Rabu, 29 September 2010

The House of the Spirit

The House of the Spirit (Rumah Arwah - La Casa de los Espiritus)
Isabel Allende @ 1982
Ronny Agustinus (Terj.)
GPU - Juli 2010
600 hal.

Esteban Trueba, membangun kembali tanah yang terbengkalai. Tak ada gunanya lagi ia kembali ke pertambangan, tempat ia bekerja selama bertahun-tahun demi menemukan batu berharga agar ia bisa menikahi kekasihnya, Rosa. Rosa meninggal karena racun yang sebenarnya diperuntukkan untuk ayahnya.

Sementara itu, kematian Rosa del Valle membawa perubahan di keluarga del Valle, terutama bagi adiknya, Clara del Valle. Di dalam keluarga del Valle, Rosa dikenal sebagai anak yang paling cantik jelita, sedangkan Clara adalah si peramal atau cenayang. ‘Kenyentrikan’ Clara pernah membuat keluarga ini ‘dihujat’ oleh pastor dan Clara juga yang meramalnya akan ada kematian dalam rumah itu. Setelah kematian Rosa, Clara membisu dan membuka suara kembali untuk pertama kalinya, ketika ia berkata akan menikah dengan calon suami Rosa.

Esteban yang tuan tanah, pemarah dan ambisius, mempunyai banyak anak haram di Tres Marias. Tapi hanya satu yang ‘diakui’nya yaitu anak dari adik mandornya – yang kelak cucunya pun akan mempunya ‘peran’ dalan tragedi keluarga Trueba. Pernikahan Esteban dan Clara menghasilkan 3 orang anak, Blanca dan si kembar Nicholas dan Jamie.

Keluarga ini terkenal ‘eksentrik’. Clara yang tampak hidup di dunia sendiri, kerap meramalkan kejadian-kejadian penting di rumah itu dan berkomunikasi dengan berbagai arwah, tapi sering kali ramalannya diabaikan oleh penghuni rumah itu, terutama oleh Esteban yang sering ‘gerah’ dengan kelakuan Clara.

Tragedi terus merundung keluarga Trueba. Blanca hamil di luar nikah, hasil hubungannya dengan anak sang mandor, Nicholas tergila-gila dengan yoga dan meditasi, Jamie memilih dunia kedokteran dan terlibat dalam pergerakan kaum kiri. Bahkan cucu Trueba, anak Blanca, bernama Alba juga terlibat dalam pergerakan komunis. Padahal sang kakek adalah seorang senator terpandang, tapi dikhianati oleh keluarganya sendiri.

Kematian Clara membuat rumah itu kembali suram. Semua bergerak semaunya sendiri. Sementara pergolakan politik juga semakin memanas.

Gue sempat bosan banget baca buku tebal ini. Apalagi kalo udah membahas masalah politik. Yang menarik sih, pas disebut-sebut kata ‘JAKARTA’, yang ditulis sama demonstran. Ooo.. ternyaa buat ‘menggambarkan’ kalo di Jakarta juga terjadi situasi politik yang kurang lebih sama dengan yang ada di cerita, kira-kira tahun 1965-1966-an kali ya.

Tapi, memang Clara yang memberi ‘roh’ pada buku ini. Clara dengan diamnya, dengan segala keanehannya. Karena setelah Clara meninggal, buku ini jadi ‘membosankan’.
Read more »

Rabu, 22 September 2010

Keep Your Hand Moving - Anwar Holid

NO. 241
Judul : Keep Your Hand Moving (Panduan menulis, mengedit, dan memolesnya)
Penulis : Anwar Holid
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : I, 2010
Tebal : 131 hlm

Di era cyber ini mengemukakan sesuatu yang ada dalam pikiran seperti pendapat, curhat, gugatan, kisah pribadi dalam bentuk tulisan sudah merupakan hal yang umum. Lihat saja, saat blog begitu populer banyak orang menulis keseharian atau opini dalam blognya. Kemudian diikuti dengan era jejaring sosial seperti multiply, feacebook, twitter, dll yang menggerakkan orang untuk terus menulis apa yang ada dalam benak mereka.

Sesungguhnya semua orang bisa menulis, namun kemampuan untuk menghasilkan ide, mewujudkannya jadi tulisan yang utuh, enak dibaca, serta layak dipublikasi itu perlu dipelajari secara terus menenus. Bagaimana agar semua itu bisa terwujud? Anwar Holid, seorang penulis kolom, editor, yang juga kerap memberikan pelatihan menulis mencoba memberikan tips-tips bagaimana menulis, mengedit, dan memolesnya dalam sebuah buku yang diberinya judul “Keep Your Hand Moving”.

Sejatinya “Keep Your Hand Moving!” adalah slogan yang dicetuskan oleh seorang guru penulisan kreatif Natalie Goldberg yang mengusung metode free writing dimana metodenya yang mengaitkan peran mental dan spiritual dalam menulis ini banyak dipuji-puji, bahkan dianggap berhasil merevolusi dunia buku penulisan.

Sebenarnya prinsip menulis Goldberg ini sederhana saja yaitu “keep your hand moving!” (gerakkan terus tangan kamu!);jangan mencoret dan jangan mengedit waktu menulis; jangan khawatir soal ejaan,tanda bacaan, tata bahasa; lepaskan kontrol; jangan berpikir, tidak mesti logis; carilah urat nadinya.

Keenam prinsip inilah, terutama slogan yg dicetuskan Goldberg ini memberi inspirasi bagi Anwar Holid untuk merumuskan sebuah panduan menulis berdasarkan pengalaman dan pengamatannya selama ini. Ya! Anwar Holid tak sekedar membeberkan prinsip menulis Goldberg, namun di buku ini ia melengkapi apa yang telah diutarakan Goldberg.

Anwar Holid tampaknya hanya mengambil spirit Golberg dalam menggerakkan seseorang untuk menulis, selanjutnya ia memberikan arahan yang lebih praktis dan membumi bagaimana menghasilkan tulisan yang bagus, mengedit, memolesnya sehingga layak untuk dipublikasikan.

Dalam buku mungilnya ini anwar Holid membagi tulisannya ke dalam delapan bab yang semuanya tersaji dengan padu, ringkas dan padat. Dua bab pertama berbicara mengenai bagaimana kita harus melemaskan saraf menulis dengan cara membiasakan diri menulis sehingga perlu pengkondisian diri agar kita dapat terus menulis.

Disinilah slogan Keep Your Hand Moving diperlukan, gerakkan terus jemarimu!, pokoknya tulis saja walau itu hanya satu paragraph, menjawab email, sekedar respon terhadap segala sesuatu, diari, uneg-uneg, dan sebagainya. Teruslah menulis, dengan demikian diperlukan alokasi waktu dan menyempatkan diri untuk menulis. Bagi penulis pemula Anwar Holid dalam bukunya ini menyarankan agar menulis 10-25 menit setiap harinya untuk membangun kebiasaan menulis.

Saran yang menarik dari Anwar Holid bagi penulis pemula adalah “Jangan takut untuk menyalin dan menempelkan pikiran orang pada tulisan dan pikiran sendiri (copy-paste)”, tentunya dengan sayarat bahwa dalam tulisan itu kita harus mengutarakan bahwa pikiran itu milik orang lain. Ia mengungkapkan bahwa salah satu manfaat copy-and-paste ialah agar kita belajar menggunakan istilah sebagaimana asalnya.

Kemudian di enam bab berikutnya, buku ini memberikan saran-saran praktis ketika kita akan menulis sebuah artikel. Dimulai dari persiapan yang harus dilakukan agar orang bisa menghasilkan tulisan bagus. Menurutnya penulis harus menguasai dua cara menulis, yang pertama adalah menulis otomatis (free writing) yang dilakukan langsung, mengalir, dan mengandalkan intuisi, dengan asumsi segala ide sudah terbayang dalam kepala.

Yang kedua, tulisan disusun lewat outline atau storyline. Biasanya para jurnalis menggunakan teknik ini. Outline ini akan membimbing penulisan agar tetap dalam jalur benang merah yang padu.

Jika tulisan sudah jadi dan kita ingin agar tulisan kita dapat terpublikasikan, buku ini juga memberikan tips-tips bermanfaat agar tulisan kita dapat memenuhi standard penulisan media massa. Syarat yang harus dipenuhi antara lain soal kerapihan tulisan, punya keterbacaan tinggi, paragraf harus padu, tulisan harus tepat, efektif, fokus, dan sebagianya.

Ada banyak hal menarik dan panduan praktis dalam buku ini seperti bagaimana membuat tulisan menjadi istimewa, selain soal menulis ada juga diungkapkan bagaimana mengedit tulisan kita sendiri dan tulisan orang lain, bagaimana bersikap lentur terhadap bahasa, serta berbagai hal yang dapat mengasah kemampuan menulis kita.

Kesemua tips-tips diatas ditulis dengan ringkas, padat, dan mudah di mengerti. Anwar Holid tak hanya memaparkan teori-teori menulis berdasarkan pendapat para pakar menulis melainkan menyajikan hal-hal praktis berdasarkan pengalamannya selama ia berkecimpung di dunia kepenulisan. Pengalamannya dalam memberi traning kepenulisan sedikit banyak ikut memperkaya buku ini karena ia tahu kesulitan utama apa yang biasanya dihadapi oleh para penulis baik penulis pemula maupun penulis yang telah berpengalaman.

Selain berisi tips-tips yang mudah dimengerti, buku ini juga menyajikan beberapa contoh bagaimana menilai sebuah tulisan dengan membuat tabel dua sisi mengenai kebaikan dan keburukan sebuah novel. Sayang contoh praktis seperti ini hanya sedikit sekali (2 contoh) andai saja penulis dapat memberikan berbagai contoh lainnya seperti bagaimana membuat kalimat pembuka yang menarik, keterpaduan antara paragraf, tulisan yang efektif dan fokus dll, tentunya apa yang ditulis dalam buku ini akan semakin mudah untuk dipraktekkan.

Buku ini memang tidak secara otomatis dapat mencetak pembacanya menjadi penulis handal, namun setidaknya dengan membaca buku ini kita akan termotivasi untuk membiasakan diri untuk terus menulis secara baik, sehinggga tulisan kita memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi, bebas dari kesalahan umum dan layak untuk dipublikasikan di berbagai media umum.

Akhir kata, seperti yang ditulis oleh Ign. Haryanto, seorang peneliti media dalam endosrmentnya, buku ini sangat berguna untuk para penulis pemula, tetapi juga jadi vitamin tambahan untuk para penulis yang telah lama bergelut dengan dunia kata-kata.

@htanzil



Read more »

Senin, 20 September 2010

The Scarecrow and His Servant

The Scarecrow and His Servant (Si Boneka Jerami dan Pelayannya)
Philip Pullman @ 2004
Dibyareswari U.P (Terj.)
GPU – Desember 2009
200 hal.

Seorang pria tua membuat boneka jerami dengan sepenuh hati. Boneka jerami berkepala labu itu diberi pakaian yang layak dan di dalam sakunya jasnya diselipkan sebuah surat yang sudah diberi pelindung agar tidak rusak. Tapi, ada saja orang-orang tamak, yang tak lain adalah keluarga si pria tua itu, mereka dari keluarga Buffaloni yang ingin menguasai tanah milik pria tua itu.Boneka jerami itu dicuri, berpindah-pindah tempat sampai akhirnya jadi lusuh.

Suatu malam, di tengah hujan deras, angin kencang, petir menyambar boneka jerami itu. Memberi aliran listrik di seluruh tubuhnya dan akhirnya menghidupkan boneka itu. Tak jauh dari sana, seorang bocah laki-laki kelaparan dan mencari tempat berlindung. Jack namanya. Mereka berdua akhirnya menempuh petualangan seru berdua. Si bocah menjadi pelayan bagi boneka jerami yang kocak itu.

Di perjalanan, mereka bertemu kawanan perampok, menjadi pelayan di rumah pasangan suami istri petani, ikut berperang, terombang-ambing di lautan, dan nyaris mati kelaparan dan kehausan (ini berlaku untuk Jack). Sementara, si boneka jerami, kerap mengalami patah ‘tangan dan kaki’, jerami yang sudah nyaris hancur, dan mengalami operasi ‘penggantian kepala’.

Tanpa mereka sadari, jejak perjalanan mereka diikuti oleh pengacara keluarga Buffaloni yang mengincar sesuatu dari si boneka jerami.

Tapi yang penting bagi Jack, adalah bisa mendapatkan makanan dan menemani boneka jerami yang baik hati itu. Dan bagi boneka jerami, perjalanan panjang mereka adalah mencari tempat bernama Spring Valley yang tersimpan rapi di hatinya.

Gue lebih suka buku-buku dongeng Philip Pullman yang kaya’ begini dibanding His Dark Material Trilogy. Lebih kocak dan mengharukan. Kaya’ di sini, boneka jerami dengan tingkah laku polos dan baik hati. Ia kerap menyelamatkan burung-burung, meskipun ‘ideal’nya tugasnya adalah menakuti burung-burung agar tidak memakan tanaman atau padi para petani. Tapi nyatanya, para burung-burung justru membantunya. Terus lucunya waktu dia lagi merayu gagang sapu cantik buat jadi istrinya.
Read more »

Thirteen Reasons Why

Thirteen Reasons Why
Jay Asher @ 2007
Razorbill – 2010
288 hal.

Hidup Clay Jansen tidak akan sama lagi, sejak ia menerima sebuah paket berisi kaset-kaset rekaman suara Hannah Baker. Hannah Baker ditemukan meninggal dunia, ia bunuh diri dengan minum obat-obatan. Dalam kotak itu, ada 6 kaset, yang masing-masing berisi sebuah kisah, cerita tentang orang-orang, teman-teman sekelas Hannah Baker, yang sedikit banyak memberi andil bagi Hannah Baker sampai akhirnya ia nekat bunuh diri.

Hannah Baker, adalah murid baru di sekolah Clay. Ia termasuk anak yang cantik dan cukup menarik perhatian para cowok, termasuk Clay. Tapi, Clay, sosok anak yang baik-baik, ia takut-takut untuk mendekati Hannah meskipun mereka sempat kerja bareng di sebuah bioskop. Sampai akhirnya di sebuah pesta – pesta yang bakal disebut-sebut Hannah sepanjang cerita ini, pesta yang bisa dibilang juga jadi salah awal dari beberapa kejadian.

Clay terkejut ketika mendengar satu-persatu nama teman-temannya dan apa hubungan mereka dengan Hannah. Hannah tampaknya mempersiapkan semuanya dengan detail, sampai ia juga membuat sebuah peta, di mana terdapat tanda-tanda tempat yang berhubungan dengan kisah yang sedang ia tuturkan.

Sambil menunggu, kapan namanya akan disebut, Clay mendatangi tempat-tempat yang disebutkan Hannah dalam kasetnya.

Hannah kecewa dengan teman-temannya. Selama ini dia percaya, atau at least mencoba untuk percaya, tapi ternyata mereka membuatnya kecewa. Rasa kecewa yang semakin dalam terpendam, malah membuat berpikir betapa hidup ini sangat tidak adil, bahkan Hannah juga kecewa pada dirinya sendiri karena tidak mampu berbuat sesuatu untuk menyelamatkan kehidupan seseorang.

Buat gue, buku ini termasuk yang kategori ‘pengen segera dituntaskan karena penasaran’. Awalnya, gue bertanya-tanya, ada apa dengan Hannah, sampai segitu desperado-nya pengen bunuh diri. Dan, yang menarik lagi buat gue, sambil ‘mendengarkan’ ceritanya Hannah, gue juga bisa langsung tau reaksi Clay pas di saat dia mendengarkan kaset itu. Karena biasanya, yang sering gue liat nih, kalo orang lain cerita itu terdiri dari bab sendiri, dan adakala reaksi orang lain yang mendengarkan, akan dibuat satu bab sendiri. Di buku ini, semua digabung dalam ‘sekali baca’. Dan kadang-kadang, apa yang ada di pikiran Clay sama Hannah seolah jadi ‘nyambung’.
Read more »

Minggu, 19 September 2010

Prada & Prejudice

Prada & Prejudice
Mandy Hubbard @ 2009
Berliani M. Nugrahani (Terj.)
Atria, Juli 2010
308 hal.

Callie sebenernya pengen banget bisa gabung sama cewek-cewek keren seperti Angela dan Mindy, cewek-cewek trendy dan tampak asyik. Tapi, karena gayanya yang kadang ceroboh, Callie jadi takut-takut dan malah jadi bahan tertawaan. Apalagi sejak temannya pindah, Callie makin ‘terasing’.

Kesempatan untuk hang out bareng datang ketika sekolah Callie mengadakan study tour ke London dan mengenal sejarah kota itu lebih dalam. Tapi, Callie malah ‘tertinggal’, dan ia tidak mungkin pergi sendirian mengingat peraturan dari guru mereka yang ketat. Insiden kecil yang terjadi ketika Callie sangat berharap ditegur Mindy, malah membuatnya nekat ‘kabur’ dan jalan-jalan sendiri di London.

Sampai ia melihat sebuah butik dengan tulisan sederhana dan sepasang sepatu merah yang seketika itu Callie yakin adalah untuknya. Mungkin dengan pumps Prada merah yang asli, Callie akan diajak bergabung dan teman-temannya akan menyadari kalau ia sebenarnya adalah cewek yang asyik. Langsung ia menggesek kartu kredit pinjaman ibunya untuk membeli sepatu itu.

Lagi-lagi, Callie ceroboh dan tersandung. Ia pingsan. Dan tiba-tiba terbangun di tengah hutan. Callie berpikir ia pasti diculik. Tapi, sejauh mata memandang, ia hanya melihat pohon-pohon.. dan owww… kereta kuda?

Ia pun mengetuk rumah pertama yang ia temui. Dan ia berpikir, betapa orang-orang Inggris sangat menghargai sejarah sampai-sampai rela tinggal di kastil, berpakaian yang serba ribet dan naik kereta kuda untuk ke mana-mana. Belum habis rasa herannya, ia dianggap sebagai Rebecca, tamu yang ditunggu-tunggu, yang datang dari Amerika dengan kapal laut!

Ok… Callie pikir, pasti ada misi penting yang harus diselesaikan, ketika ia sadar ia ‘terlempar’ ke tahun 1815. Dan untuk kembali ke masa depan, misi itu harus ia tuntaskan dengan segera. Yang penting ia lakukan adalah, bersikap layaknya seorang perempuan terhormat yang tahu tata krama dan berperan sebagai Rebecca.

Ia harus menyelamatkan Emily dari perjodohan paksa, berjuang untuk melawan kebencian terhadap Alex, sang Duke of Harksbury.

Hahaha.. gue suka ceritanya, kocak dan konyol. Gimana ya, tampang orang-orang di kastil ngeliat gaya Callie dengan jeans dan t-shirt, belum lagi Callie yang mikir Emily dan yang lain itu pasti sedang berperan dalam sebuah sandiwara. Yang pasti pumps Prada itu selalu setia nyaris di setiap acara, meskipun sudah tergores-gores, tapi Callie tetap cinta.

Akhirnya, setelah kecewa dengan dua buku sebelumnya, gue menemukan buku yang sangat menghibur.
Read more »

Forgiven

Forgiven
Morra Quatro
Gagas Media – 2010
266 halaman

Bersahabat dekat dengan William Hakim, atau biasa dipanggil Will, ternyata membuahkan perasaan lain bagi Karla. Meskipun dalam ‘gank’ mereka masih ada beberapa orang lagi, dan hanya Karla sendiri yang perempuan, tapi, dengan Will, Karla merasa lebih nyaman. Bahkan setelah ia pun berpacaran dengan salah satu anggota gank mereka.

Karla, yang ketua kelas, rela di-skors karena ikut ambil bagian dalam usaha balas dendam terhadap salah satu guru mereka ketika teman mereka diperlakukan dengan tidak wajar.

Will, adalah pencinta fisika nuklir. Jangan bayangkan dia anak yang ‘nerd’, berkacamata tebal dan gugup. Will anak yang biasa-biasa saja, tidak selalu jadi juara satu di kelas, tapi berprestasi. Para cewek-cewek juga silih berganti ada di sisi Will. Tapi, Karla tetap jadi pusat perhatian Will.

Selepas SMU, mereka berpisah. Ada yang kuliah di Bandung, Will bahkan dikabarkan kuliah di Amerika, di MIT, sementara Karla di Singapura. Sebelum berangkat, Will menghilang begitu saja. Karla pun akhirnya terpaksa ‘memendam’ perasaan. Bahkan ketika akhirnya bertemu lagi pun, tidak juga membuat mereka saling mengakui perasaan masing-masing.

Buntunya, malah Will ditangkap di Amerika. Ketika itu Amerika lagi goncang karena peristiwa 9/11. Will yang berwajah ke-Arab-araban, karena memang dia keturunan Turki, ditangkap karena dianggap terlibat dalam kerusuhan di kantornya setelah ia dipecat.

Karla sendiri akhirnya juga tinggal di Amerika, bahkan memiliki anak di luar nikah.Tapi, tetap, Will yang selalu ada di hatinya.

Ahhh… lagi-lagi kasih tak sampai. Dan lagi-lagi gue ‘terkecoh’ dengan judul. Temen gue bilang ceritanya bagus, bahkan ada yang sampe nangis (karena emang gak happy ending sih… ups…), tapi menurut gue malah aneh, gue jadi gemes sama Karla dan Will.

Mencoba ‘beromantis ria dengan membayangkan Champange Supernova… tapi rada gagal :D
Read more »

Mencari Tepi Langit

Mencari Tepi Langit
Fauzan Mukrim
Gagas Media – 2010
284 hal.

Berawal dari sebuah email misterius dari ‘Tepi Langit’, Horizon Santi tiba-tiba harus menerima sebuah kenyataan bahwa ia adalah seorang anak angkat. Demi mencari siapa sesungguhnya orang tua kandungnya, Santi rela meninggalkan kehidupannya yang nyaman di sebuah rumah dengan fasilitas lengkap. Ia pindah ke sebuah kamar kost sempit dan bekerja sebagai cleaning service di pesawat.

Santi pun mencari lewat facebook, siapa kira-kira orang yang bisa membantunya mencari orang tua kandungnya di Makasar. Bertemulah dia dengan Senja, seorang laki-laki, wartawan pemula yang pengen banget ketemu sama Noordin M. Top. Kebetulan, Senja juga berasal dari Makasar.

Usaha pencarian orang tua Santi diselingi dengan perjalanan Senja meliput berita. Berita besar yang diliput Senja adalah peristiwa tsunami di Aceh tahun 2004. Senja adalah wartawan di sebuah surat kabar yang sering meliput wilayah konflik. Mempunyai teman yang diduga terlibat dalam aksi teroris.

Judul emang bisa jadi ‘mengundang’ banget. Awalnya gue membayangkan akan membaca sebuah kisah cinta yang romantis dari judulnya yang menurut gue ‘indah’. Tapi, ternyata lebih banyak unsur-unsur lain yang bikin jadi lebih serius dan jujur gak sesuai dengan bayangan gue.

Ceritanya juga lebih banyak porsinya untuk Senja. Sementara Santi, yang gue pikir adalah tokoh dengan masalah ‘utama’, jadi kurang banyak diceritain.

Endingnya dibuat menggantung, seperti juga awalnya, yang berupa percakapan tanpa nama antara seorang ‘kakak’ dan ‘adik’.
Read more »