Selasa, 29 November 2011

The Hunger Games

No. 278
Judul : The Hunger Games
Penulis : Suzzane Collins
Penerjemah : Hetih Rusli
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : I, 2009
Tebal : 406 hlm

“Dua puluh empat peserta. Hanya satu pemenang yang selamat”

Di sebuah masa ketika Amerika Utara musnah, dan dibekasnya berdiri negara Panem dengan Capitol sebagai pusat kota yang dikelilingi oleh 12 distrik digelarlah sebuah permainan yang diberi nama The Hunger Games yang wajib diikuti oleh 24 anak-anak remaja belasan tahun dari seluruh distrik. Diberi nama Hunger Games karena peserta yang menang beserta distrik yang diwakilinya akan memperoleh hadiah berupa makanan yang melimpah dan jaminan hidup yang lebih baik. Hadiah yang sangat menarik bagi semua peserta dan distrik-distrik yang diwakilinya karena seantero negeri Panem selalu dalam kondisi kelaparan.

Permainan yang dilaksanakan setiap tahun dan disiarkan secara langsung oleh TV ke seluruh penjuru negeri sebagai sebuah Reality Show itu bukan hanya acara hiburan semata melainkan dirancang sebagai sebuah hukuman atas pemberontakan yang pernah dilakukan salah satu distrik di masa lampau. Untuk itu Capitol mengharuskan ke 12 distrik untuk mengirim seorang anak perempuan dan anak lelaki yang dipilih dengan cara diundi untuk bertarung satu sama lain. Dari ke 24 peserta hanya ada satu pemenang sehingga hanya ada dua pilihan membunuh atau dibunuh!.

Katniss Everden, 16 thn adalah gadis remaja yang tinggal di distrik 12 bersama ibu dan Prim, adiknya. Ayahnya telah meniggal karena kecelakaan di tambang batu bara. Semenjak kematian ayahnya Katniss menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Kegemarannya berburu di hutan membuatnya bisa menyediakan sedikit makanan ibu dan adiknya.

Saat pengundian Hunger Games ke 74, Prim terpilih untuk menjadi peserta Hunger Games, rasa sayangnya terhadap adiknya dan menyadari adiknya tak akan mampu bertahan sebagai pemenang, Katniss merelakan dirinya menggantikan posisi adiknya sebagai peserta. Undian berikutnya jatuh pada Peeta Mellark, anak seorang tukang roti. Tanpa diduga keikutsertaan Katniss dan Peeta sebagai wakil dari distrik 12 membuat Hunger Hames ke 74 menjadi begitu menarik dan tak terlupakan bagi seluruh penduduk negeri Panem.

Tema dan alur kisah dari novel The Hunger Games yang merupakan buku pertama dari sebuah trilogy (The Hunger Games, Cathcing Fire, Mockingjay) sebenarnya sederhana saja namun yang membuatnya menarik adalah bagaimana Suzanne Collins meramu kisah action, petualangan, ketegangan permainan Hunger Games plus drama kehidupan dan romansa Katniss Everden dengan Peeta Mellark . Romansa yang mau tak mau harus dipisahkan oleh kematian. Jika Katniss ingin menjadi pemenang maka ia harus berusaha membunuh ke 23 peserta lainnya termasuk Peeta sebelum ia dibunuh oleh peserta lainnya. Bagaimana jika nanti tinggal Katniss dan Peeta yang bertahan? Haruskah mereka saling membunuh?

Selain menyajikan sisi romansanya Katniss dan Peeta novel ini juga menungkap sisi-sisi kemanusiaan, nilai-nilai persahabatan, dan pengorbanan bagi seorang Katniss. Ketika peserta-peserta lain memiliki nafsu untuk membunuh karena dibutakan oleh keinginan untuk memenangkan pertandingan, Katniss tetap berpegang pada hati nuraninya untuk tidak membunuh jika dirasa tidak perlu.

Petualangan Katniss dan Peeta untuk berjuang memenangkan permainan ini terkisahkan dengan sangat menarik, Suzanne Collins menyuguhkan detail-detail menarik bagaimana The Hunger Games berjalan, mulai dari saat pengundian peserta, masa karantina, penjurian, persiapan peserta, pertarungan antar peserta, hingga selesainya permainan. Di sini digambarkan bagaimana para juri memiliki kekuasaan yang penuh dalam mengendalikan permainan.

Karena arena permainan berupa hutan liar yang luas maka ada kemungkinan peserta Hunger Games tercerai berai sehingga tidak terjadi kontak fisik antar peserta sehingga alur permainan menjadi lambat dan penonton TV menjadi bosan. Karenanya berkat kecangihan teknologi di masa itu juri mampu merekayasa kondisi arena permainan, mereka sanggup menciptakan hujan, badai, kebakaran hutan, atau apapun juga yang menggiring peserta Hunger Games untuk saling bertemu dan saling menyerang. Tidak hanya itu saja, juri juga menciptakan tanaman, binatang-binatang rekayasa, dan mutan yang menjadi ancaman bagi tiap peserta. Bagi penyelanggara Hunger Games semakin banyak terjadi pertumpahan darah maka semakin seru permainan itu dan penonton akan semakin terhibur.

Singkat kata, novel ini memang memukau sebagai besar pembacanya, kemahiran penulis untuk menjalin kisahnya yang menarik membuat pembaca seolah berada dalam arena pertandingan. Konsep Reality Show yang akhir-akhir ini begitu sering kita lihat di TV membuat imaji kita dengan mudah menangkap suasana yang dideskripsikan dalam novel ini. Jantung kita dibuat terus berdebar-debar dari halaman ke halaman, alur kisahnya tak terduga sehingga membuat kita penasaran dan ingin segera mengetahui bagaimana akhir kisah dari novel ini.

Oleh beberapa kalangan tema yang diangkat dalam novel ini dinilai berhasil memotret wajah budaya Amerika yang sedang gandrung akan tayangan Reality Show yang menjadikan seorang yang bukan siapa-siapa menjadi populer dan menganggap berita kekerasan perang dalam tayangan berita sebagai salah satu hiburan yang bisa mereka peroleh dari layar TV.

Di sisi lain, novel ini juga banyak dikritik karena terlalu kelam dan menghadirkan kekejian lewat adu fisik para peserta Hunger games sehingga novel ini tampak terlalu sadis dan keji, ditambah lagi dengan kisahnya bahwa pembunuhan demi pembunuhan dalam novel ini dilakukan oleh para remaja yang tampak haus akan darah dan kemenangan.

Selain itu banyak juga pembaca yang menilai bahwa ide kisah novel ini tidak orisinal karena kisahnya mirip dengan film Jepang Battle Royale yang juga mengangkat sebuah reality show berdarah dimana para pesertanya harus saling membunuh untuk meraih kemenangan.

Namun terlepas dari itu Kehadiran novel ini memberi warna baru bagi genre novel remaja yang sebelumnya diwarnai oleh dunia sihir dan vampir romantis. Di Amerika novel ini menjadi best seller mengalahkan serial Twilight. Bahkan kini seiring dengan beredarnya trailer resmi film The Hunger Games yang filmnya baru akan diputar pada Maret 2012 nanti novel ini menjadi semakin populer dan diperkirakan akan menjadi budaya pop baru di kalangan remaja Amerika dan dunia seperti serial Harry Potter dan The Twilight.

Yang pasti Goodreads, sebuah jejaring sosial bagi para pecinta buku dunia, memberikan rating yang sangat tinggi untuk The Hunger Games. Hingga review ini dibuat 54 ribu Goodreaders telah mereview novel ini dengan rata-rata memberi memberi 4.54 bintang untuk The Hunger Games

Di Indonesia sendiri, ketika novel ini pertama kali terbit pada tahun 2009 yang lalu tidak tidak terlalu mendapat respon yang luar biasa, namun kini lambat laun setelah dikabarkan akan difilmkan barulah pembaca kisah fantasi remaja Indonesia mulai melirik novel ini. Bahkan kini beberapa penggemar The Hunger Games di Indonesia membuat akun twitter dan website khusus bagi para pecinta The Hunger Game Trilogy yang berisi update terbaru seputar novel dan filmnya yang akan diputar 23 Maret 2012 nanti.

Sebuah budaya populer baru yang berasal dari novel best seller tampaknya akan muncul menggantikan Harry Potter dan Twilight, semoga ini tidak hanya eforia sesaat menjelang peluncuran filmnya saja melainkan sebuah momen untuk menularkan virus membaca melalui The Hunger Games Trilogy dan mengambil makna positif dalam novel yang begitu memikat ini.

@htanzil

Website khusus The Hunger Games Indonesia bisa dilihat di :
http://hungergamesina.wordpress.com/







Akun twitter IndoHungerGames

https://twitter.com/#!/IndoHungerGames
Read more »

Sarah’s Key

Sarah’s Key
Tatiana de Rosnay @2006
Lily Endang Joeliani (Terj.)
Elex Media Komputindo - 2011
339 Hal.
(Gramedia Plaza Semanggi)

Berlatar belakang sebuah sejarah. Tanggal 16 Juli 1942, penangkapan besar-besaran warga keturunan Yahudi oleh tentara Perancis. Sejumlah 1.129 lelaki, 2.916 perempuan, dan 4.115 anak-anak akhirnya berhasil tertangakap. Mereka dibawa kesebuah tempat bernama Velodroma d’Hiver. Di sana, mereka diperlakukan dengan sangat tidak manusiawi. Tak ada makanan, minuman dan sarana sanitasi yang memadai. Tak dipedulikan juga orang yang sakit, perempuan hamil atau orang tua. Banyak akhirnya yang meninggal di sana. Tempat itu adalah tempat penampungan sementara sebelum mereka dibawa ke Auschwitz. Kenapa jumlah laki-laki lebih sedikit dibanding perempuan dan anak-anak? Karena selama ini yang ‘diangkut’ hanya laki-laki, sementara perempuan dan anak-anak bisa dibilang aman. Makanya, banyak kaum laki-laki yang bersembunyi di tempat persembunyian di bawah tanah

Sebelum terjadinya penangkapan itu, orang-orang Yahudi diharuskan memakai tanda bintang kuning di baju mereka. Sekejap hidup mereka berubah. Berbagai larangan dikenakan untuk mereka. Orang dewasa bungkam, dan anak-anak tak mengerti dengan perubahan ini. Tiba-tiba saja semua orang memandang mereka dengan tatapan menghina, tiba-tiba mereka kehilangan teman-teman dan dijauhi.


Kisah di dalam buku ini di mulai pada malam naas itu. Tanggal 16 Juli 1942, menjadi awal saat-saat terburuk dalam hidup seorang gadis bernama Sarah. Keluarga Starzi

Keluarga Starzynski dijemput oleh tentara Perancis dan kemudian dibawa ke Velodroma d’Hiver. Mengira akan segera kembali, Sarah meminta adiknya Michel untuk bersembunyi di dalam lemari, tempat bermain rahasia mereka. Sarah berjanji akan segera menjemput Michel. Sarah menyimpan kunci lemari itu dengan sangat hati-hati.

Keadaan semakin buruk, karena para lelaki dipisahkan dari istri dan anak mereka. Bahkan akhirnya, para ibu juga harus dipisahkan dengan anak-anak mereka. Sarah tak mau pasrah saja berada dalam kamp yang mengerikan itu. Ia cemas akan keadaan adiknya. Ada salah satu anak di dalam kamp itu yang berniat untuk melarikan diri dan meskipun sulit, akhirnya mereka berdua berhasil lolos. Beruntung masih ada orang-orang Perancis yang berbaik hati mau membantu mereka. Dan dengan segala resiko mau menampung dan membantu Sarah untuk kembali ke rumahnya.

Enam puluh tahun kemudian, seorang wartawati asal Amerika bernama Julia ditugaskan untuk membuat liputan tentang peristiwa penangkapan besar-besaran itu – yang kini dikenal dengan nama Vel d’Hiv. Tak mudah mencari informasi tentang hal itu, karena memang hal itu secara tidak langsung tidak diakui oleh warga Perancis. Banyak yang melupakan peristiwa itu, meskipun pada akhirnya Presiden Jacques Chirac pada tahun 1995 mengakui keterlibatan tentara Perancis dalam penangkapan tersebut.


Saat pencarian data, secara kebetulan Julia menemukan bahwa keluarga Tézac – keluarga suaminya – terhubung dengan Sarah. Julia pun semakin giat mencari data-data dan mulai melibatkan emosi dan perasaannya. Tak peduli bahwa suaminya, Bertrand Tézac tidak setuju dengan rencana itu.

Tindakan Julia menimbulkan pro dan kontra di dalam keluarga Tézac. Julia sendiri selama ini memang tidak terlalu dekat dengan keluarga Tézac. Beruntung ayah mertuanya mau mendukungnya dan membantu Julia menelusuri jejak masa lalu Sarah.

Konflik lain dalam buku ini, adalah tentang kemelut rumah tangga Julia dan Bertrand. Bertrand yang tidak setia, ditambah krisis paruh baya yang membuat Bertrand meminta Julia menggugurkan kandungannya.

Membaca novel ini, ada rasa ngilu dan sedih banget. Gue rela begadang demi nyelesain novel ini, bab-babnya yang pendek, lalu berpindah-pindah antara tahun 1942 dan 2002 membuat jadi speed membaca juga jadi meningkat. Sambil baca di sebelah Mika tidur, yahhh.. gue pun jadi mellow… Bolak-balik gue liat Mika, terus gue pegang tangannya, ciumin pipinya. Sambil ‘mewek-mewek’ dikit.. Hihihi… Isi cerita novel ini sanggup menguras air mata. Membayangkan betapa sedihnya berpisah dengan orang-orang yang dicintai.

Gue sih lebih tertarik baca bagian Sarah, dibanding Julia. Julia menurut gue agak egois, meskipun endingnya dia bikin ayah mertuanya lega. Gue lebih mengerti sikap Sarah yang menjadi lebih keras karakternya. Peristiwa pahit yang dialami mengubah seorang gadis cilik yang ceria menjadi gadis yang tampak lebih dewasa daripada umurnya.

Karakter Julia, seorang yang punya keinginan keras. Saat ia tahu ada hubungan antara apartemen yang akan segera ditinggalinya dengan berita yang akan ditulis, ia menggali lebih jauh. Meskipun resikonya berhadapan dengan keluarga besar sang suami. Ditambah lagi, dalam keadaan hamil muda, emosi Julia sebagai seorang ibu membuatnya merasa harus mencari lebih jauh tentang Sarah.

Ending cerita memang agak klise, tapi gak mengurangi keindahan novel ini. Hmmm coba Julia meng-interview tentara-tentara Perancis yang mungkin masih hidup… pengen tau apa sih yang mereka pikirin waktu ngeliat anak-anak kecil itu.

Buku yang berlatar tragedi Holocaust atau masa-masa pendudukan Nazi sendiri, udah beberapa yang gue baca seperti The Boy in the Striped Pyjamas, Suite Française, The Guernsey Literary and Potato Peel Pie Society, Five Quarters of the Orange, dan Hana’s Suitcase. Dan selalu bikin hati jadi gak enak dan bikin sesak. Membayangkan orang-orang yang masuk ke kamar gas itu… *sigh* Gue jadi merinding…

Rasanya ini review terpanjang gue. Entah mungkin karena banyak emosi yang ikut saat gue membaca buku ini, jadinya pengen semua di'curhatin' di sini. Dan ngeliat covernya, gue membayangkan itu adalah Michel yang 'menjemput' Sarah, terus mereka kembali seperti dulu, ke masa kecil yang bahagia. Saat mereka taunya cuma main, gak tau yang namanya perang itu apa, gak tau apa bedanya jadi orang Yahudi sama orang-orang lainnya.

Novel Sarah’s Key juga udah difilmkan


4,5/5 bintang untuk Sarah.
Read more »

Buku-Buku yang Mengubah Dunia

[No. 277]
Judul : Buku-Buku yang Mengubah Dunia
Penulis : Andrew Taylor
Penerjemah : O.V.Y.S. Damos. S
Penerbit : Erlangga
Cetakan : I, 2011
Tebal : 220 hlm


Bagaimana kita dapat mengubah dunia? Para pemimpin militer atau para pemimpin dunia kerap menggunakan senjata dan pengaruh mereka untuk mengubah peta perpolitikan dunia, para ilmuwan menemukan temuan-temuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, orang-orang kreatif seperti Bill Gates, Steve Jobs membuat dunia seakan semakin menyempit dan dengan cepat kita dapat mengetahui apa yang terjadi di belahan dunia lain dalam hitungan detik. Lalu bagaimana dengan buku ? sanggupkah sebuah buku mengubah dunia?

Buku adalah kunci peradaban, sejak ribuan tahun yang lampau, buku dalam bentuk yang paling sederhana hingga buku elektronik telah menjadi sarana bagi para filsuf, teolog, sejarahwan, ilmuwan, dan sastrawan untuk menyebarluaskan ide-ide mereka. Mereka berharap ide-ide mereka dapat dibaca di masa buku itu ditulis maupun di masa depan dari generasi ke generasi.

Buku dengan sendirinya cepat atau lambat akan menyebarluaskan ide-ide penulisnya ke seluruh dunia, tidak hanya bagi orang yang membacanya langsung, melainkan juga pada orang-orang yang tidak pernah membuka-buka halamannya sekalipun. Pertanyaannya sekarang buku apa yang berpengaruh pada perubahan dunia?

Sudah banyak orang atau lembaga literasi yang membuat daftar buku-buku yang mempengaruhi dunia, salah satunya adalah Andrew Taylor, jurnalis Inggris yang pada tahun 2008 menerbitkan buku berjudul Books That Changed The World . Di bukunya ini Taylor memilih 49 buku dari berbagai genre mulai dari puisi, politik, fiksi, filsafat, teologi, antropologi, ekonomi, hingga fisika. Semua itu diyakininya dapat mewakili bagaimana buku-buku itu mempengaruhi dunia baik dari nilai-nilai moral, kemanusiaan, alam semesta, teknologi, perekonomian dunia, hingga bagaimana seharusnya sebuah pemerintahan berjalan .

Dalam bukunya ini Andrew Taylor mengupas ke 49 buku yang dipilihnya secara kronologis berdasarkan tahun terbit mulai dari Iliad yang diyakini sebagai karya puisi epik tertua di dunia Barat yang ditulis oleh Homer pada abad ke 8 SM hingga seri pertama novel Harry Potter : Harry Potter and the Philospoher ‘s Stone pada tahun 1997 yang memecahkan rekor dunia sebagai buku terlaris dimana hingga buku ini ditulis telah terjual sebanyak 400 juta eks dalam 67 bahasa dan menjadi awal dari sensasi terbesar penerbitan di era modern.

Dalam buku ini, Andrew Taylor menempatkan tiap buku dan pengarangnya dalam konteks sejarahnya, meringkaskan isi buku yang dibahas, serta menjelaskan pengaruh dan warisan dari buku-buku tersebut pada dunia baik dimasa buku itu terbit hingga kini. Sebagai contoh antara lain bagaimana dengan tersedianya Alkitab dalam bentuk cetakan akan menandai revolusi politik dan sosial di Eropa ketika masyarakat awam mulai mempertanyakan kewenangan lembaga keagamaan dalam sistem pemerintahan negara. Risalah-risalah politik abad ke 18 yang terdapat dalam Common Sense ( 1776 ) karya Thomas Paine memberikan kesadaran baru akan kemerdekaan sebuah negara, atau bagaimana kutipan2 pidato Mao Zedong yang dibukukan dalam Buku Merah (1964 ) telah turut memberikan andil dalam revolusi kebudayaan dan penindasan rakyat di negerinya.

Di ranah fiksi kita akan melihat bagaimana novel Uncle Tom’s Cabin (1852) karya Harriet Beecher Stowe yang mengisahkan derita para budak Afrika di Amerika dapat mempengaruhi jutaan orang dan dunia internasional untuk melawan sistem perbudakan. Atau bagaimana novel Christmast Carol (1834) karya Cahrles Dickens telah menciptakan citra populer tentang Natal yang terus bertahan hingga kini.

Selain kaya akan informasi, kemasan buku ini juga sangat menarik, dicetak diatas kertas art paper yang mengkilap dengan kualitas foto-foto yang tajam dan tersaji dalam ukuran folio, sampul hard cover lengkap berserta jacket buku dengan tampilan yang menawan membuat buku ini layak dikoleksi dan dapat bertahan lama melintasi perjalanan waktu.

Sebagai tambahan, khusus untuk edisi bahasa Indonesianya, selain ke 49 buku yang dibahas, penerbit Erlangga menambahkan bab khusus berjudul 4 buku yang berpengaruh dalam sejarah Indonesia yaitu Nagarakertagama, Sutasoma, Max Havelaar, dan buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Sayangnya penerbit tak memberikan pengantar yang menjelaskan mengapa ke-4 buku tersebut yang dimasukkan kategori buku yang berpengaruh dalam sejarah Indonesia.

Kritik untuk buku ini adalah soal terjemahannya yang menurut saya agak sukar dimengerti sehingga perlu perhatian ekstra untuk memahami beberapa deskripsi tentang buku-buku yang dibahas. Foto-foto yang tersaji dalam buku menarik, namun tidak semua foto menampilkan foto buku yang dibahas. Walau kesemua fotonya masih memiliki keterkaitan dengan buku yang dibahas namun akan lebih bermanfaat kalau di setiap buku yang dibahas ada foto edisi pertama dari buku tersebut sehingga pembaca akan mengetahui seperti apa tampilan buku-buku tersebut saat pertama kali diterbitkan.

Selain masalah terjemahan dan foto, di kata pengantar buku ini disebutkan bahwa buku ini berisi 50 judul buku-buku yang mengubah dunia, tetapi setelah saya hitung ternyata hanya ada 49 buku! Kemana satu buku lagi? Apakah kata pengantarnya yang salah atau ada satu buku yang alpa dimuat dalam buku ini? Entahlah.

Terlepas dari itu bagi para pecinta buku dan kolektor buku, selain buku ini sangat pantas untuk dikoleksi, buku ini juga dapat menjadi bacaan yang kaya akan informasi mulai tentang penulisnya, isi bukunya, sejarah penerbitan, dan sebagainya. Yang pasti melalui buku ini kita akan mengetahui bagaimana buku dan ide-ide yang dituangkan di dalamnya telah mengubah masyarakat dan dapat mempengaruhi dunia dengan caranya masing-masing.

Bentuk buku bisa berubah, namun ide dan karya yang ditulis di buku akan tetap bertahan, entah itu dalam bentuk perkamen, buku cetak, buku elektronik, dan entah apa lagi wujudnya. Buku-buku yang mengubah dunia dari generasi ke generasi akan terus bergema dan dibaca orang, bahkan mungkin beberapa diantaranya masih relevan dan terus mengubah masa depan. Karena buku adalah kunci peradaban!

@htanzil
Read more »

Sabtu, 26 November 2011

Anugerah Pembaca Indonesia 2011


Hi,API kembali menyapa nih!
Setelah sebelumnya sukses menggelar API 2010, kini kembali diadakan lagi  rangkaian pemilihan buku “terfavorit” pilihan Pembaca Indonesia tahun 2011 lho.Yap, API sudah memilih kandidat 5 besar buku pada masing-masing kategori di dua kelompok yaitu  Buku dan Penulis dan kelompok Sampul
Namun, masih ada satu tahapan terakhir lagi dari rangkaian API 2011 yaitu menentukan buku dan penulis serta sampul buku mana yang paling difavoritkan oleh pembaca. Karena itu saatnya sekarang pembaca memilih!

Polling Shortlist API 2011 ini secara resmi dibuka tanggal 17 November 2011 di web resmi festivalpembacaindonesia.com dan akan ditutup pada tanggal 30 November 2011.

Finalis Buku & penulis API 2011:

Kategori Fiksi API 2011

1. Madre, karya Dewi "Dee" Lestari, 2011
2. Sakinah Bersamamu, karya Asma Nadia, 2010
3. Ther Melian: Revelation, karya Shienny MS, 2011
4. Here, After, karya Mahir Pradana, 2010
5. Ranah 3 Warna, karya A. Fuadi, 2011

Kategori Non Fiksi API 2011

1. My Stupid Boss #3, karya Chaos@Work, 2011
2. La Tahzan for Students, karya Lisman Suryanegara dkk, 2011
3. Habibie & Ainun, karya BJ Habibie, 2010
4. 99 Cahaya di Langit Eropa, karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, 2011
5. Kedai 1001 Mimpi, karya Valiant Budi, 2011

Kategori Puisi API 2011

1. 123 Puisi Perempuan Indonesia, karya Meutia Hatta dkk, 2011
2. Sumpah Saripah, karya Rieke Diah Pitaloka, 2011
3. 70 Puisi, karya Goenawan Mohamad, 2011
4. Biar!, karya Nanang Suryadi, 2011
5. Perempuan Yang Dihapus Namanya, karya Avianti Armand, 2010

Kategori Komik API 2011

1. Real Masjid, karya Tony Trax dan Galang Tirtakusuma, 2011
2. 33 Pesan Nabi, karya Vbi Djenggoten, 2011
3. 100 Peristiwa Yang Bisa Menimpa Anda, karya Benny Rachmadi, 2011
4. Komik 5 cm, karya Is Yuniarto dan Donny, 2011
5. Mas Gembol, karya Wahyu Aditya, 2011

Finalis Sampul Buku Terfavorit API 2011:

Kategori Sampul Buku Fiksi API 2011

1. Madre
2. Hujan dan Teduh
3. Sakinah Bersamamu
4. Ranah 3 Warna
5. Here, After

Kategori Sampul Buku Non Fiksi API 2011

1. Habibie & Ainun
2. The Journeys
3. My Stupid Boss #3
4. Kedai 1001 Mimpi
5. 99 Cahaya di Langit Eropa

Kategori Sampul Buku Puisi API 2011

1. Karamel
2. Racun
3. Perempuan Yang Dihapus Namanya
4. 70 Puisi
5. 123 Puisi Perempuan Indonesia

Kategori Sampul Komik API 2011

1. Real Masjid
2. Komik 5 cm.
3. 33 Pesan Nabi
4. Hidup Itu Indah
5. Gus Dur van Jombang

>>>>>>>>>>>Terbaru<<<<<<<<<<<<<<<

 Berikut adalah pemenang kategori Buku,Penulis, dan Sampul Anugerah Pembaca Indonesia 2011:

1. Penulis dan Buku Fiksi Terfavorit: Sakinah Bersamamu oleh Asma Nadia (Asma Nadia Publishing House)

2. Penulis dan Buku Non Fiksi Terfavorit: Habibie & Ainun oleh B.J. Habibie (THC Mandiri)

3. Penulis dan Buku Puisi Terfavorit: Perempuan Yang Dihapus Namanya oleh Avianti Armand (a Publication)

4. Penulis dan Buku Komik Terfavorit: Komik 5cm oleh Donny Dhirgantoro dan Is Yuniarto (Grasindo)

5. Sampul Buku Fiksi Terfavorit: Ranah 3 Warna oleh Slamet Mangindaan (Gramedia Pustaka Utama)

6. Sampul Buku Non Fiksi Terfavorit: The Journeys oleh Jeffri Fernando (Gagas Media)

7. Sampul Buku Puisi Terfavorit: Karamel oleh Ping Homeric (KosaKataKita)

8. Sampul Buku Komik Terfavorit: Komik 5cm oleh Is Yuniarto dan Azisa Noor (Grasindo)

sumber:  festivalpembacaindonesia.com

ps: selamat buat para pemenang ya.. :)
Read more »