Kamis, 30 Juni 2011

Theodore Boone: Kid Lawyer

Theodore Boone: Kid Lawyer (Theodore Boone: Pengacara Cilik)
John Grisham @ 2010
Monica Dwi Chresnayani (Terj.)
GPU – September 2010
272 hal.

Sebagai anak pengacara, Theodore Boone atau akrab dipanggil Theo, tahu banyak tentang seluk-beluk pengadilan. Ayahnya, Wood Boone, seorang pengacara real estate, sedangkan ibunya, Marcella Boone, adalah pengacara perceraian. Theo sering main-main ke gedung pengadilan, kenal dengan hakim, jaksa dan pekerja lain di pengadilan itu. Pengetahuannya tentang dunia hukum juga tidak main-main. Ia kerap diminta bantuan oleh teman-temannya untuk memberi ‘nasihat hukum’.

Di kota kecil tempat tinggal Theo, ada kasus yang menghebohkan yang menarik minat para penduduk. Kasus pembunuhan seorang wanita yang tertuduhnya adalah suaminya sendiri. Kasus Duffy tentu saja tidak luput dari minat Theo. Di sidang perdana, Theo dan teman-temannya memperoleh kesempatan untuk studi lapangan Kelas Pemerintahan. Berkat hubungan akrab dengan hakim, mereka bisa mengikuti sidang perdana itu. Dan, dengan akses rahasia, Theo bisa mengikuti sidang melalui notebook-nya secara real time.

Dalam kasus ini, Pete Duffy didakwa bersalah, namun tak ada bukti-bukti yang cukup, sehingga hampir dipastikan Pete Duffy akan bebas. Tapi, ternyata, ada seorang saksi. Ia melihat ada orang yang masuk ke rumah itu. Sayangnya, saksi ini tak mau keberadaannya diketahui, karena ia adalah seorang imigran, dan pekerja illegal. Jika sampai polisi tahu, maka ia akan dideportasi dan dikirim kembali ke negara asalnya.

Theo pun terlibat. Ia menyimpan terlalu banyak rahasia. Dan ia sudah berjanji untuk tidak membocorkan identitas si saksi kepada siapa pun. Tapi, seandainya ia terus menyimpan rahasia ini, kebenaran tak akan terungkap dan pembunuh berdarah dingin itu akan berkeliaran dengan bebas.

Meskipun tidak setegang dan seseru novel John Grisham yang lain, novel Theodore Boone ini tetap enak untuk diikuti. Tetap ada bagian-bagian yang bikin penasaran, seperti tokoh Omar Cheepe yang misterius, yang tidak berkata-kata, tapi kehadirannya membuat Theo tidak nyaman.

Untuk tokoh Theo sendiri, rasanya adalah anak yang tahu ‘terlalu banyak’ dan untungnya bukan anak sok tahu. Dia juga gak pelit membantu teman-temannya, ikut kegiatan sosial dan sedang dalam masa ‘cinta monyet’. Minatnya hanya di Kelas Pemerintahan. Cita-citanya sudah pasti berkisar di dunia hukum. Punya paman yang juga mantan pengacara kelas atas. Untuk novel Theodore Boone ini sendiri, tingkat ‘ketegangan’ gak terlalu tinggi. Segmen pembaca lebih ke remaja.

Setelah gue liat-liat, ternyata koleksi buku John Grisham gue lumayan lengkap. Novel-novel John Grisham termasuk yang selalu gue ‘buru’ di awal-awal gue mulai mengkoleksi novel yang ‘gedean’ dikit. Udah lama juga sih gue gak baca novelnya, baru sekarang gue baca lagi. Dan ternyata, gue masih tetap suka.

Segera lanjut ke sekuel Theodore Boone…

Read more »

Rabu, 29 Juni 2011

Uttuki Sayap Para Dewa


Judul                : Uttuki Sayap Para Dewa
Pengarang        : Clara Ng
Editor               : Hetih Rusli
Tebal                : 402 halaman
Cetakan           : Ketiga, Juni 2011
Penerbit            : Gramedia Pustaka Utama


Tujuh ribu tahun yang lalu, di lembah subur Mesopotamia,
manusia mencapai peradabannya yang pertama.
Mereka membangun kota, menciptakan kepercayaan dan agama,
menemukan tulisan, membangun irigasi, menggunakan roda,
dan mendongengkan mitos kepada setiap anak keturunan manusia

Tujuh ribu tahun yang lalu, bangsa Mesopotamia kuno bercerita tentang delapan monster, seorang pendeta lelaki, dan dewa-dewi yang karena satu dan lain hal
harus  menentukan jalan hidupnya dan menggenapi nasibnya.



            Terus terang, petikan kalimat back cover berbau mitologis di ataslah yang langsung berhasil membujuk saya untuk membeli dan membaca novel tentang kisah cinta ini. Ditambah dengan nama besar mbak Clara Ng, serta judul yang tidak biasa, saya pun melahap Uttuki dan, untungnya, pilihan saya memang tidak mengecewakan. Novel ini menawarkan sensasi, pengetahuan kuno, serta fantasi yang berbeda bagi novel-novel cinta Indonesia yang kebanyakan hanya tentang hubungan cinta antarmanusia. Uttuki menawarkan lebih dari itu: hubungan cinta antara manusia dengan para Dewa, antara Mesopotamia 7000 yang lalu dengan Jakarta di masa kini.

            Kisah dimulai dengan Thomas yang mencintai Celia dan Celia yang mencintai Thomas. Dua remaja siswa SMU itu saling jatuh cinta seolah mereka berdua memang telah ditakdirkan untuk bersama. Begitu eratnya jalinan kisah mereka berdua, hingga waktu 7.000 tahun pun masih belum mampu memutus benang-benang kasih yang merekatkan keduanya. Benang-benang kasih yang sejak dulu berupaya diputuskan oleh para dewa-dewi Mesopotamia. Cerita berlanjut ke kisah Dewi Antu—sang Dewi Bumi—yang melahirkan tujuh eh bukan delapan monster Uttuki. Nannia, monster kedelapan, ternyata bersayap dan luar biasa cantik. Ia sering menjelma ke Bumi, bercakap-cakap dengan seorang manusia, dan kemudian jatuh cinta kepada pendeta muda penjaga Kuil Dewa Anu, yang bernama Enka. Dari sinilah petaka itu dimulai. Petaka yang berwujud pengasingan dan penghilangan memori, sebuah pengorbanan luar biasa besar dan lama yang sekaligus menguji keteguhan cinta Nannia dan Enka.

            Masih bingung? Begini inti ceritanya. Nannia (anak Anu dan Antu) jatuh cinta pada Enka (manusia biasa). Nah,  repotnya si Istar (Dewi cinta) ternyata juga jatuh cinta kepada Enka, walau harus bertepuk tangan. Konspirasi Langit pun berjalan sehingga 7.000 tahun kemudian Enka adalah Celia dan Nannia adalah Thomas. Keadaan semakin kacau ketika Antu turut campur dan menggunakan kekuatan dan anak-anak monsternya—para Uttuki—untuk mengatasi Thomas <nannia>. Celia pun diculik ke langit, seluruh kenangan dan memori orang-orang tentang gadis ini dihapuskan oleh Ishtar. Tapi, cinta tidak mudah dihapuskan begitu saja. Sekuat tenaga, Thomas berjuang mencari dan menemui Celia.  Begitu pula Celia (Enka) yang berupaya keluar dari penjara yang dibuat Ishtar untuknya.</nannia>

            Dan, perjuangan cinta mereka berdua pun mendapat simpati dari Ea, dewa Ea (dewa air) serta Marduk (dewa sihir dengan rasa humor yang aneh). Dewa Ea bahkan mengorbankan dirinya demi melindungi Thomas yang telah diubah menjadi seekor kucing oleh Ishtar. Di bagian akhir, pembaca akan dikejutkan oleh sosok dewa Marduk yang luar biasa ngocol. Baru kali ini saya bertemu dengan karakter dewa yang benar-benar membumi, saya yakin banyak pembaca yang akan menyukai Marduk. Marduk pula yang membantu Celia dalam perjuangannya keluar dari Dunia Atas untuk menemui Thomas di Bumi. Begini salah satu adegan ketika Marduk berseteru dengan dewa Ellil yang menjaga Kitab Takdir:

            <n>gomong jangan bertele-tele lil> sergah Marduk <mereka tidak="" mengerti=""></mereka></n>
            Dahi Ellil berkerut kesal. Dia nyaris membuka mulut mencegah Marduk agar diam sejenak. Tapi sebelum mulutnya sempat berkata-kata, marduk memotong cepat.
            maksud bapak satu ini adalah kalian diijinkan putaran karma sekali lagi. geto loooh (hlm. 386)



            Kehadiran Marduk seolah-olah adalah untuk mengimbangi agar pembaca tidak larut terlalu dalam pada kisah cinta Thomas dan Celia yang mengharu biru di sepanjang novel ini. Oh ya, tanda kurang dari () digunakan sebagai penganti tanda petik pembuka dan petik penutup (“…”) untuk membedakan bahwa para dewalah yang berbicara. Suatu kreasi unik dari mbak Clara Ng. lalu, bagimanakah akhir dari kisah cinta Thomas (Nannia) dan Celia (Enka)? Apakah langit akhirnya luluh dengan melihat pengorbanan Thomas? Ataukan Antu semakin kalap dan ingin menghabisi keduanya? Akankah Anu sang dewa utama ikut turun tangan dalam masalah ini? Jawabannya terwakili dalam dua kalimat indah ini:

            Cinta—pada akhirnya—menjadi penyelamat
            Cinta—pada akhirnya—memang sepasang sayap. (hlm 323).


            Terima kasih kepada mbak Clara Ng yang memberikan Uttuki cetakan ketiga  (cetakan terbaru) lengkap dengan tanda tangan dan cap bibir seksinya sebagai hadiah kuis hehehehe. Membaca Uttuki, satu hal besar yang terungkap, yakni bahwa indra kedelapan adalah cinta. (hlm.. 389)

Read more »

The Count of Monte Cristo

The Count of Monte Cristo
Alexandre Dumas
Nin Bakdi Soemanto (Terj.)
Bentang Pustaka - Maret 2011
568 hal.

Nama Alexander Dumas, bukan nama ‘asing’ untuk gue, hanya saja gue belum pernah membaca satu pun buku beliau. Gue mengenal nama ini dari film Three Musketeers. Meskipun gue menyukai filmnya yang kocak itu (plus soundtrack-nya yang bagus), gue belum tergerak untuk membaca Three Musketeers. Sampai akhirnya, gue diajak ikutan groups #BBI, dan ternyata buku untuk baca bareng bulan Juni adalah The Count of Monte Cristo dan The Prophecy of the Sisters. The Prophecy of the Sisters udah baca, tinggal The Count of Monte Cristo.

Awalnya… gue sempat ragu untuk membeli. Maklum selalu ‘alergi’ dengan buku-buku begini. Nyoba baca versi bahasa Inggris (nyari e-book-nya), wah… ribet… ya sudahlah, rasa penasaran membuat gue nekat beli buku ini. Dan… akhirnya… gue pun terhanyut dalam aksi balas dendam Count of Monte Cristo. Mungkin terdengar kasar ya, kalo dibilang aksi balas dendam. Tapi itulah yang terjadi dalam buku ini.

Tak sedikit pun terlintas dalam benak seorang Edmond Dantes, pelaut muda yang baru saja membawa kapal Pharaon merapat di Marseilles. Yang ada di pikirannya hanyalah rasa bahagia bertemu dengan ayahnya dan kekasih tercintanya, Mercedes. Bahkan, Edmond sudah berencana akan segera melangsungkan pernikahan dengan Mercedes. Kebahagiaan bertambah karena pribadinya yang tangguh dan cekatan, membuat sang pemilik kapal terkesan dan menjadikan Dantes kapten kapal yang baru.

Tapi, karena rasa iri, dengki dan sakit hati, membuat Danglars – petugas keuangan kapal Pharaon, Fernand – pemuda yang cintanya ditolak Mercedes dan Caderousse – tetangga Dante yang hanya ikut-ikutan, merekayasa sebuah surat yang menunjukkan bahwa Dantes sudah berkhianat dan bersekutu dengan Napoleon yang waktu itu sudah diasingkan ke Pulau Elba. Hal ini semakin diperparah dengan penuntut umum yang ingin cari selamat sendiri, bernama Villefort.

Edmond Dantes harus mendekam di penjara selama 14 tahun. Dijebloskan ke ruang bawah tanah yang gelap. Edmond sempat memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Dan itu pasti akan terjadi, kalau saja ia tidak mendengar ada suara-suara yang membawanya pada perkenalan terhadap tahanan lain, seorang pastor yang dianggap gila bernama Abbe Faria.

Edmond pun menganggap Abbe Faria sebagai ayah keduanya. Abbe Faria memberitahu Edmond sebuah rahasia besar, bersama mereka membuat rencana untuk melarikan diri. Sayangnya, hanya Edmond yang berhasil keluar dari penjara itu hidup-hidup.

Berbekal rahasia yang diceritakan oleh Abbe Faria, Edmond pun mengubah hidupnya, mengganti identitasnya dan masuk ke dalam lingkup pergaulan orang-orang yang dulu pernah menyakiti dan membuat hidupnya berantakan. Tanpa disadari Danglars, Fernand dan Caderousse, serta Villefort, Edmond Dantes telah kembali dan siap untuk melakukan balas dendam dan balik menghancurkan hidup mereka. Hanya satu orang yang tahu, dari awal siapa Count of Monte Cristo sebenarnya.

Selama Dantes dipenjara, kehidupan para musuhnya juga berubah, dari kalangan yang biasa-biasa saja jadi bangsawan yang berkedudukan dan kaya raya.

Wow… buku ini penuh dengan intrik-intrik. Tapi, terus terang gue kagum dengan sosok Edmond Dantes a.ka. Count of Monte Cristo, begitu cermat , teliti dan hati-hati dalam menyusun rencana. Ia tahu semua detail kejadian di rumah para musuhnya. Meskipun pada akhirnya ia mengakibatkan kehidupan orang lain berantakan, termasuk kehidupan orang yang pernah ia cintai. Ada satu titik di mana Count of Monte Cristo menyesali perbuatannya karena mengakibatkan hilangnya nyawa seorang anak yang tak bersalah. Tapi, meskipun ‘terasa’ sadis, ia tak melupakan orang-orang yang baik pada dirinya. Dengan harta yang nyaris tak terbatas, Count of Monte Cristo leluasa melakukan berbagai hal, menghambur-hamburkan uang demi mencapai tujuannya.

Membacanya pun harus pelan-pelan, begitu banyaknya tokoh dan berbagai peristiwa yang berseliweran, sempat membuat gue kehilangan arah dan bingung. Beberapa kali sempat bolak-balik ke depan, biar inget lagi. Sempat nyaris putus di tengah jalan. Gue jadi pengen nonton filmnya. Sampai sekarang, kalo gue disuruh membayangkan siapa yang cocok jadi Edmond Dantes, gue koq terbayang sama si pemeran Aragorn di Lord of the Rings ya? Hehehe…

Buku ini mendapat bintang 4 dari gue. Kenapa gak 5? Mungkin nanti, kalo gue (suatu saat) baca ulang, dan gak pake pusing lagi bacanya, gue bakal kasih bintang 5.
Read more »

The Count of Monte Cristo


No. 262
Judul : The Count of Monte Cristo
Penulis : Alexandre Dumas
Penerjemah : Nin Bakdi Soemanto
Penerbit : Penerbit Bentang
Cetakan : I, Maret 2011
Tebal : 568 hlm

The Count of Monte Cristo adalah novel klasik karya Alexandre Dumas yang bertutur tentang dendam yang harus dibayar. Ceritanya sendiri berlangsung di Prancis, Italia, dan pulau-pulau di Mediterania pada tahun 1815-1838 dengan latar belakang historis saat Raja Louis XVII memerintah dan sang Kaisar Napoleon Bonaparte diasingkan di Pulau Elba.

Novel ini menceritakan kehidupan Edmond Dantes , 19 tahun, seorang pelaut Marseiless – Prancis, kelasi kelas satu dari kapal Le Pharaon. Saat kapal Pharaon berlayar menuju Marseiless, kapten kapal jatuh sakit dan meninggal dunia, sebelum meninggal sang kapten menitipkan sebuah paket kepada Edmond untuk diberikan kepada seorang marsekal di Pulau Elba yang pada saat itu merupakan tempat pengasingan Kaisar Napoleon Bonaparte yang dibuang oleh Raja Louis XVII

Saat Edmond menyerahkan paket tersebut, ia bertemu dengan Sang Kaisar yang menitipkan sepucuk surat kepada Edmond Dantes untuk disampaikan kepada salah seorang pendukungnya di Marseiless. Setibanya di Mersailess Dantes langsung diangkat oleh Monsieur Morrell, pemilik kapal untuk menjadi kapten kapal Pharaon. Sambil menunggu proses bongkar muat kapal ia mengajukan cuti agar dapat menikah dengan Mercedes, pujaan hatinya.

Nasib baik Edmond Dantes ini ternyata tidak disukai oleh teman-temannya. Promosinya menjadi kapten kapal membuat iri hati Danglars, kepala keuangan kapal Pharaon, niatnya untuk menikahi Mercedes membangkitkan kecemburuan Fernand Mondego, sepupu Mercedes yang juga mencintainya, sedangkan rezekinya yang tak terduga membuat iri hati Caderousse, tetangganya. Ketiga orang ini lalu merencanakan rencana jahat untuk menggagalkan Edmond Dantes menjadi kapten kapal sekaligus menghalangi jalannya pernikahannya dengan Mercedes.

Fakta bahwa Edmond Dantes membawa sepucuk surat dari Sang Kaisar di pembuangannya untuk disampaikan kepada pendukungnya dijadikan senjata ampuh untuk melaksanakan niat jahat mereka. Danglars menulis surat kepada Moniseur Villefort, Jaksa Penuntut Umum di Mersailess yang menyatakan bahwa Edmond Dantes adalah mata-mata musuh Raja Louis XVII, Napoleon Bonaparte.

Singkat cerita, Edmond Dantes ditangkap, surat titipan Napoleon yang belum sempat diserahkannya itu ikut disita. Karena ternyata isi surat itu mengancam kedudukan Villefort sebagai abdi Raja Louis XVII maka surat itu dihancurkannya dan Edmond Dantes langsung dijatuhi hukuman penjara di sebuah pulau terpencil tanpa melalui proses pengadilan

Dalam gelap dan lembabnya ruang penjara bawah tanah itulah Edmond Dantes menaruh dendam terhadap teman-temanya yang telah menghianatinya, merendahkan martabatnya, dan merengut kekasihnya. Bertahun –tahun dalam penjara hampir saja membuat dirinya kehilangan harapan hingga akhirnya nasib mempertemukannya dengan Abbe Faria, seorang pastor tua yang selnya bersebelahan dengannya. Si pastor ini berhasil menggali lubang yang menembus sel Edmond Dantes sehingga mereka bisa saling bertemu dan merencanakan sebuah recana untuk keluar dari penjara terkutuk tersebut.

Persahabatan antara Edmond Dantes dan si pastor terjalin dengan erat, Abe Faria menjadi sahabat sekaligus guru bagi Dantes yang mengajarkan banyak hal kepadanya. Setelah belasan tahun membina persahabatan dan belum sempat mewujudkan rencananya Abe Faria akhirnya meninggal dunia karena sakit yang dideritanya. Sebelum meninggal Abbe Faria sempat memberikan sebuah peta harta karun yang terletak di Pulau Monte Cristo yang akan jadi milik Edmond Dantes jika ia keburu meninggal sebelum sempat melarikan diri. Meninggalnya sahabatnya dalam penjara itu ia gunakan untuk melarikan diri. Ia memindahkan tubuh Abe Faria ke selnya dan masuk ke dalam kantong mayat .

Setelah berhasil kabur dari penjara akhirnya ia sampai ke pulau Monte Cristo dan berbekal peta yang dimilikinya ia berhasil menemukan harta karun yang tak ternilai besarnya . Dengan harta karun itu ia segera pulang ke Mersailess dan mengubah dirinya menjadi seorang bangsawan dan menyembunyikan namanya dibalik gelar The Count of Monte Cristo (Bangsawan dari Monte Cristo) . Semenjak itulah ia merencanakan sebuah skenario balas dendam terhadap orang-orang yang telah menghancurkan dan merengut kebahagiaannya.

Dalam novel ini Alexandre Dumas mengemas kisahnya dengan sangat manarik. Skenario balas dendam yang dijalankan oleh Edmond Dantes atau Count Monte Cristo benar-benar rapih. Selepas melarikan diri dari penjara dan memiliki harta yang melimpah ia tidak langsung melakukan aksi balas dendamnya terhadap mereka yang telah menghancurkan hidupnya. Dengan sabar ia merangkai dan melaksanakan berbagai rencana balas dendamnya dengan sangat rapih dan cerdas sehingga dibutuhkan waktu sekitar 25 tahun sejak dirinya dipenjara hingga dendamnya terbalas tuntas

Seperti layaknya seorang grand master catur, semua langkah yang disusun oleh Monte Cristo benar-benar penuh perhitungan, semua aksinya dilakukan secara amat wajar sehingga tak seorangpun menduga bahwa semua ini adalah perbuatan Monte Cristo sebelum ia membeberkan semua rencana dan jati dirinya terhadap musuh-musuhnya yang saat itu sudah berada di ujung tanduk.

Tema utama dalam novel ini adalah balas dendam, keadilan, belas kasihan, dan pengampunan yang dituturkan dalam kisah petualangan yang diwakili oleh tokoh Edmond Dantes/Monte Cristo . Di sini Mote Cristo selain tokoh yang hatinya dipenuhi dendam terhadap musuh-musuhnya, ia juga digambarkan sebagai pribadi yang penyayang. Kepada mereka yang pernah menolong hidupnya Monte Cristo sangatlah baik bahkan rela mengorbankan dirinya untuk menolong siapa saja yang pernah menolongnya .

Sebenarnya saat Monte Cristo melakukan niat balas dendamnya ia masih memberikan kesempatan kepada musuh-musuhnya untuk bertobat, namun sayangnya ketamakan dan kelicikan telah membutakan mata mereka sehingga tanpa disadari mereka masuk dalam perangkap balas dendamnya

Dalam novel ini akan ada banyak tokoh-tokoh dan kisah-kisah yang pada awalnya seolah tak memiliki keterkaitan dengan inti kisahnya, namun lambat laun semua tokoh itu akan saling berhubungan baik itu melalui sebuah pertemanan ataupun skandal-skandal yang terjadi di novel ini. Sedangkan berbagai kisah dalam novel ini sebenarnya juga menyimpan sejumlah petunjuk yang akan menjadi dasar bagi peristiwa atau kejadian di bab-bab berikutnya.

Bagi sebagian pembaca banyaknya tokoh dan kisah-kisah yang seakan berdiri sendiri ini mungkin akan membuat pembacanya bingung dan agak kesulitan dalam menikmati novel ini, namun ketika perlahan-lahan semua fakta mulai terungkap barulah kita menyadari bahwa semua itu ada relevansinya. Dan inilah yang saya rasa merupakan sisi jenius Alexandre Dumas dalam merangkai kisah yang menawan ini. Rasanya tak cukup hanya membaca novel ini satu kali saja, karena mungkin saja saat kita membaca kita melewatkan sebuah petunjuk dan detail kisah mengenai bagaimana Monte Cristo merangkai skenario balas dendamnya dengan sangat rapih.

Jadi kesimpulannya bagi para pecinta sastra klasik sepertinya novel ini tak boleh dilewatkan begitu saja karena ini adalah sebuah novel klasik yang dibaca luas di seluruh dunia, heroik dan penuh intrik yang dituturkan dengan begitu sempurna oleh seorang maestro dunia! Selain itu novel ini juga memberi makna yang positif bagi pembacanya bahwa apapun yang kita tuai suatu saat kita akan kita petik hasilnya, kebaikan akan berbuahkan kebaikan, sedangkan jika kita menuai kejahatan maka akan berbuahkan malapetaka bagi diri kita.

Satu-satunya kritik untuk novel ini adalah ukuran font-nya yang bagi saya terlalu kecil, hal ini mungkin langkah yang harus diambil penerbit agar jumlah halamannya tidak terlalu tebal. Sebagai perbandingan edisi Penguin Classic novel ini tebalnya hampir dua kali edisi terjemahan ini yaitu, 1276 halaman!

Sejarah Penerbitan

Novel The Count of Monte Cristo ini dianggap sebagai karya terpopuler Dumas setelah The Tree Musketeers. Kabarnya Dumas mendapatkan ide untuk novel ini dari suatu kisah yang ia temuakan dalam buku yang dikompilasi oleh Jecquest Peuchet, petugas arsip polisi Prancis. Cerita tersebut tentang Piere Picaud yang tinggal di Nimes pada 1807. Picaud telah bertunangan dan akan menikah dengan seorang perempuan kaya, tapi tiga orang temannya cemburu dan membuat tuduhan palsu bahwa Picaud adalah mata-mata Inggris sehingga ia dipenjara selama tujuh tahun

Selama masa penahanannya, teman setahanannya yang sekarat memberikan peta harta karun tersembunyi di Milan. Setelah Picaud dibebaskan ia kembali ke Paris dan melaksanakan misi balas dendamnya terhadap teman-teman yang telah memfitnahnya.

Dalam melahirkan karya-karyanya, Dumas juga selalu berkolaborasi dengan para asistennya. Sepanjang kariernya Dumas telah menulis sekitar 250 buku dengan dibantu oleh 73 asisten dan para kolaboratornya. Salah satu yang terkenal adalah Auguste Maquet, seorang guru sejarah. Dalam The Count of Monte Cristo Maquetlah yang membuat garis besar alur dan draftnya, sedangkan Dumas menambahkan detail dan dialognya.

The Count of Monte Cristo pertama kali dimuat di harian Journal des Debats dalam 18 bagian dari tanggal 28 Agustus 1844 sampai 28 Agustus 1846. Versi lengkap novel dalam bahasa Prancis dipublikasikan sepanjang abad ke 19. Sedangkan versi bahasa Inggrisnya terbit pada tahun 1846.

Novel ini kemudian menjadi novel klasik yang terus dibaca hingga kini, sedikitnya novel ini telah diterjemahkan ke dalam 100 bahasa, dan telah tujuh kali dibuat film baik itu layar lebar maupun serial TV, selain itu telah berkali-kali juga dibuat naskah dramanya.





Monte Cristo, terbitan Pustaka Jaya 1980, 790 hlm






Di Indonesia sendiri novel ini pernah diterjemahkan oleh sastrawan angkatan Balai Pustaka Nur St. Iskandar dengan judul Graaf de Monte Cristo (4 jilid) pada tahun 1925. Di tahun 2000, Balai Pustaka mencetak ulang lagi novel ini dengan judul yang sama dalam 6 jilid buku.

Selain Balai Pustaka, novel ini juga pernah diterbitkan oleh Pustaka Jaya pada tahun 1980 dengan judul Monte Cristo dalam satu buku sekaligus. Dan kini seiring maraknya penerbitan kembali sastra-sastra klasik dunia, salah satu karya terkenal Alexandre Dumas ini kini diterbitkan kembali oleh Penerbit Serambi yang dialihbahasakan oleh penerjemah senior Nin Bakdi Soemanto

@htanzil
Read more »

The Count of Monte Cristo

Judul                : The Count of Monte Cristo
Penulis : Alexandre Dumas
Penerjemah      : Nin Bakdi Soemanto
Penyunting        : Dhewiberta
Tebal                : 568 Halaman
Penerbit            : Bentang
Cetakan           : I, April 2011
Harga               : Rp 73.000




            Terkadang, keberuntungan yang terlalu indah bisa mencelakakan. Edmond Dantes adalah seorang pemuda dengan masa depan cerah. Masih muda, berbadan sehat, diangkat menjadi pemimpin kapal, serta memiliki seorang kekasih yang luar biasa cantik; semua itu lebih dari cukup untuk membuat mereka yang berhati ular menjadi sirik dan iri luar biasa. Sifat Dantes yang jujur, agak polos, namun tegar dan berbakti kepada orang tua semakin membuat sejumlah orang dekatnya membencinya. Dan sebuah konspirasi mengerikan pun disusun. Intrik politik ditebar, dan kali ini Dantes lah yang menjadi korbannya.

            Tepat di hari pertunangannya dengan gadis yang ia cintai, Mercedes, para polisi Prancis menahan Dantes dengan alasan yang Dantes sendiri tidak benar-benar memahaminya. Amanah untuk menyampaikan surat kepada salah satu partisan Napoleon Bonaparte telah dijadikan sebagai bukti tak terbantahkan untuk menahan Dantes. Waktu itu, Prancis tengah bergolak karena perebutan kekuasaan antara kaum Republik dan pendukung Monarkhi. Dan, karena yang berkuasa saat itu adalah kaum Monarkhi, maka segala yang berkaitan dengan Bonaparte adalah sensitif dan membahayakan keamanan negara. Dantes pun hanya bisa pasrah ketika seorang pejabat tinggi yang ia kira akan membantunya malah menjebloskannya ke penjara Château d’if.


            Di penjara yang berada di tengah laut inilah Dantes mengalami transformasi dalam kehidupannya. Ayahnya meninggal karena kelaparan karena tidak ada yang mengurusinya, sementara kekasihnya yang lelah menunggu akhirnya menikah dengan salah satu musuhnya. Begitu beratnya tekanan yang ia terima, memaksanya untuk bersumpah akan membalas dendam kepada mereka.  Satu mata untuk satu mata, satu gigi untuk satu gigi!

          Dan, Tuhan memang Maha Adil. Kesempatan untuk membalas dendam itu pun tiba lewat tangan seorang pastur tua yang ditahan di samping sel Dantes. Di penjara itu Dantes dipertemukan dengan seorang bijak yang kemudian melimpahinya dengan kebijaksanaan, ilmu pengetahuan, harta karun, dan lebih dari semuanya—harapan. Dantes pun menjalani masa penjaranya bak seorang siswa yang bersekolah. Ketika tiba waktunya ia melarikan diri dari penjara terkutuk itu, Dantes sudah berubah menjadi pria yang berbeda. Ia jauh lebih cerdas, lebih kuat, lebih terfokus, dan lebih berbahaya.

            Orang bijaksana dari penjara telah mewariskan setumpuk harta karun di pulau Monte Cristo. Dengan harta luar biasa itulah Dantes mengubah dirinya menjadi The Count of Monte Cristo—orang bebas dengan kekayaan yang tak terbatas. Inilah saat untuk membalaskan dendam. Dantes—atau Count of Monte Cristo—kembali ke Paris dan dengan penuh kesabaran menyusun rencana pembalasan dendam. Sebuah pembalasan dendam yang manis, pelan, namun luar biasa mematikan. Namun, ia juga membalas jasa kepada mereka yang dulu pernah membantunya. Menjelma sebagai orang kaya baru di Prancis, Count of Monte Cristo mulai memasuki kehidupan para musuhnya—yang kini juga telah menjadi orang-orang penting di Prancis. Dan, pembaca sendiri akan menyaksikan betapa pembalasan dendam yang dilakukan secara perlahan dan penuh kesabaran itu adalah pembalasan dendam yang sesungguhnya paling mematikan. Dantes tidak hanya memukul telak tiga orang paling jahat yang dulu mejebloskannya ke penjara, namun juga membuat keluarga mereka hancur berantakan. Bahkan, Mercedes dan anaknya—yang tidak terlibat langsung dalam kejahatan terhadap Dantes pun ikut menerima akibatnya.

            Membaca The Count of Monte Cristo,  pembaca benar-benar diajak kembali ke Prancis pada abad Bonaparte. Mulai dari selera berpakaian, kondisi rumah dan bangunan, adat kebiasaan, hingga cara berbicara; semuanya benar-benar mencerminkan keadaan Prancis pada abad ke-18. Saya paling kagum dengan pemakaian kata-kata khas kelas atas—yang penuh adab sopan santun namun terkadang penuh kemunafikan—yang digunakan dalam novel tebal ini. Penerjemah juga piawai dalam mentransfer suasana atau nuansa kalimat dari novel asli ke dalam bahasa Indonesia. Sungguh, saya sampai terheran-heran betapa kalimat-kalimat penuh sopan santun yang diucapkan oleh Dantes, atau Dagglars, atau Albert, atau Morcerff bisa menyembunyikan bisa yang luar biasa beracun.

            Dibutuhkan kesabaran ekstra untuk membaca bagian tengah dari novel tebal ini. Halaman-halaman pertama berjalan cepat dan lurus, namun temponya agak melambat pada bagian tengah. Bagian paling seru adalah halaman 400 ke atas, ketika satu demi satu musuh Dantes mulai merasakan dampak dahsyat dari kejahatan yang mereka lakukan terhadap Dantes. Pembaca juga akan disuguhi dengan berbagai ungkapan bijak dari sang penulis, yang menjadikan karya ini begitu universal dan penuh nilai-nilai kemanusiaan. Inilah yang menjadikan The Count of Monte Cristo sebagai satu karya klasik yang setidaknya harus Anda baca sekali dalam seumur hidup. Kesabaran pada akhirnya memang akan berbuah manis. Selamat membaca.
Read more »

Selasa, 28 Juni 2011

Situs-Situs Buku Favorit

Situs forum diskusi semacam kaskus saat ini sudah menjamur, disusul dengan situs semacam facebook danTwitter serta sejenisnya yang juga sudah makin banyak. Lalu dimana letak situs untuk pencinta buku? tenang aja, ternyata banyak juga lho situs-situs buku di dunia maya yang kreatif dan menginspirasi. Berikut ini ada empat situs buku layak direkomendasikan bagi para pencinta buku:

1. Goodreads
Situs jejaring sosial yang mengkhususkan pada katalogisasi buku ini didirikan oleh Otis Chandler,seorang insinyur software dan manager produk di Tickle.com. Sama seperti situs jejaring sosial yang lain,situs ini menampilkan konten friend,group,maupun discussion. Bedanya,anggota Goodreads dapat menampilkan buku dalam berbagai kategori seperti: sudah dibaca (read),buku yang sudah dibaca (currently reading),dan akan dibaca (to read).Dalam situs ini, pengguna dapat saling berbagi rekomendasi buku bacaan dengan memberikan review maupun komentar. Saat ini situs ini telah mencapai lima jutaan anggota dengan 160 juta buku yang telah masuk katalog Goodreads.
Sumber:http://www.goodreads.com/
              http://wikipedia.org/
2. Indonesia Buku

Indonesia Buku didirikan pada 23 April 2006 di Yogyakarta oleh Taufik Rahzen, Galam Zulkifli, Dipo Andy Muttaqien, Eddy Susanto, dan Muhidin M Dahlan.Awalnya merupakan sayap literasi dari Gelaran Budaya, sebuah bale budaya dan sekaligus galeri seni yang didirikan pada akhir 1999. Maksud pendirian organ ini adalah untuk merekam peristiwa perbukuan di Indonesia. Ditujukan untuk merespons dan memberi catatan-catatan penting tentang pergulatan manusia dan buku atau buku dengan buku.
Sumber: http://www.indonesiakreatif.net.
3. The Book Cover Archive
Cover atau sampul adalah bagian terpenting dalam aset sebuah buku. Dalam dunia perbukuan sampul ini juga patut diperhitungkan karena tidak hanya menambah estetika buku tapi juga minat pembaca untuk memilikinya. Situs buku The Books Cover Archive yang diciptakan Eric Jacobsen dan Ben Pieratti ini hadir untuk mengarsipkan sampul-sampul buku, menginspirasi para ilustrator dan juga menyampaikan kepada para pembaca agar lebih menghargai usaha mereka menciptakan sampul-sampul tersebut sebagai sebuah karya seni.
Sumber: http://appappeal.com
4. Pinjambuku
Coba bayangkan berapa banyak ruang yang kita habiskan untuk menyimpan koleksi buku kita? Kenapa tidak “menitipkannya” kepada orang lain yang dalam hal ini meminjamnya dari kita. Dua manfaat didapat, orang bisa membaca buku kita dan kita tidak menghabiskan ruang untuk menyimpan fisik buku. Begitulah tujuan utama dari situs pinjam buku yang didirikan oleh para blogger ini.
Harapan besar para penggagasnya  tidak lain adalah  menyediakan sebuah perpustakaan besar tak berbatas ruang yang bisa dimiliki  bersama . Hanya bermodal satu buku, semua sudah bisa mencari beragam buku. Kita tinggal cari buku yang kita inginkan dan dekat dengan lokasi kita. Mudah dan bermanfaat untuk semua!
Sumber: http://duniaperpustakaan.com
               http://dblogger.blogdetik.com


Bagaimana menurutmu?
Read more »

Senin, 27 Juni 2011

Sendratari Mahakarya Borobudur

Sendratari Mahakarya Borobudur
Timbul Haryono, Sutarno Haryono, Maryono & Soegeng Toekio
Penerbit KPG - 2011
142 hal.

Buku Sendratari Mahakarya Borobudur ini, gue peroleh dari hasil menang quiz di twitter. Buku ini terbagi dari 3 bagian.

Bagian pertama adalah sejarah Borobudur. Dari bagian ini, gue jadi tau, kalo Belanda gak hanya bisa ‘menjajah’ Indonesia, tapi justru ikut membantu di awal restorasi Candi Borobudur ini. Gue jadi bersyukur Borobudur ini gak dihancurkan meskipun saat itu sudah tertutup semak belukar dan dalam kondisi yang rusak.

Candi Borobudur menyimpan banyak filosofi. Dari relief-relief yang terpahat di dinding batu yang melingkar di Candi Borobudur, terlihat berbagai perilaku manusia plus hukuman yang menanti. Candi Borobudur dibangun atas perintah Raja Samaratungga. Saat itu keadaan kacau balau, kejahatan merajalela, saling menindas dan rakyat menderita. Untuk itulah, ayah Raja Samaratungga, merasa wajib untuk membawa rakyatnya ke jalan yang benar. Raja Samaratungga mengaplikasikan keinginan ayahnya ke dalam bentuk candi yang berisi ajaran-ajaran hidup.

Bagian kedua adalah tentang sendratari Mahakarya Borobudur itu sendiri. Tarian ini bercerita tentang riwayat pembangunan Candi Borobudur. Adegan per adegan terpapar dengan rinci di sini. Detail pakaian, aksesoris, musik, tata panggung dan cahaya. Semua dipersiapkan dengan matang, agar pada saat pementasan betul-betul menunjukkan kemegahan Candi Borobudur, dan juga sendratari itu sendiri.

Sementara di bagian terakhir, dijelaskan awal mula terbentuknya ide untuk pementasan sendratari ini. Selain untuk melestarikan budaya sendratari itu sendiri, juga ada keinginan untuk menjadikan Candi Borobudur ini ‘hidup’ di malam hari. Diharapkan dengan adanya sendratari ini, wisatawan baik domestik maupun luar negeri, akan memperoleh pengalaman baru dari kunjungan mereka ke Candi Borobudur.

Di bagian belakang buku ini, selain ada penjelasan tentang istilah-istilah yang dipakai dalam tarian-tariannya, juga ada foto-foto selama pementasan itu sendiri. Foto-fotonya cukup jelas, tapi menurut gue, akan lebih baik kalo disisipkan di bagian dua,. Jadi pembaca gak perlu bolak-balik untuk nyari penjelasan antara adegan yang ditulis dengan fotonya.

Gue membayangkan, seandainya gue bisa menyaksikan pementasan Sendratari Mahakarya Borobudur ini, gue pasti bakal merasa merinding. Ahhh.. jadi pengen ke Borobudur lagi.

Read more »

The HERetic’s Daughter

The HERetic’s Daughter
Kathleen Kent @2008
Leinovar Bahfein (Terj.)
Matahati, Mei 2011
282 hal.

Berkisah tentang kehidupan di Inggris sekitar tahun 1690 – 1692, masa-masa yang penuh dengan kemunafikan. Keluarga Carrier pindah dari Billerica ke Andover. Tapi kedatangan mereka tidak disambut ramah oleh para penduduk. Mereka dianggap membawa wabah penyakit cacar yang kala itu adalah penyakit yang mematikan. Banyak penduduk terkena cacar, akhirnya meninggal, termasuk nenek Sarah Carrier. Sebab lainnya adalah, karena ibu Sarah, Martha Carrier dianggap sebagai penyihir, penganut aliran sesat, apalagi Martha tidak akan mau datang ke gereja seandainya tidak dipaksa oleh ibunya.

Banyak cerita-cerita miring seputar keluarga Carrier, tentang ayahnya yang mantan pengawal Kerajaan Inggris, tentang perebutan tanah keluarga, belum lagi gosip-gosip yang sering menyudutkan mereka. Jika salah satu tetangga mengalami musibah – dan kebetulan beberapa hari sebelumnya bertengkar dengan Martha, maka mereka akan menuduh semua itu disebabkan sihir Martha Carrier.

Di masa itu, banyak orang-orang tak bersalah dijebloskan ke penjara karena dianggap sebagai penyihir, tak hanya orang tua, tapi anak-anak dari mereka yang tertuduh pun diseret masuk ke penjara. Tujuannya, jika anak-anak itu dimasukkan ke penjara juga, maka orang tua mereka akan mengakui tindakan jahat mereka, bahwa mereka memang penganut aliran sesat.

Di masa itu penganut agama Kristen terpecah dua. Ada yang mengaku sebagai penganut Kristen yang taat, Di setiap khotbahnya, sang Pendeta selalu menekankan akan siksa neraka bagi mereka yang menyimpang. Dan di sisi lain, penganut ajaran seperti Martha Carrier punya pendapat sendiri. Ia teguh pada pendiriannya.

Pada akhirnya, Martha Carrier pun masuk penjara. Tapi, ia dengan teguh tetap tidak mau mengaku bersalah. Satu per satu anaknya pun diseret masuk ke penjara. Sarah yang sering bersimpangan dengan ibunya pelan-pelan mengerti akan keteguhan sikap ibunya. Sama seperti yang lain, Martha Carrier hanya diminta mengaku, tapi tidak diberi kesempatan untuk membela diri.

Orang-orang yang katanya penganut Kristen yang taat, malah saling bergunjing, menyebar berita bohong. Seorang istri kepala polisi tega-teganya merampas baju para tahanan, sedikit memaksa mereka untuk menukar pakaian mereka demi makanan yang lebih layak di dalam penjara.

Awalnya gue agak bingung membaca buku ini. Latar belakang sejarahnya menarik, tentang penyihir Salem – mungkin gue beberapa kali membaca buku dengan latar belakang yang sama. Tapi tetap pengetahuan gue akan hal ini masih minim. Di buku ini juga terlalu sedikit pengantar biar pembaca sedikit jelas dengan sejarah yang melatari buku ini. Hmmm.. jadi inget The Virgin Blue - Tracy Chevallier.

Cerita ini sendiri, di bagian depan pun agak lamban. Tadinya gue berharap ada tanda-tanda kenapa Martha Carrier dianggap sebagai penyihir, atau ada rahasia yang dibagi oleh nenek Sarah. Hanya ada satu buku harian Martha Carrier yang tadi gue bikin bakal menyingkap semua, tapi ternyata sampai akhir pun, gak dikasih tau apa isi buku itu.

Tapi, makin ke belakang, isi buku ini makin bikin miris, bikin gregetan dan membuat gue berpikir, ternyata orang-orang jaman dulu juga udah pada gila. Gak peduli jenis kelamin, bahkan perempuan tua, lagi hamil, anak-anak yang gak jelas apakah mereka bersalah atau gak, asal diisukan sebagai penganut aliran sesat langsung main tangkap dan berakhir di tiang gantungan.

Read more »

Tunnels

Judul                :Tunnels, Will Burrows dan Koloni Misterius Bawah Tanah
Penulis              : Roderick Gordon dan Brian Williams
Penerjemah      : Berliani M. Nugrahani
Penyunting        : Andhy Romdani
Proofreader      : Adriyani Kamsyah
Ilustrasi Isi        : Sweta Kartika dan Radhinal Indra
Cetakan           : VI, Oktober 2009
Tebal                : 651 halaman
Penerbit            : Mizan Fantasy


            Membayangkan ada sebuah komunitas yang hidup dan tinggal di bawah tanah mungkin bukan merupakan sesuatu yang baru bagi kita. Paling tidak, novelis kenamaan Jules Verne juga pernah menyinggung keberadaan dunia lain di bawah tanah kita berpijak dalam novel legendarisnya The Journey to the Center of the Earth. Dalam Tunnels, kita bisa menemukan kembali versi yang lebih modern dan lebih memiliki banyak penjelasan tentang dunia bawah tanah ini. Tunnels juga menawarkan solusi-solusi yang lebih aplikatif, karakter-karakter yang jauh lebih manusiawi, fakta-fakta dan data-data terbaru tentang dunia di bawah tanah, serta—yang paling seru—petualangan dan alur cerita yyang tidak kalah menegangkan. Sebelumnya, siapkan sekop dan belencong Anda. Kita akan segera memasuki terowongan menuju ke dunia bawah bersama Will dan Chester.

           Will Burrows hanyalah seorang remaja belasan tahun dengan jerawat yang memenuhi wajahnya. Ia berteman dengan Chester dan juga pernah di-bully oleh anak-anak nakal di kelasnya. Sekilas, tidak ada yang istimewa dari Will, kecuali hobinya yang agak nyeleneh: ia suka menggali terowongan. Kesukaannya akan sekop dan penggalian ini mungkin ditularkan oleh sang ayah yang juga sering melakukan penggalian pribadi demi mencari artefak-artefak arkeologis. Ibunya lebih sering tenggelam dalam dunianya sendiri, sementara Rebecca—adiknya—adalah satu-satunya orang yang “normal” dalam keluarga nyentrik ini. Kehidupan Will berubah 180 derajat ketika ia mendapati fakta bahwa ayahnya telah menghilang. Satu-satunya petunjuk adalah ayahnya pergi ke bawah tanah dengan menggali terowongan di ruang bawah tanahnya. Didukung oleh kesukaannya menggali, Will dan Chester pun bahu membahu membuat terowongan menembus cadas dan tanah demi mencari ayahnya. Dan apa yang mereka temukan di bawah tanah ternyata lebih dahsyat dari impian mereka yang paling liar. Mereka menemukan sebuah koloni bawah tanah yang telah dilupakan oleh dunia atas, Colony. 

            Colony adalah sebuah komunitas orang-orang yang tinggal, hidup, dan bekerja di bawah tanah. Mereka diatur oleh para Styx  yang kejam. Dunia bawah tanah itu diterangi oleh batu bersinar—yang oleh penulis digambarkan akan menyala ketika berada di tempat gelap dan akan meredup ketika keadaan terang benderang. Kota bawah tanah ini terhubung ke Dunia Atas oleh saluran-saluran udara yang menyelip secara rahasia di antara cerobong-cerobong asap Dunia Atas. Belum hilang kekagetannya, mereka berdua diamankan oleh polisi di Colony, ditahan dan diejek habis-habisan karena para penghuni bawah tanah itu sangat membenci orang-orang dari Dunia Atas atau Top Soilers.  Di dunia yang baru ini, Will juga menemukan sebuah kebenaran baru, ia memiliki adik kandung di dunia bawah tanah—di dunia di mana  ia dulu berasal.

           Will pun diadopsi oleh kerabatnya yang tinggal di Colony, dan ia segera akrab dengan adiknya Cal serta pamannya, Tam. Bertiga, mereka memulai sebuah petualangan baru untuk membebaskan Chester yang masih ditahan, berkelana di Eternal City—yang berada tepat di bawah London, memasuki lorong demi lorong yang memusingkan, menghindari menghirup hawa bawah tanah yang mengandung wabah, serta menjalani pertempuran dan adegan kejar mengejar seru dengan para Styx yang kejam. Di penghujung cerita, Will menemukan sebuah kejutan pahit tentang Rebecca. Apakah itu, baca sendiri ya hehehe.

             Membaca Tunnels luar biasa mengasyikkan. Sebagaimana testimoni Andrea Hirata yang mengatakan bahwa membaca Tunnels ibarat menonton film, lembar demi lembar di dalamnya menawarkan ketegangan dan kejutan-kejutan yang tersamar di balik setiap peristiwa biasa. Gaya penceritaan di bagian awal mungkin akan sedikit lambat dan monoton, karena kita baru diajak menginjak dunia bawah tanah itu pada halaman dua ratus sekian. Mungkin, penulis sengaja menyiapkan Will dan Chester sebelum mereka memulai petualangan bawah tanah mereka. Terowongan pun digali dan kejutan demi kejutan seolah menanti di balik kelokan lorong-lorong terowongan di bawah tanah. Pada beberapa bagian, pembaca seperti diajak untuk bersabar dengan alur cerita yang seolah berhenti sebentar, berputar, lalu berlanjut lagi. Ini yang kadang membuat pembaca greget dan beristirahat sejenak dari membaca. Namun, mendekati bagian akhir, cerita mulai bergulir cepat dan naik turun (dalam arti konotatif maupun denotatif). Adegan kejar mengejar serta pertempuran dengan Styx begitu menguras perhatian, sebelum cerita bergulir ke akhir yang membikin penasaran.

           Awalnya, saya sempat bertanya-tanya tentang apa yang membuat buku ini begitu laku walaupun tema dan cerita yang dihadirkan bukanlah cerita yang baru. Namun, begitu membuka lembar-demi-lembar di dalamnya, tahulah saya bahwa Tunnels menawarkan dunia bawah tanah yang berbeda. Alih-alih tercipta secara alami, Will benar-benar harus menggali sendiri terowongannya untuk bisa menuju ke bawah. Ada kerja keras dan kesungguhan kemauan anak muda yang sekuat cadas dalam alur ceritanya. Dunia penggalian pun diceritakan dengan begitu bersemangatnya sehingga pembaca bisa memaklumi mengapa Will begitu menyukai aktivitas menggali dan membuat terowongan. Baca sendirilah kalau ingin mengetahui serunya petualangan Will Burrows di bawah tanah. Siapkan sekop Anda, perhatikan apa yang menanti di ujung terowongan. Bersiap-siaplah, jangan lupa untuk tetap membawa cahaya. Terima kasih kepada Penerbit Mizan dan Komunitas Peresensi Jogjakarta, yang telah memungkinkan saya membaca karya hebat ini. 

Read more »

Jumat, 24 Juni 2011

Books Available for Swap

Monggo, silakan dilihat list buku yang tersedia, mungkin ada satu yang berkenan. :)


The Blue Nowhere (Novel)                               Jeffery Deaver                          Gramedia
The Secret History of Lord Mushashi                J. tanizaki                                 Kantera
The Celestine Prophecy                                    J.Redfield                                 Gramedia
Petualangan Peter Pan                                      J.M. Barrie                               Jendela
Sepotong Tangan                                              Guy de Maupassant                  Narasi
Lie Down with Lion (Musuh dlm Selimut)          Ken Follet                                Gramedia
Destination Unknown                                        Agatha Christie                        Gramedia
Along came a Spider                                        James Patterson                        Gramedia
Misteri Pembunuhan di kakek Bodo                  S. Mara Gede                          Gramedia
Narapidana Luar Galaksi                                  Rahmat Ali                               Grasindo
Sherlock Holmes A Study in Scarlet                  Conan Doyle                            Gramedia
The Rule of Four                                              Caldwell & Dustin                    Arrow Books
The Swiss Family Robinson                              Johann D. Wyss                       Tor Classics
The Pillar of Earth                                                                                             Gramedia
The Art of Money                                             Curiosita
Cinta yang Hilang                                              O. Henry                                  Serambi
James dan Persik Raksasa                                Roald Dahl                               Gramedia


Your Inner Garden (Taman hati Anda)               Marie Russel                            Media Abadi
Keajaiban Emosi Manusia                                 Roger Daniels S                        Think
Asal Usul Manusia                                            Ricard Leakey                          KPG
A New Earth                                                    Eckhart Tolle                            Mitra Abadi
Membangkitkan Ruh Profesionalisme                Andreas Harefa                        Gramedia
Read more »