Jumat, 24 Juli 2009

Tintin dan Picaros

Judul : Tintin dan Picaros
Penulis : Herge
Penerjemah : Anastasia Mustika W
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Februari 2009
Tebal : 62 hlm

Dalam petualangan Tintin kali ini dikisahkan bahwa sahabatnya, Bianca Castafiore dan detektif kembar Dupont dan Dupon ditawan oleh Jenderal Tapioka saat mereka melakukan tur pertunjukan di San Theodoros Amerika Selatan. Mereka dimasukkan dalam penjara atas tuduhan ingin melakukan makar terhadap pemerintahan yang sah.

Mendengar hal tersebut, Kapten Handdock berencana menyelamatkan Castariofe, awalnya Tintin menolak ikut berangkat karena curiga bahwa ini adalah sebuah jebakan dari pemerintahan Jenderal Tapioka yang dalam pengumuman resminya menyebut nama Tintin dan kawan-kawannya sebagai kelompok yang berkerjasama dengan Jenderal Alcazar untuk menggulingkan pemerintahan Jenderal Tapioka.

Setelah Kapten Haddcok dan Prof. Lakmus berangkat, tak lama kemudian Tintin pun pergi menyusul ke San Theodoros. Awalnya mereka mendapat sambutan hangat dari Jenderal Tapioka, mereka disediakan rumah yang nyaman namun akhirnya mereka sadar bahwa rumah itu adalah penjara bagi mereka. Untunglah ketika mereka berkunjung ke sebuah Piramid mereka berhasil meloloskan diri ke hutan dan saat itulah Tintin dan kawan-kawannya bertemu dengan Jenderal Alcatraz yang bersama pasukan Picarosnya sedang bersembunyi dan menyusun kekuatan untuk menyerang Jenderal Tapioka.

Setelah lolos dari kejaran tentara Tapioka, Tintin dan Alcatraz berencana untuk membebaskan Castafiore dan sekaligus menggulingkan pemerintahan diktator Jenderal Tapioka. Sayangnya pasukan Picaros yang dikomandoi oleh Jenderal Alcatraz secara mental dan disiplin telah dirusak oleh minuman berarkohol yang sengaja dipasok oleh Jenderal Tapioka untuk menghancurkan pasukan Picaros.

Banyak orang beranggapan bahwa dalam Tintin dan Picaros negara San Theodoros adalah sebuah versi satire dari sebuah negara di Amerika Selatan yang berada dibawah kekuasaan militer dimana kudeta militer terjadi silih berganti . Kerapnya revolusi yang terjadi di negara tersebut membuat eksekusi massal dengan hukuman tembak setelah sebuah revolusi adalah sebuah tradisi.

Herge dengan jeli memasukkan tradisi tersebut dalam karyanya kali ini. Dan sikap Herge dalam tradisi miltier ini terwakili dengan jelas oleh sikap dan pandangan Tintin. Ketika Acazar berencana untuk menembak mati Jenderal Tapioka jika pasukannya berhasil menggulingkan pemerintan Tapioka. Tintin segera menolak rencana itu, untungnya ia memiliki posisi tawar yang baik dimana ia berjanji akan menyembuhkan kebiasaan pasukan Picaros dari mabuk-mabukan menjadi pasukan yang disiplin asal Alcazar berjanji untuk tidak menembak mati Jenderal Tapioka jika mereka berhasil menggulingkannya.

Alcazar tak punya pilihan dan menyetujuinya karena ia sendiri menyadari tak mungkin memimpin pasukannya ke San Theodoros jika pasukannya masih dalam keadaan mabuk-mabukan seperti saat ini. Tintin sendiri berani menjanjikan hal itu karena Prof. Lakmus telah menemukan pil yang dapat membuat seseorang tak lagi menyukai minuman berarkohol. Dengan demikian Tintin berhasil mendobrak tradisi militer yang telah mendarah daging di kalangan militer San Theodoros.

Dalam buku ini Herge juga melakukan kritik sosial yang tajam, antara lain gambaran keadaan rakyat selama diperintah Jenderal Tapioka dan setelah Jenderal Alcazar merebut kekuasaan. Jika kita mencermati panel gambar di halaman 11 dan halaman 62 akan terlihat jelas bahwa siapapun yang memimpin Negara tersebut, keadaan rakyat San Theodoros yang miskin tetap tidak berubah. Hal ini menyiratkan bahwa penguasa boleh berganti namun jika pergantian rezim dimaksudkan hanya untuk meraih jabatan dan kekuasaan semata, maka rakyat tetap saja menderita.













Petualangan Tintin dan Picaros merupakan kisah petualangan Tintin terakhir yang sempat dirampungkan Herge sebelum ia wafat. Penulisan seri terakhir ini mungkin merupakan hal yang berat bagi Herge karena saat itu kesehatannya semakin memburuk. Kabarnya Herge mendapat ilham untuk menulis Tintin dan Picaros dari perjuangan Fidel Castro di Cuba.

Herge mulai mengerjakan PICAROS tahun 1973 dan selesai tiga tahun berikutnya. Seperti telah menjadi kebiasaannya untuk menggunakan referensi dari berbagai tempat di berbagai belahan dunia sebagai setting kisahnya, dalam Picaros ia terinpirasi oleh Piramid Maya suku Aztek, suku Indian Brazil Harik dan perkampungan Indian Venezuela .

@h_tanzil
Read more »

Rabu, 22 Juli 2009

Gaul Jadul

Gaul Jadul: Biar Memble Asal Kece
Q Baihaqi
GagasMedia, 2009
280 Hal.

Wahhhh… membaca buku ini, gue serasa ‘terlempar’ lagi ketika gue masih SD. Yup, buku ‘Gaul Jadul’ ini menuliskan tentang apa-apa yang in, yang trend dan happening di tahun 80-an. Mulai dari musik, film, buku, makanan, sampai program-program pemerintah di tahun 80an dibahas di sini. Cover-nya aja ada bling-bling disco ball.

Gue pun sempet terkikik-kikik sendiri, membayangkan gaya gue sendiri di tahun 80an itu. Tapi, maklum deh, karena gue masih SD, gue belom terlalu asyik bergaya-gaya. Yang gue inget (dan dibahas di buku ini), setiap malem minggu, gue wajib nonton film akhir pekan, padalah filmnya bukan untuk anak-anak sih. Gue nonton tuh, film Gita Cinta-nya Rano Karno and Yessy Gusman. Gue pernah ‘ngumpet’ di balik rambut megar tante gue, kalo nonton film serem.

Kalo hari Minggu, acara mulai dari Unyil, terus, acara musik Album Minggu Ini, lalu ada film siang-siang deh. Pernah waktu siang-siang itu ada film Oliver Twist. Nah, ketika itu tv di rumah gue lagi rusak. Kalo dinyalain, harus nunggu lama dulu, baru deh, bener-bener nyala. Dan untungnya, pas lagi film Oliver Twist, si tv hanya ngadat sebentar, jadi kita gak ketinggalan lama untuk nonton film itu.

Satu lagi, biar masih sd, kalo malem gue suka ikutan nonton Charlie’s Angels, Hunter, Remington Steel, terus, sempet ngikutin Dynasty sama Return to Eden. Kalo Little Missy sama Isaura, kaya’nya itu tontonan Nenek gue, deh. Oshin juga wajib untuk ditonton. Karena itu pas jamnya belajar ngaji di rumah, sempet kita nonton Oshin dulu, baru ngajinya dilanjutin. Ow, tentu saja gak ketinggalan serial Losmen, Pondokan, Sartika(?)

Untuk musik, gue belom terlalu ngikutin. Paling sebatas acara Aneka Ria Safari. Tapi, buku… buku-buku Enid Blyton, harus ada di lemari buku gue. Mulai dari Lima Sekawan, St. Claire, si Badung sama Malory Towers. Gue sempet pengen banget sekolah di tempat kaya’ Malory Towers. Dan sekarang, gue menyesal udah menghibahkan buku-buku itu ke sodara gue.

Acara radio yang nyaris gak pernah absen gue ikutin adalah siaran ‘Diary’ sama ‘Catatan si Boy’ di radio Prambors. Tapi, kalo ‘Diary’ buntutnya suka serem sih ceritanya, dan ‘Catatan si Boy’ sukses bikin gue pengen cowok seperti dia. Siapa yang gak mau punya cowok keren, tajir, alim lagi pula pintar? Huehehehe…

Kenapa jadi ngebahas gue ya?? Hehehe… tapi, mari kita bahas bukunya. Gue bukan penggemar buku-buku non-fiksi, jadinya, gue sedikit menganggap buku ini garink. Mau lucu-lucuan, juga kurang kena. Mau santai, sedikit deh. Gue sih, seneng aja, membacanya, buat mengenang masa lalu. Ada yang kurang, kaya’ model baju, kaya’nya hanya dibahas sekilas di film-nya mas Boy, model-model kondang jaman 80an gak disebut-sebut. Terus, aduuhh.. tadi gue inget tuh apalagi yang kurang… tapi, koq jadi lupa ya?? O ya, tempat-tempat gaul yang happening juga gak ada (semoga gue gak terlewat). Atau, lagi saat-saat demam badminton kalo ada kejuaraan Piala Thomas atau Piala Uber… kan seru juga tuh kalo ditulis. Pahlawan olahraga jaman 80an juga gak ada. Tapi, ya, mungkin emang gak bisa dibahas abis di sini kali ya…

Yang pasti, gue ngelewatin bagian ‘Bayi Ajaib’ sama ‘Suzanna’… gue gak mau pas mau tidur, gue terbayang-bayang.. hehehehe..

Sebagai debut pertama… Babah Q, boleh juga… mungkin bisa dibuat buku jilid 2-nya? Meskipun banyak bagian yang kriuukkkk…

Read more »

Selasa, 21 Juli 2009

Istana Kedua

Istana Kedua
Asma Nadia
GPU, Agustus 2007
248 Hal.

Membaca buku ini membuat gue ‘gregetan’ dengan para kaum pria – lebih spesifik lagi: pria-pria yang sudah beristri. Gue bukan penganut poligami, makanya gue sedikit mempertanyakan (lagi-lagi), apa sih alasan pria berpoligami?

Di buku ini, ada seorang Arini. Kalau dari luar, kehidupan rumah tangganya bisa bikin orang iri. Punya tiga anak yang lucu, pintar dan baik, suami bernama Pras yang digambarkan sebagai sosok pria yang sabar, penuh kasih sayang dan perhatian. Mereka bertemu sekilas di tangga masjid ketika Arini mencari sepatunya yang hilang. Sebetulnya, Pras adalah teman kakak Arini. Dulu Pras kecil sering bermain-main dengan Arini kecil. Tapi, ternyata, Arini malah lupa sosok Pras ketika beranjak dewasa.

Arini adalah seorang penulis. Dia sering berkhayal tentang dongeng-dongeng indah dengan tokoh pangeran tampan dan putri yang cantik jelita. Pras adalah sosok pangeran tampannya. Pernikahan mereka berlangsung ‘kilat’. Kehidupan mereka terbilang mulus tanpa konflik yang berarti.

Lalu, ada lagi sosok Mei Rose. Perempuan yang mungkin bisa dibilang mirip Betty La Fea. Keturunan Cina, anak yatim piatu yang tinggal dengan bibinya yang galak. Mei Rose sosok yang kuper, cenderung menarik diri dari pergaulan karena sadar akan sosoknya yang kurang menarik. Bibinya juga memperlakukannya sangat kasar.

Hingga suatu hari, seorang pemuda datang menghampirinya, lalu sering memuji Mei Rose. Mei Rose pun terlena. Ia mulai mencoba berubah, tanpa sadar bahwa pria itu hanya ingin kesenangan semata. Benih laki-laki itu tumbuh dalam diri Mei Rose yang sama sekali tak menghendakinya.

Ia nekat kirim email yang isinya mencari laki-laki beristri yang bersedia menikahinya. Ia hanya butuh ayah ‘sementara’ agar anak yang ia benci tidak lahir tanpa ayah. Email itu mengundang caci-maki yang menuduhnya perempuan yang tak tahu malu, tak punya perasaan.

Sampai, akhirnya jalan terakhir ditempuh.. ia ingin mati…

Tapi, beruntung, seorang pria (sangat) baik hati, menyelamatkannya… bahkan bersedia mengakui dirinya sebagai suami Mei Rose.

Pras-lah pria itu… menikah diam-diam… Arini tak mengetahuinya.

Kenapa ya, mbak Asma Nadia gak menggambarkan sosok perempuan yang lebih mau ‘fight’? Kenapa harus sosok yang cenderung ‘pasrah’, ‘nrimo’? Gue pengen banget bisa sedikit ‘menitikkan air mata’, tapi karena gemes jadi gak bisa. Endingnya, ya udah gitu aja… kaya’nya emang, dari sikap Pras, gak butuh lagi penjelasan apa-apa buat Arini, biar bisa lebih ngerti…

Read more »

Anne of Avonlea

Anne of Avonlea
Lucy M. Montgomery
Maria M. Lubis (Terj.)
Qanita, Cet. 1 - 2009
432 Hal.

Ketemu lagi sama Anne… kekocakan, kekonyolan apalagi yang bakal diperbuat sama Anne? Apa dengan makin gede, sifat ceroboh, gak sabarannya bakal berkurang? Yuk… yuk… mari kita ikutin cerita Anne kali ini.

Anne, sekarang berumur 16 tahun. Jadi ibu guru. Dia memilih tinggal bersama Marilla daripada terus melajutkan sekolahnya. Anne yang idealis, bilang, dia akan melakukan pendekatan dari hati-ke-hati untuk menaklukkan murid-murid yang nakal, bukan dengan pukulan atau hukuman yang keras. Anne masih gadis yang penuh ‘imajinasi’ dan terus mencari ‘teman sejiwa’nya.

Berbagai peristiwa terjadi – baik yang hanya berpengaruh di Green Gables atau di Avonlea secara keseluruhan.

Green Gables kedatangan dua tamu cilik – si kembar Davy dan Dora Keith – anak dari kerabat Marilla yang meninggal dunia. Uniknya, meskipun kembar, sifat keduanya jauh berbeda. Dora Keith, anak perempuan yang manis, yang selalu penurut dan pendiam. Sedangkah, Davy Keith, anak laki-laki yang nakal, tapi polos, dia selalu punya jawaban atas apa yang dia lakukan. Davy juga anak yang pengen tahu banyak hal, mirip sama Anne waktu baru dateng ke Green Gables dulu.

Selain itu, banyak pendatang baru lain di Avonlea. Contohnya, Mr. Harrison, tetangga baru Anne dan Marilla, yang kata orang pemarah dan jorok. Ada kejadian lucu yang akhirnya membuat Anne dan Mr. Harrison berteman baik.

Di sekolah, Anne berusaha keras jadi guru yang baik. Tapi, ternyata, susah juga ‘mengendalikan’ anak-anak jadi seperti yang Anne mau tanpa kekerasan. Satu anak yang nakal dan jelas-jelas menunjukkan kebenciannya adalah Anthony Pye. Anak-anak keluarga Pye memang terkenal sebagai anak-anak yang kerap bikin masalah. Dari awal, semua orang bilang, kalau gak bisa bikin Anthony Pye jera hanya dengan kata-kata lembut harus dengan pukulan keras di pantat. Tapi, Anne tetap kukuh dan yakin ia bisa membuat Anthony Pye jatuh hati dengan caranya sendiri. Ternyata, Anne harus menelan kekecewaan karena ia tidak bisa membuktikan kata-kata itu dan ia sangat menyesalinya.

Jiwa romantis Anne berhasil mempertemukan sepasang kekasih yang sempat berpisah jauh dan lama. Di sekolah, ada murid baru bernama Paul Irving. Paul yang pemalu dan cerdas dari awal sudah membuat Anne jatuh hati. Ia kerap menjadikan Paul sebagai ‘role mode’ bagi Davy biar gak nakal. Ibu Paul sudah meninggal dan ayahnya tinggal di Boston karena pekerjaannya. Di Avonlea, Paul tinggal bersama neneknya. Suatu hari, ketika sedang berjalan-jalan dengan Diana, mereka berdua nyasar ke sebuah pondok mungil yang indah, kediaman Ms. Lavender. Nah.. .di sini Anne bener-bener ketemu teman sejiwanya… hehehe… Lewa pertemuan ini, Anne jadi tahu kisah cinta antara Mr. Lavender dan ayah Paul Irving.

Anne yang mulai beranjak remaja juga mulai berpikir tentang cowok idamannya. Bersama Diana Barry, Anne sepakat, bahwa pria idamannya adalah seperti pria-pria yang ada dalam novel favorit mereka, pria dengan tatapan mata sayu dan penuh kata-kata manis. Hahaha.. sampai-sampai Anne jadi gak sadar kalau ada yang diam-diam memperhatikannya… hmmm… siapakah dia???

Gak hanya peristiwa kocak, bahagia yang ada di dalam kisah Anne kali ini. Ada juga kisah sedih dan menggemparkan, misalnya kematian Mr. Thomas Lynde dan badai yang memporak-porandakan Avonlea. Anne juga harus kembali pergi dari Avonlea untuk memperjuangkan cita-citanya yang sempat tertunda.

Dibandingin yang pertama? Hmmm… agak beda ya.. Kalo di Anne of Green Gables, Anne masih kecil, dalam proses penyesuaian, perkenalan dan sangat gak sabaran. Kalo di Anne of Avonlea, Anne udah lebih dewasa, masih sih, suka ‘grabak-grubuk’ – ‘sradak-sruduk’, tapi, itu tuh yang bikin Anne jadi kocak. Biar udah ‘sok’ dewasa, tapi, di dalam hatinya, masih ada jiwa ‘anak-anak’ di dalam hatinya. Beneran lho… gue ketawa-tawa sendiri waktu peristiwa ‘salah sapi’ sama waktu Anne kejeblos di atap gara-gara mau liat piring antik.

Read more »

Kamis, 16 Juli 2009

His Wedding Organizer

His Wedding Organizer
Retni SB @ 2008
GPU – Cet. II, September 2008
272 Hal.

Harsya, salah satu ‘pemegang saham’ di sebuah wedding organizer yang lumayan ngetop di kota Semarang. Meskipun gak jauh-jauh dari urusan pernikahan, ternyata Harsya sendiri belum berpikir ke arah sana. Bukan gak punya pacar, tapi, sang kekasih ini masih disembunyikan alias belum go public. Satu-satunya teman dekat cowok yang sering terlihat bersama Harsya, adalah Adra, teman dari kecil, mantan tetangga, fotografer dan juga salah satu penanam modal di Puspa Tiara.

One day, datang order besar yang kaya’nya bakal jadi mission impossible. Karin, teman SMA Harsya, yang dulu tak ada tanda-tanda bakal menikah duluan karena pemalu, menghubungi Harsya dan meng-hire-nya sebagai WO untuk pernikahannya. Temanya adalah “Little Mermaid”. Karin pengen ‘membawa’ alam bawah laut ke dalam pesta pernikahannya, harus dengan air sungguhan bukan sekedar background! Belum lagi pusing memikirkan gimana konsepnya nanti, ternyata Harsya harus menerima satu kenyataan pahit. Calon suami Karin tak lain adalah pacar Harsya sendiri, Figo… pengusaha muda yang sukses di kota Semarang.

Mission impossible jadi ada dua – mempersiapkan pernikahan yang extraordinary plus menghadapi sang calon pengantin yang (mantan) pacar sendiri. Untung ada Adra, yang selalu siap jadi ‘tong sampah’ setiap Harsya lagi ada masalah. Meskipun begitu, untuk kali ini, Harsya gak siap untuk cerita apa yang sebenarnya terjadi pada Adra.

Ketika masih sama-sama di sekolah, Harsya and the gank sempat ngerjain Karin dan bikin Karin malu. Nah, untuk ‘menebus’ dosa mereka, Karin minta mereka berjanji kalau di antara mereka, ternyata yang menikah adalah Karin duluan, Harsya and the gank harus pake kostum bikini dengan sayap peri di punggung mereka. Harsya sempat panik, karena ternyata memang Karin duluan yang married, tapi, dengan Karin sedikit berbaik hati untuk menghapus ‘hukuman’ itu, tapi menggantinya dengan ‘hukuman’ lain, yaitu, harus membawa calon suami ke pesta pernikahan Karin nanti.

Di sini masalah yang lebih rumit pun dimulai. Harsya meminta Adra berpura-pura jadi pacarnya, tapi Adra gak tau kalo di balik itu ada permainan lain. Orang-orang Puspa Tiara langsung terkejut melihat kemesraan Harsya dan Adra, kabar ini pun langsung sampai ke telinga orang tua mereka yang juga berteman dekat.

Demi menjaga perasaan orang tua mereka, Harsya dan Adra sepakat melanjutkan ‘kerja sama’ mereka, sampai gak sadar, kalau mereka sebenarnya juga sudah saling jatuh cinta. Tapii… masalah muncul lagi. Figo kembali masuk ke dalam kehidupan Harsya, dengan alasan pernikahannya tidak bahagia, Harsya kembali terjebak dalam rayuan Figo. Adra marah dan menghilang. Harsya jadi kelimpungan…

Setelah gue baca, ceritanya gak jauh beda sama ‘Perempuan Lain’-nya Kristy Nelwan yang beberapa waktu lalu gue baca. Tentang cewek yang susah banget ‘jatuh cinta’, tapi ternyata sekalinya ketemu, malah harus jadi ‘selingkuhan’, dan deket sama temen cowok dari kecil sampe gak sadar kalo sebenernya he is the one-nya si cewek.

Read more »

Minggu, 12 Juli 2009

The Gargoyle

Judul Buku : The Gargoyle
Penulis : Andrew Davidson
Penerjemah: Ary Nilandary
Penerbit : Penerbit Kantera
ISBN: 978-979-1924-0-1-6
Cetakan : I, Juni 2009

Seorang Porn Star yang sedang berada dalam puncak kariernya mengalami kecelakaan lalu lintas, mobilnya masuk jurang dan terbakar. Untungnya, walau tepanggang bersama mobilnya dan api membakar kulit, daging, hingga menembus masuk ke tulang dan tendon, nyawanya berhasil diselamatkan.

Setelah melewati masa kritis dan koma selama dua bulan, akhirnya ia sadar. Namun ia harus menanggung akibat dari luka bakar di sekujur tubuhnya. Wajah tampan dan tubuh atletis yang merupakan modal utamanya sebagai aktor film porno hilang sudah, berganti dengan wajah yang rusak, dan tubuh yang penuh parut luka permanen yang tak mungkin bisa hilang. Selain harus kehilangan beberapa jari tangan dan kakinya, ia juga ia harus rela kehilangan penis kebanggaanya yang terbakar habis. Dokter yang menyelamatkan nyawanya tak berhasil mempertahankan kemaluannya yang telah hangus garing menyerupai sumbu terbakar.

Semuanya itu membuat harga dirinya hancur. Kariernya sebagai seorang aktor dan produser film porno tamat sudah. Karenanya saat ia melewati berbagai terapi pemulihan dan aneka operasi yang menyakitkan, diam-diam ia berencana untuk melakukan bunuh diri setelah keluar dari rumah sakit.

Ditengah dorongan untuk mengakhiri hidupnya itulah datang seorang wanita bernama Marianne Engel, seorang pematung Gargoyle (patung monster yg biasanya berfungsi sebagai talang air di bangunan-bangunan kuno) yang pada saat itu sedang dirawat di rumah sakit yang sama karena menderita schizofernia. Wanita itu mengaku telah mengenalnya sejak tujuh ratus tahun silam. Ia menghampiri pria itu dan berkata: “Kau telah terbakar lagi.”

Selama pria itu dirawat di rumah sakit Mariana Engel kerap mengunjunginya dan sedikit demi sedikit menceritakan kisah cinta mereka di masa lalu. Ia mengungkapkan bahwa mereka sebenarnya telah hidup dalam ikatan cinta selama ratusan tahun yang lalu. Di kehidupan masa lalunya, di abad ke 14, Mariana Engel adalah seorang biarawati yang bertugas menyalin dan menerjemahkan buku di skiptorium biara Engethal, sementara si aktor porno adalah seorang tentara bayaran. Mereka bertemu ketika si pria yang terluka dan terbakar akibat panah berapi yang menancap di tubuhnya dibawa oleh temannya ke biara Engethal untuk mendapat perawatan.

Sama seperti di kehidupan masa lalunya, Mariana Engel kini merawat si pria hingga sembuh. Seluruh biaya rumah sakit ditanggungnya dan selepas dari rumah sakit, ia mengajak si pria untuk tinggal di rumahnya. Selama mereka hidup bersama, Mariana Engel tetap menceritakan berbagai pengalaman yang mereka lalui di kehidupan masa lalunya. Ia juga menceritakan berbagai dongeng cinta yang indah, menggugah, dan penuh pengorbanan pada si pria tersebut.

Di kehidupan masa lalunya, Marianne Engel pernah hampir terengut nyawanya untuk menyelamatkan si pria. Namun di tengah sakratul maut ia diberi kesempatan untuk tetap hidup dengan sebuah syarat. Ia diberi ribuan jantung yang harus dibagikannya sampai habis, sedangkan jantung terakhirnya harus diberikan pada kekasihnya di kehidupannya kelak.

Di kehidupannya kini, Mariana Engel memberikan jantung-jantungnya pada patung-patung gargoyle yang dikerjakannya. Ratusan patung telah dikerjakannya dan kini masanya telah hampir habis, kepada siapa ia akan memberikan jantung terakhirnya?

Melalui kisah cinta mereka di masa lalu, dan lima dongeng cinta yang menggugah yang diuturkan oleh Marianne Engel, membuat si pria mendapatkan kembali semangat hidupnya. Niatnya untuk melakukan bunuh diri sirna sudah. Pengorbanan Marianne Engel baik di kehidupan masa lalunya maupun masa kini yang merawat dan menerima dirinya yang telah cacat secara apa adanya membuat si pria terseret dalam arus pusaran cinta.

Benarkah Marianne Engel dan si pria sebenarnya telah hidup selama tujuh ratus tahun? Apakah ini hanya khayalan gila Marianne yang pernah dirawat karena schizofernia-nya? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang mungkin timbul dalam benak pembaca selama membaca novel gemuk yang memikat ini. Tampaknya penulis sengaja tak memberikan penjelasan gamblang atas hal tersebut dan membiarkannya menjadi misteri dan memberi keleluasaan bagi pembaca untuk menafsirkannya dan mengembangkan imajinasinya sendiri.

Dengan memikat penulis mengajak pembacanya untuk berkelana melintasi waktu, berpindah-pindah dari dari abad pertengahan dan masa kini. Mengunjungi berbagai nergara seperti Jerman, Jepang, Italia, Islandia, Inggris, dan yang paling menarik adalah perjalanan menuju Neraka seperti yang digambarkan Dante Alighieri dalam Inferno.
Novel ini juga memadukan kisah cinta yang penuh pengorbanan dengan penggalan sejarah, filsafat, dan kehidupan biarawati lengkap dengan skiptoriumnya. Lalu disinggung pula mengenai sejarah reproduksi Alkitab dalam bahasa Jerman, sejarah penerbitan dan penerjemahan karya monumental Divine Comedy – Dante Alighieri.

Semua hal itu membuktikan bahwa novel ini dikerjakan dengan riset yang sangat dalam. Beberapa tokoh abad pertengahan dan beberapa peristiwa yang menyertainya memang benar-benar ada dan terjadi. Selain itu pembaca juga mendapat bonus pengetahuan mengenai luka bakar dan penanganan medisnya. Berbagai materi tersebut membuat novel ini sangat berpotensi untuk menambah wawasan pembacanya.

Penulis juga dengan piawai menghidupkan karakter kedua tokoh utama dalam novel ini dengan menarik. Baik Marianne Engel maupun si pria mendapat porsi yang sama dalam pendalaman karakter. Dengan sabar dan rinci penulis mendeskripsikan latar belakang kedua tokoh ini sejak kecil hingga kini lengkap dengan pergulatan batin yang mereka hadapi. Semuanya ini membuat pembaca memperoleh gambaran utuh mengenai tokoh dan kisah yang dibangun dalam novel ini.

Ragamnya aspek materi, cerita, serta lompatan-lompatan waktu dari masa lalu ke masa kini tentunya membuat pembaca harus sedikit lebih konsentrasi dalam membaca novel ini, belum lagi ditambah dengan selipan beberapa dongeng mengenai cinta sejati yang dituturkan oleh Mariana Engel pada si pria. Untungnya perpindahan waktu, setting, dan kisahnya tersaji dengan rapih sehingga pembaca sadar ke waktu dan kisah mana mereka sedang berada.

Kisah cinta yang dahsyat, penggalan sejarah abad pertengahan, karakter tokoh yang menarik, dan unsur medis penanganan luka baker yang terdapat dalam novel ini diramu sedemikian rupa sehingga menghadirkan kisah yang menarik dan sulit untuk dilupakan. Tak heran jika novel perdana Andrew Davidson ini langsung meraih sukses ketika pertama kali diterbitkan di tahun 2007. Selain memperoleh penghargaan sebagai Fist Fiction Award 2008, novel ini juga masuk dalam beberapa daftar best seller seperti di New York Time Best Seller, Publisher Weekly Best Seller, Canadian Best Seller, dll. Akankah novel ini menuai sukses di Indonesia?

Terjemahan yang sangat baik, cover yang menarik dan promosi yang gencar tentunya diperlukan agar novel ini juga dapat terbaca oleh para pecinta sastra dan menjadi best seller di Indonesia. Nama Andrew Davidson mungkin masih terasa asing didengar oleh para pecinta novel fiksi di Indonesia karenanya sangat disayangkan pada edisi terjemahannya tak disertakan keterangan apapun mengenai penulisnya.

Tentang Penulis

Andrew Davidson (lahir, 12 april 1969) adalah penulis kelahiran Kanada lulusan University of British Columbia jusrusan Sastra Inggris, Ia pernah tinggal di Jepang dan bekerja sebagai guru dan penulis dari English lessons for Japanese Web sites. The Gargoyle adalah novel pertamanya yang ditulis dengan melakukan riset mendalam selama tujuh tahun lamanya. Novel ini pertama kali diterbitkan di Amerika oleh penerbit Doubleday pada tahun 2007, lalu menyusul oleh Random House di Canada, Canongate di Inggris, Text di Australia, dll, Kini Davidson tinggal di Winnipeg, Manitoba, Canada.

@h_tanzil
Read more »

Rabu, 01 Juli 2009

George’s Secret Key to the Universe

George’s Secret Key to the Universe (Kunci Rahasia George ke Alam Semesta)
Lucy & Stephen Hawking @ 2007
(dengan Christophe Galfard)
Garry Parsons (Ilustrasi)
Andang Sutopo (Terj.)
GPU – Mei 2009
336 Hal.

Hidup George pastinya akan sangat membosankan dan semakin tidak menggairahkan kalau saja si Freddy, babi gendut peliharaannya, gak iseng menerobos pagar pembatas dan ‘mampir’ ke halaman tetangga sebelah yang bak hutan belantara. Ada apa dengan hidup George?

Jadi, George itu termasuk anak yang sering jadi incaran keisengan atau kenakalan teman-temannya di sekolah, dia termasuk anak yang pendiam dan pemalu. Mungkin George sendiri punya alasan untuk itu. Gimana mungkin George gak malu, kalau tiap hari dia bawa bekal makanan yang aneh-aneh? Orang tua George adalah aktivis lingkungan hidup, yang sering mengadakan demonstrasi untuk ‘menyelamatkan dunia dari polusi dan ilmu pengetahuan yang akan menyesatkan dunia’. Jadi, orang tua George memilih polah hidup yang cukup ‘ajaib’ di jaman yang serba modern ini. Misalnya, tidak ada listrik di rumah George - penerangan menggunakan lilin, tidak televisi, radio, apalagi computer yang sangat diidamkan George, semua bahan makanan diambil dari kebun – makanya bekal George ke sekolah bisa berupa muffin brokoli, sandwich bayam, kue labu atau juice apel hasil perasan ibu George sendiri.

Nah, suatu hari, si Freddy ini, satu-satunya hal yang membuat George merasa ‘hidup’, masuk ke pekarangan tetangga misterius. Kenapa misterius? Karena sebenarnya rumah sebelah itu sudah lama tak berpenghuni, penghuni terakhir, seorang pria tua berjenggot pergi begitu saja dan tak pernah kembali. Kebunnya sudah tak terawat. Meski takut dan sudah dilarang oleh orang tuanya, George nekat masuk dan mencari Freddy. Yang dicari ternyata sedang asyik menjilat cairan berwarna ungu yang sempat dikira racun oleh George. Cairan ungu itu adalah blackcurrant juice! Sesuatu yang belum pernah dilihat George.

Itulah awal perkenalan George dengan Annie dan ayahnya, Pak Eric – penghuni baru rumah misterius itu. Pak Eric adalah seorang ilmuwan yang sedang meneliti kemungkinan adanya planet lain yang bisa jadi tempat tinggal bagi manusia. George langsung tertarik dengan rahasia alam semesta. George diajak berkenalan dengan computer yang sangat canggih, tapi manja dan sensitive banget… namanya Cosmos. Dengan bantuan Cosmos, terbukalah sebuah portal (yang kalo di Doraemon, disebut ‘Pintu Ke mana saja’), George pun menyaksikan kelahiran dan kematian sebuah bintang.

George begitu terpesona, sampai-sampai dia tidak konsentrasi dengan pelajaran sekolahnya. Guru George yang nyentrik dan aneh, Dr. Reeper, tak segan-segan menghukum George. Dengan semangat, George bercerita tentang Cosmos, padahal sebelumnya, George sudah berjanji untuk menjaga semua hal yang terjadi di rumah Pak Eric dan merahasiakan semuanya dari siapa pun.

Ternyata, Dr. Reeper bukanlah guru biasa. Bukan kebetulan Dr. Reeper – yang dijuluki Greeper – menjadi guru di sekolah George. Dr. Reeper punya misi sendiri dalam penelitian yang dilakukan oleh Pak Eric. Yang pasti misi itu bukan untuk kebaikan, tapi, untuk dirinya sendiri. Dia pengen menguasai Cosmos untuk dirinya sendiri.

George pun bisa merasakan bertualang layaknya seorang astronot - terkena badai asteroid, nyaris terhisap ke lubang hitam. George jadi punya pandangan baru, bahwa ilmu pengetahuan itu tidak akan merusak bumi kalau digunakan dengan benar.

Buku ini keren banget. Sampai-sampai gue bilang, “Ini akan jadi warisan gue buat Mika. Semoga Mika suka buku ini.” Siapa yang gak tau Stephen Hawking – ilmuwan ngetop itu. Meskipun gue gak tau apa isi buku beliau yang ngetop itu, apa teori-teorinya - selain teori Lubang Hitam. Menarik kan, ketika seorang profesor ngarang buku untuk anak-anak (bersama anaknya sendiri). Di buku ini, diselipin foto-foto luar angkasa yang bagus, juga teori-teori alam semesta yang gak hanya diselipkan dalam percakapan antara George, Annie dan Pak Eric, tapi juga ada box-box kecil untuk tempat penjelasan yang lebih detail. Meskipun begitu, bikin buku ini jadi tambah menarik. Gue jadi inget waktu SD, gue seneng banget liat buku ensiklopedia yang ada gambar-gambar bulan, planet dan foto-foto luar angkasa yang kaya’nya ajaib dan jauhhhh banget (hehehe.. emang jauh sih…).

Dan, gue masih penasaran, apa penyebab Pak Eric dan Dr. Reeper musuhan? Apa masalahnya? Dan, apa yang bikin tangan Dr. Reeper jadi kena luka bakar? Kenapa bapak tua yang ternyata pembimbing Pak Eric dan Dr. Reeper itu pergi dan kemana perginya? Gak ada penjelasan untuk hal-hal ini, karena setiap Annie tanya, pasti aja terpotong. Hmmm… kira-kira kenapa ya? Apa akan dijelasin di George's Cosmic Treasure Hunt?
Read more »