Rabu, 27 April 2011

The Virgin Blue

The Virgin Blue (Biru Sang Perawan)
Tracy Chevalier
Lanny Murtiharjana (Terj.)
GPU – Juli 2006
360 Hal.

Perancis tahun 1500an, penuh dengan intrik-intrik yang berhubungan dengan agama. Seorang gadis bernama Isabelle du Moulin, tadinya hanya gadis biasa, anak seorang bidan. Saat rambutnya berubah menjadi merah, ia dipanggil La Rousse. Tadinya itu hanyalah panggilan biasa, tapi ketika seorang pendeta baru datang dan menyebarkan ajaran baru, Isabelle jadi dikucilkan, dianggap punya ‘hubungan batin’ dengan Sang Perawan. Ia harus menutup rapat-rapat rambutnya, agar tak sehelai pun rambut merahnya terlihat.

Karena hamil di luar nikah, Isabelle terpaksa menikah dengan Etienne Tournier. Keluarga Tournier adalah keluarga yang terpandang. Ayah Isabelle membenci mereka. Tinggal di rumah keluarga Tournier, tidak membuat Isabelle merasa tidak nyaman. Hampir semua bersikap memusuhinya, terutama ibu mertuanya, Hannah. Isabelle mempunyai 3 orang anak dari hasil pernikahannya dengan Etienne. Salah satunya perempuan, yang ia beri nama Marie – nama yang menjadi kontroversi pada masa itu.

Saat terjadi pembantaian besar-besaran, keluarga Tournier meninggalkan rumah dan lading pertanian mereka dan pindah ke desa lain.

Dan, selang 4 abad kemudian, Ella Turner pindah ke Perancis mengikuti suaminya yang ditugaskan di sana. Di Perancis, ia kerap merasa terasing. Karena di kota kecil itu, semua orang maunya berbahasa Perancis, dan meskipun berusaha berkomunikasi dengan bahasa Perancis yang masih belepotan, masih saja tidak ditanggapi dan malah dipandang sinis. Para penduduk kerap bergunjing dan mau tahu semua urusan orang lain. Ella menjadi merasa tidak nyaman.

Dari hasil korespondensi dengan kerabatnya, ia pun akhirnya mencari informasi tentang silsilah keluarganya, di mana ternyata nama Turner berasal dari nama Tournier. Dan, mulailah pencarian sejarah yang membawanya pada banyak perubahan. Dalam prosesnya, Ella berkenalan dengan seorang pustakawan, Jean-Paul.

Ella kerap mendapat mimpi-mimpi berwarna biru, biru yang sama seperti yang pernah dilihat Isabelle. Warna biru yang membawa malapetaka dan akhir yang tragis dari hidup anak perempuannya, Marie.

Biasanya gue tertarik membaca fiksi yang ada sejarah-sejarahnya sedikit. Tapi, entah kenapa, membaca buku yang gak terlalu tebal ini rada membuat gue bosan. Mungkin karena gue gak mencernanya dengan ‘sepenuh hati’, makanya gue juga agak gak menangkap inti cerita ini. Selain, bahwa banyak hal tabu di masa itu, bahwa orang lebih percaya takhayul ketimbang ajaran agama.
Read more »

Minggu, 24 April 2011

Terorist

Judul : Terorist
Penulis : John Updike
Penerjemah : Abdul Malik
Penerbit : Pustaka Alvabet
Cetakan : I, Des 2006
Tebal : 499 hal


Akhir-akhir ini situasi kemanan Indonesia kembali terganggu oleh teror Bom yang meresahkan maysarakat, dimulai dari teror bom buku beberapa bulan yang lalu ditujukan kepada sejumlah tokoh kenamaan di negeri ini, hingga akhirnya sebuah bom bunuh diri di Masjid Mapolres Bogor. Seperti pelaku bom bunuh diri di hotel JW. Mariot beberapa tahun yang lalu kali ini eksekutor bom bunuh diri di Cirebon pun dilakukan oleh seorang pemuda yang masih belia.

Mengapa para pemuda kita begitu mudah dipengaruhi untuk melakukan aksi biadab ini? Kira-kira apa yang mereka alami dan rasakan ketika menjadi eksekutor bom bunuh diri? John Updike (1923-2009) seorang book reviewer sekaligus novelis terkenal mencoba memberikan jawaban atas pertanyaan diatas melalui novel terakhirnya 'Terorist" (2006)

Ahmad Ashamy Mulloy, seorang pemuda berusia delapan belas tahun adalah seorang remaja cerdas yang taat pada ajaran agamanya. Ia tinggal di New Prospect (New Jersey) yang materialistis dan hedonis bersama ibunya, Teresa Malloy yang berdarah Irlandia-Amerika. Ayahnya yang berkebangsaan Mesir, meningalkannya sejak Ahmad berusia tiga tahun. Ketika berusia sebelas tahun ia memeluk agama Islam dan semenjak itu pula dua kali dalam seminggu ia mempelajari Kitab Suci al-Quran dibawah bimbingan Syaikh Rasid, seorang imam masjid di West Main Stret – New Prospect.

Di sekolahnya, Ahmad dikenal sebagai murid yang pintar. Agamanya menjaganya dari obat-obatan terlarang dan tindakan asusila, meski hal ini membuatnya agak tersisih dari teman-teman kelasnya. Karena hidup selama bertahun-tahun tanpa ayah, dan hidup bersama ibunya seorang penganut Katolik yang tanpa iman, dan digembeleng dengan keras oleh guru agamanya, Ahmad tumbuh menjadi pengabdi setia pada Allah, menjadikanNYA sebagai teman sejati yang lebih dekat dari urat lehernya.

Pengaruh Syaikh Rasyid sedemikian besarnya dalam kehidupan Ahmad, tak seorangpun yang dapat mengalihkan perhatian Ahmad dari mengikuti ajaran agamanya yang disebut sebagai “Jalan yang Lurus”. Selain belajar membaca ayat-ayat suci Al-Quran, Ahmad juga diwajibkan untuk mengikuti petunjuk Allah secara total dalam kehidupannya, termasuk melakukan jihad dan mati syahid untuk melawan musuh-musuh Allah, antara lain bangsa Amerika yang dianggapnya sebagai bangsa yang kafir.

Setelah lulus dari SMA, Jack Levy, guru pembimbingnya menganjurkan agar Ahmad melanjutkan ke univeritas terkemuka. Namun Ahmad lebih mentaati anjuran Syaikh Rasyid agar ia menjadi supir truk. Ketika ia memperoleh pekerjaan sebagai supir truk di sebuah toko perabotan yang dimiliki oleh keluarga Libanon, ternyata sejumlah rencana telah diatur dengan rapih. Sejak awal Ahmad memang disiapkan oleh Syaikh Rasyid untuk menjalankan jihad dan melakukan misi bunuh diri dengan menjadikan dirinya pembawa truk berisi bom yang siap untuk diledakkan di terowongan di Lincoln – New Jersey. Akankah Ahmad bersedia menjalankan misi yang diyakininya sebagai misi suci untuk menghancurkan musuh-musuh Allah ?


Kisah diatas adalah karya teranyar dari John Updike, novelis senior yang produktif dan pemenang dua kali Putlitzer Prize (1981 & 1991). Novel ke duapuluh dua John Updike ini diberi judul Terorist (2006). Novel ini mendapat respon yang baik dari pembacanya. Baru saja beberapa minggu terbit, novel ini telah dicetak ulang sebanyak enam kali dengan jumlah 118.000 copy dan habis terjual dalam waktu yang singkat.

Apa yang menarik dari novel ini ? Novel ini memang tak seseram judulnya. Pembaca mungkin akan terkecoh melihat judulnya yang provokatif dan menyangka novel ini sarat dengan kekerasan dan baku tembak dengan plot yang cepat dan menegangkan.
Tidak!, kita tak akan menemukan adegan baku tembak atau berbagai peledakan yang menghiasi lembar-lembar novel ini. Novel ini memiliki alur yang cenderung lambat dan lebih mengutamakan eksplorasi karakter, kondisi psikologis beserta pemikiran para tokoh-tokohnya. Wikipedia mengkategorikan novel ini kedalam genre Philosophical, War.

Seperti dalam novel-novel lainnya Updike memang gemar mengkolase tema filsafat dengan tema aktual. Dalam Terorist, ia banyak
bermain-main dengan apa yang ada dalam pikiran dan dialog-dialog para tokohnya yang sarat dengan debat filosofis dan teologis akibat benturan antara keyakinan tokoh-tokoh radikal dengan tokoh-tokoh sekuler yang hidup secara hedonis materialistis yang bisa dikatakan merupakan gambaran umum masyarakat Amerika.

Dari novelnya ini John Updike tampak menguasai Islam. Menurut Amitav Ghosh dalam reviewnya yang dimuat dalam Washington Post, Updake tak hanya sekedar membaca Al-Quran, ia juga mempelajarinya secara intens. Tak heran jika Updike menyertakan banyak kutipan ayat-ayat Al-Quran beserta pemahamannya dalam novelnya ini.

Seperti diungkap diatas, karakter tokoh-tokoh di novel ini dideskripsikan secara detail, selain tokoh Ahmad, tokoh-tokoh lainnya seperti Jack Levy (guru pembimbing Ahmad) Beth Levy , Teresa Malloy , Charlie Chebab (atasan Ahmad), mendapat porsi yang banyak dikupas sehingga mengakibatnya alur novel ini terasa lambat. Sayangnya juga karakter Syaikh Rasid hanya sedikit dikupas dibanding tokoh-tokoh lain, padahal dialah tokoh yang paling berpengaruh dalam kehidupan Ahmad.

Di novel ini juga pembaca akan melihat bagaimana kondisi kerohanian masyarakat Amerika yang dilihat dari sudut pandang tokoh Ahmad yang mewakili para pejuang kebenaran yang rela mati syahid demi keyakinannya. Di mata Ahmad Amerika adalah bangsa yang tidak memiliki Tuhan, “Dan karena tidak ada Tuhan, semua digambarkan dengan seks dan benda-benda mewah, Lihatlah televisi, Mr. Levy, bagaimana seks selalu memanfaatkan Anda agar bisa menjual sesuatu yang tidak Anda butuhkan. …Perhatikan bagaimana umat Kristiani melakukan pembunuhan besar-besaran terhadap penduduk asli Amerika dan mengesampingkan Asia dan Afrika, dan sekarang mulai merambah Islam, dengan segala sesuatu di Washington yang dikendalikan oleh orang Yahudi untuk mengekalkan pendudukan mereka atas Palestina.” (hal 57).

Karena mengambil setting kota kecil di Amerika, beberapa tahun setelah serangan 11 September, novel ini juga mengungkap bagaimana sebenarnya kebebasan yang diagungkan oleh masyarakat Amerika justru “membuat negara ini lebih mudah disusupi teroris, dengan menyewa pesawat terbang dan mobil gerbong, serta mengeset website.” (hal 40). Phobia masyarakat Amerika terhadap sesuatu yang berbau Islam termasuk masyarakat muslimnya juga terungkap lewat sebuah dialog antar tokohnya “Kami memang memutus sambungan telepon setelah peristiwa Sebelas-September, kami sering menerima telepon bernada ancaman dari golongan Anti-Muslim” (hal 122).

Di 70 halaman terakhir terdapat hal yang sangat menarik, Updike mendeskripsikan dengan detail bagaima akifitas yang dilakukan oleh Ahamd selaku pelaku bom bunuh diri lengkap dengan bagaimana gejolak batinnya pada saat ia mengemudikan truknya menuju titik sasaran dimana ia akan meledakkan truknya dan mati syahid untuk membela keyakinannya.

Apa manfaat yang bisa kita ambil dari novel ini ? Saat ini beberapa negara di dunia, khususnya Amerika memang selalu berada dibawah ancaman bayang-bayang sekelompok pihak yang sering disebut teroris. Bahkan indonesiapun sudah beberapa kali menjadi sasaran bom bunuh diri. Karenanya kehadiran novel ini setidaknya bisa memberikan gambaran apa sebenarnya yang mereka perjuangkan dan apa yang kira-kira ada di benak seorang pelaku bom bunuh diri sebelum ia melaksanakan tugasnya demi sebuah keyakinan yang dianutnya.

@htanzil

nb:

Review ini pernah ditayangkan pd thn 2006 yg lalu. Kali ini kembali saya tayangkan karena saya rasa novel ini menjadi relevan kembali untuk terkait semaraknya teror bom di seluruh penjuru Indonesia.

Review dan data novel ini sy buat berdasarkan terjemahannya yg diterbitkan oleh Alvabet pada thn 2006. Kalau tidak salah pd tahun 2009 terjemahan novel ini dicetak ulang oleh Penerbit Alvabet dengan cover yang berbeda. Sayang saya tidak berhasil memperoleh foto cover ed. terjemahan thn 2009.
Read more »

Rabu, 20 April 2011

Sisters Red

Sisters Red (Dua Saudari Bertudung Merah)
Jackson Pearce @ 2010
Ferry Halim (Terj.)
Penerbit Atria – Cet 1, Februari 2011
432 Hal.

Kehidupan Scarlett dan Rosie March tiba-tiba berantakan ketika seorang pria misterius datang ke rumah mereka di suatu siang. Pria misterius itu tidak hanya merengut nyawa Oma March, hingga menyebabkan mereka harus bertahan hidup berdua, tapi juga mengakibatkan Scarlett kehilangan mata kanannya dan mempunyai bekas luka di sekujur tubuhnya.

Pria yang menawarkan jeruk itu bukanlah manusia sesungguhnya, ia adalah seorang (atau seekor?) Fenris, atau serigala jadi-jadian, atau yang biasa kita kenal dengan sebutan werewolves. Tapi, ow, jangan bayangkan werewolves ini seperti Jacob di Twilight Saga, di sini Fenris itu sangat mengerikan. Awalnya, mereka menyamar sebagai pria ganteng, rapi dan berlaku baik-baik, tapi begitu mereka berubah, sangat mengerikan dan menjijikan. Korban mereka adalah gadis-gadis muda yang gampang tergoda oleh rayuan pria. Mereka biasanya ada di tempat ramai tapi cenderung terpisah, mereka akan menggiring korban ke tempat yang gelap dan sepi dengan segala bujuk rayu, baru kemudian mereka perlahan-lahan berubah menjadi Fenris.

Kejadian mengerikan itu, membuat Scarlett bertekad untuk memburu para Fenris sampai habis. Ia menjadi sangat protektif terhadap Rosie. Meskipun ia menganggap Rosie sebagai rekannya dalam berburu, tapi sangat berat bagi Scarlett membiarkan Rosie berburu sendiri. Rosie yang cantik adalah umpan yang tepat untuk Fenris. Dengan kostum jubah merah lengkap dengan tudungnya, Scarlett dan Rosie memancing para Fenris untuk mendekat. Di balik jubah merah, tersembunyi senjata yang mematikan.

Semakin lama, berburu Fenris menjadi semacam obsesi bagi Scarlett. Baginya jika ia bersantai dan lengah sedikit, berarti akan ada gadis lain yang menjadi korban. Ia merasa tugasnyalah untuk menyelamatkan dunia ini dari Fenris. Tapi tidak bagi Rosie, yang diam-diam jatuh cinta pada sahabat mereka sejak kecil, Silas. Silas tak lain, adalah partner mereka juga dalam berburu. Dan Scarlett kerap marah setiap perhatian mereka berdua teralihkan dari berburu. Sementara Rosie merasa ia harus setia pada Scarlett yang sudah berkorban begitu besar untuk menyelamatkan nyawanya.

Masalahnya sekarang ini, adalah pergerakan Fenris yang semakin cepat, karena mereka sedang berburu Calon Fenris baru – seorang putra ketujuh dari putra ketujuh, tepat sebelum datangnya bulan purnama. Scarlett semakin tegang, sementara Rosie dan Silas – meskipun dengan rasa bersalah – menginginkan kehidupan lain di luar berburu. Mereka berburu hingga ke Atlanta, untuk mencegah jangan sampai Fenris menemukan sang Calon.

Yang pertama menarik perhatian gue, tentu saja covernya. Setelah sekian lama tertunda, akhir gue berhasil mendapatkan novel ini lewat barter dengan My Milky Way. Gue suka dengan ketiga tokoh utama dalam novel ini. Scarlett, yang sangat protektif, sampai-sampai dia lupa ada dunia lain yang begitu luas. Terkadang ia minder dengan luka-lukanya. Si Cantik Rosie, yang rapuh, tapi pintar dalam hal melempar pisau. Ia masih kerap gugup ketika menghadapi Fenris, tapi jadi berani saat orang-orang yang dia sayangi dalam bahaya. Sementara Silas, seolah menjadi sahabat, pelindung, penyeimbang bagi mereka berdua. Memang agak mengerikan ya, ngebayangin dua perempuan, remaja, bertarung melawan serigala jadi-jadian. Kena cakar, udah biasa… nyium bau yang *hueeekkk*, juga biasa… Lempar kapak, ok… lempar pisau… ok juga… Dan yang pasti, jangan sampai Fenris itu lolos, karena mereka akan jadi lebih lapar, dan mencari mangsa lebih banyak.
Read more »

Selasa, 19 April 2011

Saat Manusia Kloning Berkuasa

Kesan pertama yang membuatku tertarik untuk membaca buku ini adalah murni dari sinopsis buku ini. Kalau tidak karena sinopsis, maka aku--yang sangat suka dengan yang berbau fiksi ilmiah--pasti bakal melewatkan novel ini. Bagaimanapun juga jika ditelisik dari covernya, sejujurnya harus kukatakan aku sama sekali kurang suka. Gradasi warna cover,baik untuk bagian ilustrasi tiga wajah laki-laki maupun backgroundnya secara keseluruhan serta tulisan judul depan yang terlalu panjang dan besar-besar membuat novel ini jauh dari selera pembaca sepertiku.

Namun,disamping beberapa kekurangan  tersebut, aku berterima kasih sekali karena Pustaka Populer Obor bersedia menerjemahkan buku ini dari bahasa Jerman sebagai bahasa aslinya ke dalam bahasa Indonesia. Perlu diketahui, dari situs resmi reinhold-ziegler.de,novel roman ini hanya diterbitkan dalam tiga bahasa saja yaitu Jerman, Korea dan Indonesia. Beruntung sekali bukan, Pustaka Populer Obor berhasil mendapatkan hak terbit buku ini sehingga penikmat buku tanah air dapat membaca salah satu karya penulis peraih penghargaan Hans-im-Glück dan Peter-Härtling ini.

Dalam buku keempatnya ini, Reinhold Ziegler memperkenalkan sebuah utopia di tahun 244 zaman baru berupa kehidupan kloning yang sebenarnya pada masa ini dalam proses mendekati kenyataan. Proses itu didapat dari adanya perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat dari tahun ke tahun. Para ilmuwan dunia juga kini tengah berupaya menciptakan kloning-kloning yang nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia kelak. Tapi,disini,dalam cerita ini, kehidupan manusia telah lama punah dan hanya meninggalkan para manusia kerdil yang disebut kloning  berserta reruntuhan bangunan sisa peradaban manusia.

Adalah Aurun Ebanan,sang kloning muda dari keluarga E yang hampir dewasa dan belakangan mengalami gejala-gejala aneh dalam perkembangan organ seksualnya. Ia kemudian dikirim ke sebuah rumah reparasi dan dianggap sebagai mutan akibat perkembangannya yang aneh ini. Disana ia bertemu dengan seorang kloning baik hati, Getran Ewinewi, kloning dari keluarga E yang memberitahunya bahwa Aurun saat ini bermutasi menjadi seorang manusia perempuan.

Menjadi manusia perempuan adalah fakta yang awalnya tidak mampu Aurun percayai. Bagaimanapun juga ia mengenal bahwa semua masyarakat kloning  adalah netral, tidak berjenis kelamin dan tanpa mengenal perasaan. Tapi, semakin hari, Aurun semakin percaya karena mengingat bahwa tidak hanya perkembangan fisiknya yang berubah tapi juga pada perasaan benci,takut,marah,sedih,dan juga tawa yang muncul akibat aktivitas hormon yang hanya dipunyai dari kalangan manusia.

Setelah mengetahui fakta itu pun, ia juga harus menghadapi tugas yang teramat berat dari Getran. Ia harus kabur dari rumah reparasi dan menjalankan misi untuk mencari sebuah tempat bernama Bottom. Tempat yang akan menjawab semua pertanyaan tentang asal-asul yang selama ini tidak dimengerti oleh para kloning. Tapi, apakah tempat itu benar-benar ada? padahal sejak dulu tidak ada satupun kloning yang percaya atau malah peduli pada hal ini.

Dengan bantuan Mexan Alnavi, sang kloning A yang juga mutan dalam spesies manusia laki-laki, Aurun pun berpetualang mencari Bottom yang misterius itu.Tapi, sebelum itu, mereka dibantu oleh organisasi Matahari Terbit untuk mengubah chip dalam tubuh mereka menjadi nama samaran kloning lain agar Xylon Xojor,kloning X  yang telah lama mengintai Aurun, tidak dapat menangkap mereka berdua.

Lalu apakah pencarian Bottom itu akan membuahkan hasil seperti yang selama ini mereka harapkan atau malah sebuah kesia-siaan semata? apa yang sebenarnya telah terjadi hingga para homo sapiens--manusia--punah begitu saja dari muka bumi? adakah kaitannya dari kloning-kloning ini?

Ini adalah petualangan fantastis menurutku. Petualangan yang menembus dimensi waktu,ruang,maupun pikiran. Reinhold disini juga berhasil menggambarkan secara detail bagaimana kejadian satu demi satu berjalan runut tanpa adanya kekosongan plot disana sini. Dan juga adanya peningkatan emosional seiring semakin menanjaknya konflik yang akhirnya mencapai klimaks dari semua karakter yang ada.

Yang disayangkan hanyalah pertama pada typo,yap terlalu banyak menurutku dan sangat menganggu meski selalu bisa di toleransi. Ada kalanya juga kalimat langsung terasa menjadi  tidak jelas ketika tanda kutip hilang begitu saja dari peredarannya. Kedua pada deskripsi karakter,khususnya Aurun sebagai salah satu tokoh utama, sama sekali tidak jelas bentuknya seperti apa dan bagaimana rupanya. Hanya dijelaskan bahwa tingginya hanya kira-kira satu meter,perempuan,mata biru, berambut pirang. Itu saja. Maka,jangan salahkan aku kalau sepanjang membaca buku ini yang ada didalam imajinasiku adalah sosok kloning yang amburadul,kadang-kadang mirip alien kadang-kadang mirip manusia. Terakhir pada ending yang kurang memuaskan dan terasa menggantung. Harapannya sih ada lanjutan dari novel ini,tapi sepertinya hal itu jauh dari mungkin karna penulisnya sendiri telah menerbitkan novel ini sejak tahun 2005  dan tidak pernah terdengar kabar untuk melanjutkan cerita hingga saat ini.

Pesan moral yang ingin disampaikan Reinhold selaku penulis juga mampu terjelaskan dengan baik yaitu untuk menjaga dan mensyukuri apapun yang diberikan tuhan pada setiap makhluk penghuni bumi. Khususnya pada manusia itu sendiri. Dengan adanya salah satu sifat hormonal manusia yang selalu ingin tahu,maka sebaiknya jangan melewati hukum alam ketika ingin memenuhi hasrat keingintahuan itu. Karena pada akhirnya jika melewati hukum alam, manusia tersebut akan mendapati kegagalan yang pada akhirnya sungguh terasa amat sangat pahit.

=================

Judul : Saat Manusia Kloning Berkuasa/Perfekt Geklont
Penulis :Reinhold Ziegler
Penerjemah: Ivan Setiawan
Penerbit:Pustaka Populer Obor
Terbit : @2006
ISBN :979-461-578-1
Tebal :270 hal

=================
Read more »

Minggu, 17 April 2011

Éclair

Éclair
Prisca Primasari
Gagas Media - 2011
236 hlm

Mereka berlima bersahabat. Sergei, Kay, Lhiver, Stephanych dan Katya – perempuan satu-satunya. Mereka memilik keistimewaan masing-masing. Kay yang jago fotografi, Lhiver yang suka sastra, Stephanych si jago masak – Éclair kreasinya digambarkan sangattt enak. Sementara Sergei yang pintar main piano, lebih memilih mengurus bisnis keluarga. Sementara si cantik, Katya, yang akan segera menjadi nyonya Sergei, dikarunia intuisi layaknya seorang detektif. Maklum, Katya memang anak seorang detektif yang meninggal karena dibunuh oleh kelompok Rasputin – Rusia.

Tapi, sayangnya, sebuah tragedi memisahkan mereka. Masing-masing menyimpan rasa bersalah dalam diri mereka. Lhiver membenci mereka semua karena alasan itu. Stephanych, adik Sergei, akhirnya jatuh sakit. Semua berhenti makan éclair sejak kejadian itu. Kay pun pindah ke New York, Lhiver pindah ke Surabaya. Mereka berhenti berkomunikasi secara langsung. Hanya lewat surat yang terbalas, mereka saling tahu berita masing-masing, meskipun enggan memberi kabar balik.

Menjelang pernikahan Sergei dan Katya, penyakit Stephanych semakin memburuk. Tekad Katya ingin membuat mereka berlima berkumpul kembali di saat-saat terakhir Stephanych. Katya pun terbang ke New York – di sini, insting detektifnya berkerja untuk menyelamatkan Kay dari tuduhan pembunuhan. Setelah itu, Katya pun terbang ke Surabaya, mencari Lhiver yang bekerja sebagai dosen.

Para tokoh di dalam buku ini cenderung murung. Tapi, gue terkesan dengan setting ceritanya yang unik. Di antara buku-buku yang gue baca, rasanya jarang yang mengambil setting di Rusia. Paling sering, Paris. Ditambah lagi, tokoh-tokohnya bukan orang Indonesia. ‘Aksesoris’ lain dalam buku ini, nama-nama penulis terkenal asal Rusia – beberapa puisi sering dibaca Lhiver dan Stephanych, alunan musik klasik dengan composer asal Rusia yang dimainkan oleh Sergei, cuaca yang tampaknya dingin banget, dan jangan lupa, éclair buatan Stephanyc yang gak seperti éclair isi vanilla yang sering gue makan. Yang pasti, kalo papa tau cerita buku ini bersetting di Rusia, beliau pasti akan cerita panjang lebar tentang pengalaman beliau sekolah di Rusia dulu.

Satu yang belum kesampaian, dari dulu gue pengen banget punya matrioska… tapi belum kesampaian… belum ketemu (dan belum ada yang ngasih.. hehehehe)
Read more »

Rabu, 13 April 2011

The Pilot's Wife

The Pilot's Wife
Anita Shreve @ 1998
Abacus 2003
293 pages

Sebagai seorang istri pilot, Kathryn tahu bahaya dan berbagai kemungkinan terburuk yang bisa terjadi pada suaminya, Jack Lyons. Tapi, ketika tengah malam datang seorang utusan dari perusahaan tempat Jack bekerja dan membawa kabar buruk itu, Kathryn tetap saja tidak siap. Bagi Kathryn, di hari terakhir ia bertemu dengan Jack, semua tampak biasa, tidak ada firasat apa pun, tidak ada yang aneh dari Jack.

Pesawat yang dikemudikan oleh Jack meledak dan jatuh di perairan Irlandia. Dari rekaman suara terakhir yang terdengar dari ‘kotak hitam’, tampak ada beberapa nada kaget dan mengarah pada Jack. Timbul dugaan bahwa Jack melakukan upaya bunuh diri, Jack terlibat dalam sebuah konspirasi.

Kathryn tak sedikit pun percaya akan dugaan itu, ditambah lagi ia harus melindungi Mattie, anak semata wayang mereka dari isapan jempol yang akan membuat kondisi psikologisnya semakin turun. Utusan dari perusahaan penerbang, Robert, setia menemani Kathryn, menghadapi berbagai pertanyaan dari pihak penyelidik.

Meskipun sedih, Kathryn mulai memilah-milah barang-barang milik Jack. Tanpa sengaja, Kathryn menemukan catatan-catatan kecil berisi inisial-inisial yang menimbulkan banyak pertanyaan. Kathryn mulai mengingat-ingat kembali hari-hari terakhir Jack ada di rumah, sikap aneh yang dulu terlewat. Lambat laun, Kathryn mulai mempertanyakan siapa suaminya yang sebenarnya, apa rahasia yang disembunyikan oleh Jack.

Lagi-lagi ini buku lama yang gue punya, yang dulu gue cuekin. Baca beberapa lembar, terus males. Emang harus nunggu ‘kehabisan’ buku dulu, baru ngelirik buku-buku lama. Overall, ceritanya menarik. Gue punya saudara pilot, selama baca buku ini, gue jadi bertanya-tanya, apa yang dipikirkan istrinya kalau suaminya lagi tugas. Deg-degan, was-was atau apa…

Gue bertahan sampai akhir cerita, karena rasa ingin tahu tentang rahasia Jack (kenapa mirip sama Looking for Ward yang baru aja gue baca juga ya? - apa semua rahasia pria itu sama?). Tapi novel ini lebih kompleks. Kathryn termasuk istri yang tenang, bisa menjaga emosi biar pun lagi hancur lebur.
Read more »

Looking for Ward

Looking for Ward
Laurel Osterkamp
80 pages

31 hari menjelang hari pernikahannya, Chloe mendapat email dari Ward, tunangannya. Isinya bukan tentang rayuan atau kata-kata manis menjelang pernikahan, tapi justru tentang Ward yang memberi tahu Chloe bahwa ia akan pergi sementara waktu dan Ward meminta Chloe untuk tidak mencarinya. Singkat dan padat, tapi gak jelas apa alasannya.

Jelas Chloe kalang-kabut. Semua nyaris sudah siap, catering, gereja, bunga, baju pengantin, undangan sudah disebar. Tapi, Chloe sama sekali tidak punya bayangan apa yang terjadi dengan Ward. Padahal di hari terakhir mereka bertemu, semua masih baik-baik saja.

Ia harus menyembunyikan berita ini dari orang tuanya dan berpura-pura semua baik-baik saja. Tapi, rasa khawatir tidak bisa membuatnya untuk tidak bercerita dengan sahabatnya, Bethany. Bahkan ia mengontak Owen, sahabat Ward, yang selama ini hubungan Chloe dan Owen tidak terlalu baik.

Semakin lama, semakin banyak yang ternyata tidak Chloe ketahui tentang diri Ward. Ada banyak rahasia yang disembunyikan Ward selama bertahun-tahun. Dan, akhirnya Chloe pun harus mengambil keputusan apakah akan tetap melanjutkan pernikahannya dengan Ward atau tidak?

E-novella, begitu sebutan untuk novel ini. Percakapan sebagian besar dilakukan dalam bentuk e-mail. Ya, kesan gue sih sebenernya biasa aja. Terkesan ‘cuma’ email-emailan biasa antar teman. Yang bikin gregetan, memang mungkin pengen tau, kenapa sih tiba-tiba si Ward menghilang, apa alasannya, dan apakah di akhir cerita Ward akan muncul lagi kasih berbagai penjelasan, dan apakah Chloe bakal meneriman gitu aja kalau pun Ward muncul. Inilah e-book pertama yang berhasil gue tuntaskan,
Read more »

Minggu, 10 April 2011

Kaitlyn

Kaitlyn
Kevin Lewis @ 2006
Penguin – 2006
499 pages

Kekacauan dalam hidup Kaitlyn dimulai di malam adiknya, Christopher, nyari meninggal akibat kekerasan yang dilakukan ayah tirinya. Ayah tirinya, Steve, yang pemabuk tak tahan mendengar suara tangis Chrissy. Usia Chrissy baru 18 bulan. Akibat peristiwa itu, Chrissy diambil alih oleh Negara, dibawa ke tempat perlindungan anak dan kemudian diadopsi oleh keluarga Tobin. Sementara itu, Kaitlyn terus menyalahkan dirinya, yang tidak sempat menyelamatkan adiknya, hingga akhirnya ia terpaksa berpisah dengan adik yang sangat ia sayangi.

Ibunya, Angela, tak sanggup menahan kesedihan, akhirnya terjerumus dalam ketergantungan obat-obat terlarang. Di lingkungan tempat tinggal mereka, Roxford yang termasuk daerah ‘hitam’, obat-obatan, kejahatan bukanlah hal yang aneh. Barang-barang seperti itu mudah didapat. Awalnya, Angela mendapatkan barang itu secara gratis, tapi makin lama, dengan ketergantungan yang makin tinggi, Angela akhirnya menjadi pelajur demi mendapat uang dan membeli narkoba.

Kaityln juga tidak bersih sepenuhnya. Bersama teman-temannya, ia kerap merokok, minum, tapi ia selalu menjagai dirinya tetap ‘waras’ dan berpikir jernih. Karena ibunya tak mampu membayar barang kepada pengedar, Kaitlyn yang harus membayarnnya. Ia terpaksa bekerja sebagai ‘kurir’ pengantar obat-obatan kepada pelanggan. Tapi, di satu titik, Kaitlyn akhirnya bertekad membuat ibunya bersih. Tapi, tragedi lagi-lagi menghampiri Kaitlyn. Di usia yang sangat muda, ia harus kehilangan ibunya dan masuk penjara

Pada akhirnya, Kaityln tidak pernah bisa keluar dari bisnis ini. Tapi satu yang tak berubah, ia masih tetap mencari adiknya. Christopher tumbuh jadi anak yang cerdas, meskipun sempat bersikap terlalu agresif.

Menurut gue, Kaitlyn adalah gadis yang cerdas. Ia pintar mengatur rencana untuk bisnisnya sampai mengeruk keuntungan besar. Polisi juga nyaris tidak bisa menelusuri jejak-jejak Kaitylyn. Tapi, masa lalu dan kehidupan yang keras juga menjadikannya gadis yang dingin, nyaris tanpa emosi, kecuali yang berhubungan dengan ibu dan adiknya. Novel ini cukup menyentuh, berpontensi ‘menguras air mata’. Tapi ada beberapa yang ‘dipaksain’ (menurut gue lhoooo), misalnya tentang pertemuan Kaitlyn dengan Ibu Baptisnya di penjara. Terus, gue piker tadinya Steve, bapak tirinya, bakal muncul lagi dan ganggu hidup Kaitlyn lagi. Tapi, tanpa si Steve muncul lagi, cerita ini udah ribet banget.
Read more »

Lelaki Laut

Beberapa tahun belakangan ini, semakin banyaknya  kemunculan  karya sastra dari penulis dalam negeri yang mengambil kampung halamannya sebagai setting cerita. Hal itu tidak terlepas dari keberanian dari para penulis itu sendiri dan juga diiringi permintaan konsumen yang  haus akan karya sastra yang bernilai inspiratif dengan tidak lupa  mengeksplorasi keindahan dari daerah-daerah di Indonesia. Salah satu dari sekian banyak novel inspiratif itu adalah Lelaki Laut. Novel perdana Alamsyah M Dja'far ini, mengusung  kepulauan seribu sebagai setting cerita yang kemudian diungkap melalui kisah nyata dari pengalaman panjang kakak laki-laki penulis sendiri, Ahmad Jarkasyi.

Ahmad Jarkasyi atau akrab dipanggil Bang Jar adalah kakak laki-laki penulis sekaligus tokoh utama dalam novel ini. Ia adalah sosok kakak idola baik,rendah hati,pandai mengayomi, dan mudah bergaul. Tidak salah jika selaku adik, sang penulis merasa kagum dan tiada henti memaparkan kebaikan dari Bang Jar sang kakak di sepanjang cerita.

Semuanya semula terasa baik-baik saja. Namun, perubahan sedikit demi sedikit mulai terasa didalam diri Bang Jar. Menginjak usia remaja, Bang Jar mulai terpengaruh pergaulan buruk dari sekawanan geng kampung. Ia menjadi lebih sering keluar malam hanya untuk berkumpul dengan geng nya. Hal ini lantas membuat kedua orang tuanya kesal dan mulai menasihati setiap perbuatannya yang semakin lama tidak jelas juntrungannya.

Bukannya menurut, semakin hari Bang Jar semakin sering membuat ulah. Puncaknya ketika ia memutuskan  untuk menjadi nelayan Muroami dan berhenti kuliah.  Kedua orang tuanya terutama ayahnya marah besar atas keputusan tanpa dipikir dulu itu. Orang tuanya bisa dikatakan mampu secara ekonomi untuk menyekolahkan Bang Jar hingga lulus kuliah, tapi nyatanya justru Bang Jar malah mengkhendaki menjadi nelayan Muroami,profesi umum yang biasanya dilakukan oleh kebanyakan penduduk kepulauan Seribu. Tapi, apa mau dikata,Bang Jar yang saat itu bergelora oleh semangat untuk bebas, akhirnya berhasil mendapatkan keinginannya itu.

Persoalan lain pun muncul setelah kematian mendadak sang ayah ketika tengah menunaikan ibadah haji. Tidak cukup dengan berita kematian itu, sekeluarga  pun harus mendengar berita buruk dari kelakuan putra mereka, Bang Jar selama berada di rumah bibinya di Jawa. Saat itu,Bang Jar larut pada keterpurukan oleh obat-obatan. Beruntungnya atas dorongan kuat Emak dan keluarga,Bang Jar masuk rehabilitasi dan berhasil melewati tahap-tahap sulit dalam hidupnya itu.

Bang Jar pun lalu menikah dan dikaruniai seorang anak. Disamping itu, Bang Jar juga mulai bekerja pada sebuah majalah Jalan. Dari sinilah ia termotivasi untuk kembali melanjutkan pendidikannya yang dulu sempat tertunda. Apalagi  Alam, sang adik, tak pernah henti untuk memberikan semangat,motivasi dan doa kepada sang kakak tercinta. Tapi takdir telah tergaris untuk kehidupan Bang Jar.  Ia terpaksa harus mengalami suatu kenyataan pahit dari takdir itu sendiri. Manakala  ia hampir menggapai kesuksesannya dalam pendidikan, sehari sebelum ia diwisuda atas keberhasilannya itu.

Novel ini sesungguhnya bercerita mengenai perjalanan hidup Bang Jar selaku pemuda asli Pulau Tidung yang sederhana namun punya rasa  ingin tahu yang besar. Perjalanan hidup yang terlihat biasa namun penuh dengan  lika-liku. Pesan yang disampaikan juga jelas: belajar tak pernah mengenal kata akhir dan tak ada kata terlambat untuk berubah menjadi lebih baik.

Dilain sisi, aku mendapati  hal mengganjal dalam novel ini yang masih belum ketemukan penjelasannya. Contohnya seperti pada saat Bang Jar tergeletak pingsan yang diketahui akibat pengaruh obat-obatan (hal 78). Dalam hal ini, tidak diketahui secara pasti peristiwa dan alasan sebelum Bang Jar, si tokoh utama bisa terseret ke dalam dunia gelap itu. Tidak ada keterangan yang jelas dan memuaskan yang bisa kudapat.

Sejalan dengan itu, ada sedikit kebosanan yang menghinggapiku di awal membaca novel ini. Untunglah, ada adegan film lawas yang sedikit menutupi kebosanan itu. Film lawas yang berjudul Pancasona diceritakan begitu terperinci oleh si penulis, dan entah kenapa pada bagian ini aku merasa tertarik pada unsur-unsur lawas yang tidak pernah aku dapati jika menonton film-film modern masa kini. Aku merasa berada pada era dimana film-film bertema Majapahit atau Sriwijaya lagi nge trend pada zamannya.hehehe

Lebih dari itu, aku sangat menyukai novel ini dari segi  ide cerita,diksi penulis dan alur maju mundur yang terkesan rapi. Kemudian juga bertebarannya kata-kata ilmiah populer dan latin disepanjang cerita yang semakin memperluas pembendaharaan kosa kata bagi para pembaca khususnya bagiku. Selamat membaca.


Pulau Tidung merupakan salah satu kelurahan di Kepulauan Seribu.Pulau ini terbagi dua yaitu, Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Penggunaan wilayah di pulau ini berkembang ke arah wisata bahari seperti menyelam serta penelitian terhadap terumbu karang.
Pulau Tidung yang terdiri dari Tidung Besar dan Tidung Kecil yang dihubungkan oleh jembatan panjang ini terletak di Kepulauan Seribu Selatan bagian barat, dengan jarak tempuh kurang lebih 3 jam perjalanan dari Muara Angke dengan kapal penumpang.Kepulauan Seribu (/wikipedia)
=================

Judul :Lelaki Laut
Penulis : Alamsyah M Dja'far
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit : @2010
ISBN :978-979-22-6462-3
Tebal :193 hal

=================


Read more »

Kamis, 07 April 2011

Shin Suikoden #1

[No. 256]
Judul : Shin Suikoden #1 : Petualangan Baru Kisah Klasik Batas Air
Penulis : Eiji Yoshikawa
Penerjemah : Jonjon Johana
Penerbit : Kansha Books
Cetakan : I, Januari 2011
Tebal : 486 hlm

Bagi pecinta buku-buku kisah kepahlawan Jepang nama Eiji Yoshikawa tentunya tidak asing lagi, namanya identik dengan novel Musashi, legenda seorang Samuari Jepang di abad pertengahan yang masih dibaca orang hingga kini. Selain itu ada dua buah karyanya yang juga sudah diterjemahkan yaitu Taiko dan Heike Story yang juga mendapat respon positif bagi pembacanya. Namun tahukah anda bahwa kisah-kisah tersebut sebetulnya bukan merupakan karya asli Eiji Yoshikawa?

Ya. Banyak di antara novel-novel terkenalnya merupakan penulisan ulang dari karya-karya klasik Jepang dan China misalnya Kisah Heike , Kisah Genji , Batas Air, Kisah Tiga Negara dan sebagainya. Kesemua cerita itu dikisahkan kembali olehnya dalam bahasa yang lebih populer sehingga mudah dicerna oleh siapa saja. Walaupun sebagian besar novelnya bukanlah cerita asli, ia menciptakan sangat banyak karya dan menumbuhkan minat baru terhadap sejarah sehingga pada tahun 1960 ia mendapat penghargaan budaya dari Pemerintah Jepang

Novel Shin Suikoden adalah sebuah pengisahan kembali karya klasik China terkenal “Batas Air, Kisah 108 Pendekar Liang Shan yang berasal dari Dinasti Ming (1368-1644). Kisah ini diceritakan kembali oleh Eiji Yoshikawa secara detail dengan bahasa yang lebih populer seperti umumnya karya-karya Yoshikawa lainnya. Jika mengikuti edisi aslinya yang berbahasa Jepangnya maka nantinya akan ada 4 jilid buku yang akan diterbitkan dalam bahasa Indonesia.




Buku Batas Air edisi klasik




Di buku pertamanya yang diterjemahkan langsung dari bahasa Jepang ini kita baru akan diajak mengenal 8 tokoh yang kelak akan bertemu untuk satu tujuan tertentu. Mereka antara lain Shi Shin, pemuda dengan rajah sembilan naga di tubuhnya, ahli tongkat yang meski mudah emosi, namun sangat menghargai pertalian antarlelaki sejati. Ro Chi Shin si Pendeta Bunga, mantan polisi militer dengan tubuh dan sikap bagaikan raksasa kasar, namun berhati lembut laksana bunga musim semi yang dirajah indah menakjubkan di punggungnya. Cendekiawan Go, guru kuil di desa yang tersohor ketajaman akal dan kepiawaiannya dalam membuat strategi .

Novel ini diawali dengan kisah pendahuluan dimana Jenderal Kou mendapat tugas dari Kaisar Jin Sou (dinastiSou) untuk berkunjung ke kuil Jo Sei di pedalaman untuk meminta pendeta kuil tersebut memanjatkan doa penolak bala bagi rakyatnya yang saat itu sedang terkena wabah penyakit.

Sesampai di kuil Jo Sei karena sang pendeta sedang tidak ada di tempat maka Jenderal Kou berkeliling kuil dan melihat sebuah dinding batu yang diikat dengan rantai besi dan dipasangi gembok yang sangat besar. Itu adalah ruang rahasia yang tidak seorangpun diperbolehkan untuk membukanya. Namun karena rasa ingin tahunya yang besar Jenderal Kou memaksa untuk membuka ruangan tersebut.

Bukan tanpa alasan mengapa ruangan tersebut dilarang untuk dibuka karena didalamnya tertawan 108 bintang iblis. Karenanya begitu ruangan itu terbuka maka 108 bintang iblis itu turun ke dunia dan pada akhirnya menjelma menjadi manusia dan membentuk benteng Ryou Zan Paku yang terpencil yang dikelilingi oleh air sehingga sulit ditembus siapapun. Dan di benteng itulah tempat berkumpulnya 108 pendekar yang hampir menghancurkan dinasti Sou.

Setting kisah lalu bergerak di masa pemerintahan Kaisar Ki Sou, kaisar kedelapan dinasti Sou. Dimasa ini sang kaisar terkenal sangat artistik gemar mengumpukan berbagai benda seni serta bintang langka dan membangun istana megah sehingga dia sama sekali tidak memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Saat itu pajak sangat tinggi, pegawai-pegawai pemerintah yang jahat dan korupsi merajalela sehingga menimbulkan keresahan dan ketidakpuasan terhadap pemerintahannya.

Di buku pertama ini awalnya memang seperti tak memiliki alur kisah yang jelas karena masing-masing bab menceritakan latar belakang dan sepak terjang tokoh-tokoh utamanya yang masing-masing memiliki kisahnya sendiri. Barulah di bagian-bagian akhir kisahnya akan semakin mengerucut ke kisah perampokan iring-iringan hadiah ulang tahun dari seorang pejabat yang hendak diberikan kepada rekannya.

Tokoh-tokoh pendekar yang sebelumnya diceritakan secara terpisah nantinya akan bertemu dan bersama-sama merencanakan strategi brilian untuk merampok iring-iringan hadiah tersebut. Mereka menganggap rencana mereka ini bukanlah sebuah kejahatan karena bagi mereka pejabat negara itu telah menyengsarakan rakyat dengan pajak yang tinggi dan uangnya dikorupsi untuk memperkaya diri. Bagi mereka hadiah-hadiah itu sebenarnya milik rakyat dan harus dikembalikan pada rakyat.

Karena banyaknya tokoh dan nama yang diceritakan di buku pertama ini saya kadang bingung sendiri. Mungkin karena saya tidak biasa membaca genre ini sehingga terkadang nama dan tokohnya sering tertukar-tukar atau sering lupa bahwa tokoh yang sedang diceritakan di bagian tertentu itu sama dengan yang dikisahkan di bagian sebelumnya :D

Pengisahan tokoh-tokohnya memang menarik namun di paruh pertama novel ini karena masih belum jelas mau kemana sebenarnya kisahnya akan bergulir hal ini membuat saya sedikit bosan. Untungnya di bagian-bagian akhir tokoh-tokohnya bertemu satu sama lain dan bekerjasama untuk melakukan sebuah tindakan mulia, hanya sayangnya ketika sedang seru-serunya kisahnya harus terhenti karena baru bisa dilanjutkan di jilid ke 2nya. Semoga saja jilid-jilid selanjutnya bisa diterbitkan dalam waktu yang tidak terlalu lama sebelum pembaca keburu lupa akan tokoh-tokoh dan kisahnya. :D

Sepertinya di jilid-jilid selanjutnya kisah Shin Suikoden ini akan semakin menarik karena selain kisahnya yang telah semakin mengerucut dan kemahiran penulisnya dalam merangkai cerita yang seru dan memikat, tentunya jalan hidup dari para pendekar dalam kisah ini akan memberikan pesan moral yang baik bagi pembacanya baik itu dalam hal kesetiakawanan, kepahlawanan, dan komitmen serta semangat juang mereka dalam memperbaiki kesejahteraan rakyat yang telah direngut oleh pemerintahan yang korup untuk memperkaya dirinya.

@htanzil

Read more »