porsi yang pas untuk mulai dan mengakhiri kisah mereka. Ada yang tragis banget… ada yang romantis…
Read more »

Minggu, 08 Juni 2008

Perjalanan Ajaib

No.
Judul : Chicken Soupr for The Soul – Perjalanan Ajaib
Genre : Graphic Novel / Komik
Gambar oleh : Kim Donghwa
Penerjemah : Prasasti Budiyanto
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : 2008
Tebal : 145 hal

Buku seri Chicken Soup for The Soul seakan tak pernah ada matinya. Sudah lebih dari 10 tahun ketika Jack Canfield dan Mark Victor Hansen mengumpulkan kisah-kisah nyata yang inspiratif dan menyentuh hati yang kemudian dirangkai dalam sebuah buku bertajuk Chicken Soup for The Soul. Setelah buku pertamanya sukses dipasaran, buku ini seolah tak dapat dibendung lagi. Jack Canfield & Victor Hansen melanjutkan proyeknya, hasilnya berpuluh-puluh tema buku dibawah judul Chicken Soup for The Soul terus diterbitkan dan diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia termasuk di Indonesia hingga kini.

Selain terus munculnya judul-judul baru, seri Chicken Soup juga telah diadaptasi kedalam novel grafis (komik) oleh komikus Korea, Kim Donghwa. Tahun 2006 terjemahan dua buah komik adaptasi Chicken Soup yang bertajuk “Hadiah Terindah” dan “Pelajaran Berharga” diterbitkan oleh Gramedia. Kabarnya komik ini laris manis di pasaran sehingga kini terbit pula komik ketiga Chicken Soup dengan judul Perjalanan Ajaib (2008) yang diadaptasi dari A 2 nd Helping of Chicken Soup fot The Soul & A 3 rd Serving of Chicken Soup for The Soul.

Perjalanan Ajaib yang dijadikan judul novel grafis ini merupakan kisah seorang editor yang dalam sebuah kunjungannya ke sebuah desa terpencil menemukan sebuah toko buku bekas. Secara tak diduga di toko buku tersebut ia menemukan sebuah buku kesayangannya yang dulu pernah diloakkan ke penjual buku bekas.

Ia merasa seperti bertemu dengan teman masa kecil secara tak terduga. Terbesit keinginan untuk membelinya kembali, tapi ia kemudian menyadari bahwa buku tersebut mungkin telah berganti pemilik beberapa kali, dan kisah dalam buku itu telah menyentuh beberapa pembacanya. Jika ia membeli kembali buku itu, maka perjalanan buku tersebut akan terhenti. Jadi ia membiarkan buku tersebut melanjutkan perjalanan untuk menyentuh hati pembaca-pembaca lainnya

Selain itu ada pula kisah berjudul Pelajaran dari Angsa, dimana dikisahkan perilaku rombongan angsa yang terbang untuk berpindah tempat karena perubahan musim. Dalam perjalanannya jika ada seekor angsa sakit dan tak bisa terbang, maka dua ekor angsa lainnya akan mendampingi angsa yang sakit itu, melindungi dan menolongnya mendarat di tanah sampai angsa itu dapat terbang lagi. Jika angsa yang sakit itu sekarat, dua angsa itu akan menunggu dan baru akan bergabung dengan kawanan angsa lainnya jika angsa yang sakit itu mati.

Masih banyak kisah-kisah menarik lainnya tentang kebaikan dan ketegaran hati yang menghiasi halaman-halaman buku ini. Tak perlu banyak komentar akan buku ini. Yang pasti selain ketigabelas kisah-kisahnya yang menyentuh dan isnspiratif, mata pembaca juga akan dimanjakan dengan sapuan warna dan gambar Kim Donghwa yang sangat indah.

Karena bentuknya komik berwarna dan digambar dengan gaya komik-komik jepang atau korea pada umumnya, serta cover yang samangat menarik, tak heran buku ini akan menarik perhatian anak-anak untuk membacanya. Kisah-kisahnya pendek-pendek, untuk satu kisah hanya diperlukan 5-12 halaman dengan panel-panel gambar yang dinamis dan teks-teks dalam balon percakapan yang tidak terlalu panjang, karenanya bukan mustahil anak-anakpun bisa memahaminya.

Yang pasti, komik Chicken Soup for The Soul – Perjalanan Ajaib ini dipilih oleh anak saya Sherine (7 tahun) ketika ia diajak ke toko buku. Ternyata dia bisa menikmati buku yang dipilihnya ini. Memang ada kisah-kisah yang tidak dimengerti maknanya, jika demikian tentunya saya akan membantunya untuk memahami buku ini.

Karenanya tak berlebihan jika komik Chicken Soup ini bisa kita jadikan sebagai bacaan yang membangun jiwa bagi anak-anak kita. Seperti Sherine tentunya tak semua kisah bisa dipahaminya, namun tugas kitalah sebagai orang tua untuk membimbingnya dalam memahami apa makna dibalik kisah-kisah yang menyentuh dan inspiratif ini.

@h_tanzil
Read more »

Minggu, 01 Juni 2008

Chronicles of Narnia : #4 Pangeran Caspian

Judul : Chronicles of Narnia : #4 Pangeran Caspian
Penulis : C.S. Lewis
Penerjemah : Donna Widjajanto
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, cet-I 2005
Tebal : 280 hal ; ilustrasi ; 18 cm
ISBN : 979-22-1641-3

Peter, Susan, Edmund & Lucy baru saja menyelesaikan liburan sekolah mereka. Keempat anak itu sedang duduk di stasiun kereta api dengan koper-koper dan kotak mainan tertumpuk disekeliling mereka. Mereka hendak menuju kembali ke sekolah.

Tiba-tiba sesuatu yang tak nampak menarik keempat anak itu dengan kuat. Lalu koper-koper, bangku, peron, dan stasiun menghilang dan tiba-tiba keempat anak itu menemukan diri mereka berada di tengah hutan lebat. Mereka tersedot kedalam dunia Narnia!

Waktu Narnia dan dunia tidaklah sama, sejak kunjungan pertama mereka ke Narnia (The Lion, the Wtich, and the Wardrobe – Gramedia,2005), waktu di Inggris baru berlalu satu tahun, namun di Narnia waktu telah berlalu beberapa ratus tahun lamanya.

Kini Narnia diperintah oleh Raja Miraz yang kejam. Miraz menjadi raja setelah membunuh Raja Caspian IX, putranya Caspian X diasuh oleh Raja Miraz dan Ratu Prunaprisma yang saat itu belum memiliki anak. Dari inang pengasuhnya, Pangeran Caspian mendengar kisah-kisah Narnia kuno yang sebenarnya dilarang diceritakan oleh Miraz. Raja Miraz khawatir kisah masa lalu Narnia akan mengungkap kejayaan Narnia masa lampau yang diperintah oleh dinasti Caspian sehingga membangkitkan semangat pangeran Caspian untuk mengembalikan dinasti keluarganya sebagai raja Narnia

Walau inang pengasuh sudah dipecat oleh Raja Miraz, pangeran Caspian dapat tetap mendengar kisah-kisah kejayaan masa lampau Narnia dibawah dianasti Caspian melalui gurunya Dr. Cornelius.

Ratu Prunaprisma akhirnya melahirkan seorang anak. Kini Raja Miraz memiliki putera mahkota. Timbulah niat jahat Miraz untuk membunuh Pangeran Caspian. Mencium gelagat itu Dr. Cornelius membantu Pangeran Caspian untuk melarikan diri dengan membekalinya dengan sekantung emas dan sebuah terompet ajaib yang bisa digunakan jika Pangeran Caspian berada dalam bahaya besar.

Dalam pelariannya Pangeran Caspian bertemu dengan penghuni asli Narnia yang terdiri dari hewan yang bisa berbicara, faun, drawft, dan lain-lain. Beberapa mahluk mencurigainya namun sebagian besar mendukungnya dan mereka bersiap merebut kerajaan Narnia dari tahta Miraz yang lalim.

Untuk menangkap Pangeran Caspian, Raja Miraz mengerahkan pasukan untuk mengejarnya. Peperangan antar pasukan Miraz dan pendukung Pangeran Caspian tak terhindarkan. Tak cukup kuat menahan gempuran pasukan Miraz, dalam keadaan terdesak Pangeran Caspian segera meniup terompet ajaibnya. Oleh tiupan terompet itulah keempat anak Pevensie (Peter, Susan, Edmund, Lucy) yang pernah menjadi Raja Narnia dimasa lampau tersedot kembali ke Narnia.

Peter, dan ketiga saudaranya lambat laun mengerti mengapa mereka kembali ke Narnia. Bersama Aslan, sang singa agung, dan penduduk asli Narnia, keempat bersaudara ini membantu Pangeran Caspian bertempur melawan pasukan Raja Miraz dan mengembalikan kejayaan Narnia yang pernah diperintah oleh Dinasti Caspian.





Prince Caspian (first edition, 1951)
Publisher : Geoffrey Bles








Buku Pangeran Caspian merupakan buku keempat dari tujuh buku dalam seri The Chronicles of Narnia karya CS. Lewis, terbit pertama kali pada tahun 1951, tepat setahun setelah The Lion, the Witch, and The Wardrobe (1950) terbit. Jadi walau secara kronologis cerita buku ini merupakan buku keempat dari seri Narnia namun dilihat dari urutan terbitnya buku ini merupakan buku kedua dari seri Narnia yang ditulis CS. Lewis.

Sama seperti judul-judul lainnya dalam seri The Chronicles of Narnia , kisah Pangeran Caspian ini menyuguhkan peristiwa-peristiwa menakjubkan yang terjadi di negeri Narnia lengkap dengan hewan-hewan yang bisa berbicara, peristiwa-peristiwa ajaib dan kisah petualangan yang menggairahkan pembacanya.

Kepiawaian Lewis dalam menyuguhkan cerita yang mendidik namun menakjubkan inilah yang menyebabkan setiap judul dari seri The Chronicles of Narnia senantiasa menjadi kisah yang menyenangkan dibaca bagi para anak-anak remaja namun tetap memikat bagi pembaca di segala usia.

Menyusul suksesnya pembuatan film The Chronicles of Narnia : The Lion, the Witch, and The Wardrobe (2005), Walden Media telah membuat sekuel dari filmnya ini (The Chronicles of Narnia : Princes Caspian, 2007) dan kini sedang diputar di bioskop-bioskop dunia termasuk Indonesia. Sebelumnya, pada tahun 1989 BBC juga pernah membuat film Princes Caspian dalam bentuk mini seri.

@h_tanzil
Read more »