Selasa, 31 Januari 2012

Narend, Petualangan ke Negeri Kutukan





Judul                : Narend, Petualangan ke Tanah Kutukan
Penulis              : Linuwih Nata Permana
Editor               : Diah Merta
Tebal               : 291 halaman
Cetakan           : September, 2006
Penerbit           : Liliput

Ini adalah petunjuk menuju istana yg telah terkubur,
Pusaka putra raja-raja yang masyur
Tersembunyi harta tiada tara, namun maut mengelilinginya
Iblis-iblis yang mengendap-endap di udara
Hanya putra raja dalam naungan empat lengan dewa
Berjodoh melepas jerat kutuk mantera


            Melebihi ekspektasi! Itulah yang bisa saya katakan pada fiksi fantasi lokal ini. Pertama kali menemukannya terselip di antara buku-buku tua di Shopping Center Yogyakarta, novel model middle age fantasi karya anak bangsa ini ibarat sebuah harta karun takternilai bagi pecinta fantasi. Pertama, karena buku ini sudah tidak terbit lagi sehingga sulit dijumpai di toko buku. Kedua, Penerbit Liliput yang mengkhususkan diri untuk menerbitkan karya-karya fantasi lokal itu kini sudah tidak beroperasi lagi. Ketiga, novel fantasi ciamik ini saya dapatkan dengan diskon 50% setelah melalui negosiasi ala sesama orang Jogja hehehe.

            Sekarang balik ke Narend. Ini adalah perpaduan antara salah satu episode film Indiana Jones dan pelayaran Sinbad Sang Pelaut. Buku novel fantasi ini mengisahkan tentang perjalanan seorang remaja bernama Narend yang memimpikan petualangan dan pelayaran dan samudra raya. Bersama empat sahabat setianya, Ayaghbeni, Kung Tao, Mahesz, dan  Hilal, pemuda ini berpetualang ke tanah Hindustan yang berselimut misteri untuk mencari harta karun. Kedengarannya membosankan dan sudah tahu ceritanya, namun jangan cepat menyimpulkan sebelum membacanya sendiri. Keunggulan Narend bukan terletak pada alur ceritanya, tapi pada bagaimana si pencerita itu bercerita. Untuk kelas fiksi fantasi lokal, Narend tampaknya digarap dengan sangat serius oleh sang penulis. Riset sejarah, pemetaan geografis, hingga nama-nama kota pelabuhan zaman kuno ditelusur ulang melalui perjalanan sang tokoh utama.

            Narend sendiri berkisah tentang seorang pemuda bernama Narend yang sehari-hari bekerja di perpustakaan kota Qaruniyah, dekat Khartago, pesisir Afrika Utara. Ia awalnya hidup sebatang kara sebelum kemudian diadopsi oleh pamannya, Mourad yang bekerja sebagai kepala perpustakaan tersebut. Kecerdasan sang penulis tampak pada deskripsinya tentang zaman itu, detail historis dan pemilihan kata serta artefak yang digunakan benar-benar membuat pembaca diajak kembali ke era petualangan Sinbad sang pelaut.

“Patung rusa jantan dari Arcadia, patung pelempar cakram Athena, arca Dewa Pengetahuan Ganesha dari Benares, patung-patung beberapa dewa Sumeria, seperti Marduk dan Nannar, tembikar-tembikar indah dan dua guci berhiaskan batu giok dari Negeri Cina.´(hlm 9).

Lihatlah betapa detail sang pencerita dalam melengkapi ceritanya. Uraiannya begitu lengkap, deskripsi yang digunakan juga pas serta berbau “kuna”, walaupun seperti agak bertele-tele. Lanjut ke cerita, deh. Narend akhirnya bertemu seorang ahli nujum ari Nimea, yang membisikkan bahwa Narend akan menemui kejayaan jika dia berani berpetualang ke tanah Hindustan. Bersama teman karibnya ayaghbeni dan seorang mahasiswa antripolog dari Universitas Meehabad, Narend berjibaku melepaskan diri dari kejaran Shadow Khan, penyihir hitam yang juga mengincar harta tanah Hindustan.

Akhirnya sauh diangkat, layar dikembangkan, dan dimulailah perjalanan menuju Samudera Marabahaya. Walaupun petualangan di kota Qoruniyah cukup menyita banyak bagian dari novel ini, namun petualangan sebenarnya dimulai di Teluk Afgan, dimana Narend dan kawan-kawan berlatih untuk menghadapi Temujin, sang bajak laut ganas dari kawasan itu. Kemudian, mereka dihantam badai di Samudra Marabahaya, menyaksikan sihir hitam yang ditenung dari seberang benua, hingga akhirnya kandas di muara Gangga karena tsunami raksasa.

Petualangan berikutnya berlanjut di tanah Hindustan. Karena kekurangan uang, Kung Tao dan Hilal yang memang bertubuh besar dan andal dalam seni bertarung mengikuti turnamen di kota Hyderabat. Dengan penuh keberanian, mereka berhasil mengalahkan Empat penjagal dari Madras sehingga memperoleh cukup uang menuju kota terlarang di utara, tempat harta itu tersimpan. DI Hyderabat pula Narend mulai menguraikan teka-teki tentang Kota Mati yang membawa maut bagi siapa yang mendatanginya. Lalu, akankah rombangan Narend berhasil mencapai Kota Mati? Apa maksud dari teka-teki iblis-iblis yang mengendap-endap di udara? Siapa pula sang putra raja dan apa yang dimaksud dengan empat lengan dewa? Jawabannya, sesuai dengan tagline penerbit Liliput, yakni Bacalah dan Kau akan Tahu!

Satu ucapan bagus dari Kung Tao bagi mereka yang gemar berpetualang (dalam hal apapun, tidak selalu dalam melakukan perjalanan) namun masih ragu-ragu:

“Segala sesuatu ada risikonya, namun setiap masalah pasti ada penyelesaiannya. Paling utama adalah keberanian dalam bertindak, bukan ketakutan pada sesuatu yang belum kita ketahui karena belum pernah dicoba.” (hlm 284).
Read more »

Senin, 30 Januari 2012

Kado dari My Secret Santa!

Kado dari My Secret Santa!

Bulan Desember 2011 yang lalu para BBI-ers (sebutan untuk para Blogger Buku Indonesia) menggelar sebuah proyek berbagi untuk para BBI-ers. Proyek yang digagas oleh beberapa teman BBI ini sangat unik karena kita diajak untuk berbagi kado buku pada peserta proyek ini. Sebutlah nama proyeknya ini Secret Santa!

Dinamakan Secret Santa karena setiap peserta yang ikut dalam proyek ini diharuskan menjadi Santa yang memberi kado buntelan (buku tentunya) kepada peserta lain dengan cara diundi oleh salah seorang peserta yang menjadi 'admin'-nya. Uniknya setelah hasil undian keluar maka masing-masing peserta diharuskan merahasiakan kepada siapa dia harus memberi kado, jadi hingga kado itu sampai ke tangan penerima semua peserta proyek ini tidak tahu menahu siapa yang menjadi 'Santa'-nya :)

Dengan demikian semua peserta akan menduga-duga siapa yang menjadi Santa-nya dan apa kado yang diberikan oleh Santa-nya. Peraturan lainnya adalah setelah menerima kado dari Santa-nya masing2, semua peserta juga diharuskan merahasiakan siapa yang menjadi Santa-nya hingga hari ini (31 januari 2012) yang merupakan hari kesepakatan untuk posting bersama review buku kiriman Santa-nya masing-masing sekaligus membuka identitas siapa yang menjadi Santa-nya :)

Nah, kado apa yang diberikan oleh Santa-ku yang baik hati dan siapa yang menjadi Santa-ku???? Sebelumnya mohon maaf kepada teman2 terutama kepada Santa-ku yang baik hati karena saya tidak sempat membaca buku dan membuat review-nya. Masalahnya banyak sekali hutang buntelan yang harus kubaca dan kureview, maka dengan tanpa mengurangi rasa terima kasih pada Santa-ku, izinkan saya hanya memposting kado yang diberikannya padaku. Review-nya terntu saja akan saya buat setelah saya membaca bukunya.

Kado buku apa yang diberikan oleh Santa-ku? Santa-ku memang super duper baik hati, dia menghadiahiku dua buah buku yang salah satunya memang menjadi wishlist-ku. Ini dia bukunya.


Ya, dua buah buku sastra! Satu buku memang menjadi wishlist-ku selama ini yaitu, buku kumpulan cerpen karya Leo Tolstoy (1828-1910) berjudul "Dimana Ada Cinta Di Sana Tuhan Ada" yang berisi 5 cerpen terbaiknya. Tolstoy adalah sastrawan Rusia terbesar yang berpengaruh luas dalam peta sastra dunia. Ia seorang pemikir sosial dan moral terkemuka pada masanya. Karya-karyanya bercorak realis dan bernuansa religius yang sarat dengan perenungan moral dan filsafat.

Satu lagi adalah novel karya sastrawan asal Kuba Aljero Carpienter (1904-1980). Ia adalah sastrawan yang juga kritis terhadap kondisi politik dan kebudayaan di negerinya. Aktivitas politiknya membuat ia dijebloskan ke penjara pada 1927 karena ikut menandatangani manifesto Cuban Minority Group yang mendahului munculnya revolusi Kuba. Dalam bidang sastra, bersama Jorge Louis Borges dan Miguel Angel Asturias, ia dianggap sebagai pelopor sejenis aliran realisme magis yang memicu kebangkitan sastra Amerika Selatan di abad ke 20.

Terima kasih Santa-ku!, dua buku itu 'gue' banget!, pasti akan jadi koleksi berhargaku dan akan kusimpan baik2 di rak buku sastra klasik-ku :). Oya tak hanya itu saja, Santa-ku juga memberikan sebuah pembatas buku berbentuk wayang dan di halaman pertama buku Tolstoy yang dia kirimkan padaku, ada sebuah pesan darinya sbb :



Ups! maaf, identitas Santa-ku tertutup oleh pembatas buku wayang! , jadi siapa yang menjadi Secret Santaku????? Ini dia Santaku yang baik hati...





Loh, koq mata, hidung, dan mulutnya ditutup kertas putih?
Siapa dia??







Nah, biar seru, kita main tebak-tebak buah manggis yok! siapa yang berhasil menebak, akan memperoleh buku ini :


komik terbaru Benny Racmady berjudul
Tiga Manula Jalan2 ke Singapura
,
kl baca komik ini dijamin akan ketawa-ketiwi sendiri.



Kirimkan jawaban siapa Santa-ku itu di kolom komentar postingan ini. Jawaban yang benar akan saya undi dengan mesin pengundi tradisional berupa gulungan kertas yang dimasukkan dalam gelas seperti yang dilakukan oleh ibu-ibu arisan :)

Jawaban paling lambat dikirim hari ini, Selasa, 31 Januari 2012 pkl. 24.00 wib dan siapa pemenangnya akan dimumumkan pada hari rabu, 1 Februari pkl. 09.00 wib di akhir postingan ini.

Demikian, tentang Kado dari My Secret Santa, semoga bermanfaat.


@htanzil

Pengumuman Pemenang Kuiz Tebak Secret Santa.

Berdasarakan undian yang dilakukan secara tradisional dengan menggunakan kertas gulung berisi nama-nama perserta quiz yg menjawab dgn benar maka dengan ini ditetapkan pemenangnya adalah


Sdri. Inge.





Selamat untuk Non Inge, anda berhak mendapat sebuah buku Tiga Manula Jalan2 ke Singapura by Benny Rachmady. Mohon DM alamat kirimnya ke twitter @htanzil atau email ke htanzil@gmail.com

Jadi siapa sebenarnya secret santaku ?
Semua menjawab dengan benar, ya dia adalah




DION YULIANTO, penulis, editor,
blogger buku, si raja galau,
raja buntelan, penimbun buntelan,
dan seabreg gelar lainnya.







Terima kasih untuk Dion yang sudah menjadi Santa-ku kali ini, semoga Dion bisa selalu menjadi santaku di setiap saat ya... :)
Read more »

Book from Secret Santa: The Demon’s Lexicon

Judul               : The Demon’s Lexicon
Pengarang       : Sarah Ress Brennan
Penerjemah     : Rini Nurul Badriah
Editor              : Helena Theresia
Penerbit           : Ufuk Press
Cetakan          : 2, September 2011



            Saya tahu ada yang tidak beres dengan Nick. Pemuda ini terlalu sempurna, terlalu kaku, terlalu kuat, dan terlalu sempurna untuk bisa disebut manusiawi. Adik laki-laki dari Alan Ryvess ini, bersama kakak dan ibunya telah berpindah-pindah rumah dan sekolah demi menghindari kejaran para penyihir yang mengincar jimat mereka. Dikisahkan di awal-awal cerita, ayah mereka, Daniel Ryves, telah menyelamatkan seorang penyihir wanita yang membelot dari klan penyihir berbahaya, Lingkaran Obsidian, dengan membawa salah satu jimat iblis mereka yang paling kuat. Demi melindungi keluarganya, Daniel kemudian mengorbankan diri dengan menembus pentagram sihir yang mengurung keluarga itu ketika Alan dan Nick masih berusia 7 dan 5 tahun. Sejak peristiwa itu, tugas melindungi keluarga berada di tangan Alan.  Kakinyanya bahkan pincang karena terkena serangan api iblis saat hendak berupaya menyelamatkan keluarganya.

            Berbeda dengan novel-novel fantasi yang tengah booming saat ini, penyihir dalam The Demon’s Lexicon digambarkan sebagai tokoh yang jahat. Mereka biasa memanggil iblis dengan menumbalkan kehidupan manusia lain. Dengan menandai korbannya, maka seorang penyihir bisa menghadirkan iblis ke dunia sekaligus meminta apa yang ia inginkan sebagai imbal-balik dari jasanya.

            Tingkat pertama adalah kedua torehan itu. Itulah pintu masuknya. Begitu dibuat, para iblis mengetahui ada titik lemah, dan mereka mulai berkumpul di pintu penghubung kedua dunia. Mereka dapat melacakmu setelah tanda pertama itu ada. Tingkat kedua adalah segitiganya. Tiga titik sama sisi … tiga tusukan sama sisi … dan itu artinya seseorang harus mati. …Di dalam pintu, di dalam segitiga, ada mata. Itulah yang ketiga. Begitu kau memilikinya, mereka menguasaimu. (hlm. 37)

            Cerita ini dibuka dengan cepat, ketika dapur Alan dan Nick diserbu oleh gagak-gagak hitam serta ular kabut, yang ternyata adalah jelmaan penyihir. Mereka lalu didatangi oleh Mae dan adiknya Jamie—yang telah ditandai dengan tingkat tiga. Dengan membawa mamanya yang agak tidak waras, Nick dan Alan harus berjuang menyelamatkan dua orang lagi. Cerita ini adalah tentang pertempuran antara manusia dan penyihir + iblis. Nick digambarkan sebagai seorang pemuda ahli pedang yang sangat kuat (terlalu sempurna malah sebagai pemuda 17 tahun) sementara kakaknya si Alan, yang pincang dan lemah dalam bela diri, adalah sosok yang cenderung lebih manusiawi (walaupun kadang juga terlalu baik).

Walau didominasi oleh adegan aksi menembak menyihir dan menebas iblis, The Demon’s Covenant lebih menyorot aspek psikologis yang terjadi dalam diri Nick. Kita diajak untuk mengulik apa dan bagaimana pergulatan aneh yang berkecamuk di benak Nick. Pemuda itu luar biasa kuat secara fisik, tetapi di dalam kepribadiannya, Nick tahu bahwa ada yang salah dengannya. Itulah kenapa Alan begitu menyayangi  dan seolah ingin selalu melindungi adiknya, padahal tubuhnya lemah. Lanjut ke cerita, lima orang tersebut akhirnya harus mendatangi langsung markas dari Lingkaran Obsidian demi menemukan penangkal untuk Jamie dan juga Alan (yang telah ditandai oleh penyihir karena menyerahkan jimat perlindungannya pada Mae. 

Di tempat itu pula terjadi pertempuran terakhir yang menentukan antara mereka dengan pimpinan Lingkaran Obsidian, sang Black Arthur, penyihir terkuat. Ironisnya, Nick terkurung oleh pentagram pengurung, sementara Alan, Mae, dan Jammie juga tertangkap. Dalam keadaan terkurung inilah Nick mengetahui jati dirinya yang sebenarnya, yang selama ini berupaya ditutup rapat oleh Alan. Ternyata, kuncinya ada di Nick sendiri. Kok bisa, baca saja novel yang seru dan unik ini karena twist-nya memang ada di situ.

The Demons’ Lexicon unik sekaligus menarik karena mampu menghadirkan ramuan yang pas antara ketegangan aksi dan kerumitan perang batin, antara persaudaraan dengan pertemanan, antara bumbu-bumbu romantisme dan  praktik-praktik sihir yang banyak dijumpai di Barat. Sebuah novel pendek tapi terasa utuh dan memuaskan saat selesai dibaca. Membacanya, kita akan mendapatkan banyak cerita seru sekaligus ajaran-ajaran kokoh tentang pentingnya ikatan kekeluargaan, tentang besarnya arti pengorbanan, dan tentang indahnya melindungi orang-orang yang kita cintai. 


Terima kasih kepada my secret santa, Mbak Astrid Felicia Lim yang dalam kadonya terselip daun indah dari negeri Rivendell. Bukunya keren ini mbak, sekeren saya #eh.
Read more »

Please Look After Mom


Please Look After Mom (Ibu Tercinta)
Kyung Sook Shin @ 2008
Tanti Lesmana (Terj.)
GPU – September 2011
296 hal.
(from my #secretsanta)

Bukan pertama kali, Park So-nyo bepergian dengan kereta api bersama suaminya. Tapi entah kenapa, di hari itu, ketika mereka hendak mengunjungi anak-anak mereka di Seoul, ia tertinggal, saat suaminya bergegas naik ke gerbong kereta bawah tanah. Lama baru ia menyadari, bahwa istrinya tertinggal. Park So-nyo tak kunjung tiba di rumah anak mereka. Akhirnya, anak-anaknya berkumpul, membuat selebaran dan menempelkan di tempat-tempat yang strategis. Anak-anaknya pergi ke stasiun tempat terakhir kali ibu mereka berada, beberapa orang memberi respons dan merasa melihat ibu mereka. Tapi, hasilnya nihil. Ibu mereka tetap tak diketahui keberadaannya.

Dalam keputusasaan, anak laki-laki pertama, anak perempuan kedua dan suaminya mengenak sosok ibu/istri yang selama ini terlupakan. Ternyata, selama ini mereka tak menyadari betapa pentingnya ibu mereka, dalam daftar prioritas ibu mereka, ternyata, tak satupun yang diperuntukan bagi ibu mereka. Mereka terlalu sibuk dengan kehidupan yang baru, sampai akhirnya, perlahan-lahan, tanpa disadari mereka jadi ‘jauh’ dengan ibu mereka. Saat diminta menggambarkan seperti apa sih sosok ibu mereka, kedua anak itu pun ‘terbata-bata’, bertanya-tanya dalam hati, seberapa jauh mereka mengenal ibu mereka.

Dan sang suami pun, baru menyadari betapa ia kehilangan istrinya saat ia sendiri. Tak menyadari bahwa selama ini kurang menghargai istrinya. Pernah ia berselingkuh dan pergi dari rumah, tapi saat ia kembali, istrinya menyambut seolah tak ia hanya pergi keluar kota, seperti tak terjadi apa-apa. Sang suami pun berpikir, jangan-jangan gara-gara ia jalan terlalu cepat, istrinya jadi tertinggal.

Sosok Park So-nyo digambarkan sebagai perempuan pekerja keras, selalu berkorban untuk anaknya, menyiapkan yang terbaik. Dan sebagai seorang istri, ia selalu merawat suaminya. Bahkan kala ia sakit pun, tak pernah ia mengakui bahwa ia sakit.

Alur buku ini sangatlah lamban. Dan memang bukan diperuntukan untuk yang pengen baca cepet-cepet. Rada bingung di awal, tentang siapa yang bercerita. Tapi buku ini harus dinikmati pelan-pelan. Diresapi maknanya. Baru beberapa lembar, membacanya membuat gue menghela napas berkali-kali. Tiba-tiba jadi ada sebuah ‘beban’. Inget dosa sama mama kali ya? Warning: bersiaplah tissue dan air putih, biar tenang bacanya.

Saat pertama membaca sinopsisnya di website gramedia, gue malah teringat sebuah cerita lucu. Dulu, temen kuliah gue pernah cerita tentang kakaknya yang ‘ketinggalan’ istrinya di supermarket. Gak sadar istrinya ketinggalan, sampai si istri muncul di rumah, pulang naik taksi sambil marah-marah. Saat itu, gue ketawa berkali-kali.

Tapi, saat membaca buku ini, gue ‘tertegun’. Bukan masalah ‘ketinggalannya’, tapi gue jadi berpikir seberapa jauh gue mengenal sosok ibu gue. Seberapa jauh gue sudah berbuat untuk membalas apa yang sudah beliau lakukan selama puluhan tahun ini sama gue. Ma’af ya, kalo tulisan ini jadi rada-rada pribadi. Gue jadi teringat berbagai ‘dosa-dosa’ gue. Yah, emang sih, hubungan gue mungkin bukan hubungan ibu-anak yang suka curhat-curhatan. Gak pernah tuh, gue curhat tentang ‘gebetan’ gue ke beliau… takut… :D. Tapi, sekarang, saat gue juga bukan abg lagi, semakin lama, gue semakin nyaman untuk bicara dengan beliau. Dan, gue melihat, mama mirip-mirip sama Park So-nyo. Saat sakit, selalu bilang ‘gak sakit, selalu ada untuk bantuin anak-anaknya yang kadang masih manja-manja ini. Tapi, hei… beliau gak pernah mengeluh. Wish I could be a mom like her…

Love you, mom…

*my secret santa: who are you anyway?... terima kasih untuk bukunya ya… *
Read more »

Ondel-Ondel Nekat Keliling Dunia


Ondel-Ondel Nekat Keliling Dunia
Luigi Pralangga @ 2011
Penerbit Qanita, Cet. I – November 2011
332 Hal.
(swap sama Alvina)

Bekerja di PBB rasanya suatu hal yang keren. Kantornya di Amerika gitu lho… Selama ini kan, kalo ngeliat di film-film, kaya’ya keren banget.. gak semua orang bisa ngator di situ, bahkan pasti susah banget buat masuk ke gedung PBB.

Nah, tersebutlah Luigi Pralangga – yang menyebut dirinya sebagai Ondel-Ondek Nekat di buku ini. Ia beneran nekat melepas pekerjaan di sebuah perusahaan telekomunikasi bergengsi di tanah air demi berjuang di Amerika. Padahal selama ini tempat tujuan impiannya bukanlah Amerika, tapi Kanada. Yah, dengan pikiran positif, Luigi nekat berangkat.

Di Amerika, kerjaan gak langsung enak. Lagi-lagi modal nekat, dan pe-de yang sangat tinggi, akhirnya membuat Luigi berhasil menembus berbagai test dan resmi berkantor di salah satu kantor perutusan/perwakilan Indonesia di PBB. Tapi, ternyata Luigi bukan jadi pekerja kantoran di belakang meja., ia tergabung dalam sebuah misi sebagai ‘peacekeeper’, salah satunya adalah misi di Irak, yaitu tergabung dalam misi inspeksi Senjata Pemusnah Massal (mengerikan bukan?). Dan selanjutnya, ia bergabung dalam UNMIL – misi perdamaian dan kemanusiaan untuk Liberia.

Sebagaian besar buku ini bercerita tentang kehidupan Luigi di Negeri Bau Kelek (yuksss….), negeri yang orang-orangnya berkulit maghrib alias gelap (ooppss… maaf untuk yang berkulit gelap.. bukan gue lho yang nulis.. gue hanya ‘mengutip’).

Sebagaiman Negara yang sedang konflik, kehidupan di sana jauh dari yang namanya enak. Harga serba mahal, lebih miris lagi melihat anak-anak dan para perempuannya. Anak-anak bersekolah dengan membawa bangku sendiri, memakai seragam yang warnanya sudah pudar dan sekolah yang kondisinya menyedihkan. Itu baru sebagian yang beruntung bisa sekolah. Yang lainnya, terpaksa membantu orang tuanya berjualan di pasar, dengan baju yang robek sana-sini. Para perempuan juga bekerja sambil membawa anak-anak mereka yang masih bayi. (mungkin gak jauh beda dengan kondisi di beberapa tempat di Indonesia kali ya)

Tapi mereka ternyata juga mengenal ajang “Miss-Miss’an lho… adanya Miss Liberia dipergunakan sebagai salah satu sarana untuk menyerukan perdamaian. Tugas si Miss Liberia ini menyampaikan berita di kota untuk para penduduk desa, atau sebaliknya.

Yang membuat pekerjaan ini semakin terasa berat adalah harus berjauhan dengan keluarga. Apalagi saat bulan Ramadhan… duh.. rasanya ‘perihhh’… hehehe

Pengalaman yang unik, yang patut di-share ke banyak orang. Untuk memotivasi terutama para kaum muda. Tapi, buat gue, cerita di setiap bab terasa terlalu singkat. Entah mungkin banyak yang pengen diceritain, daripada bukunya ketebelan, jadi diceritakan sesingkat mungkin plus bonus banyolan yang kadang garing, tapi bikin bingung.. apakah ini beneran ataukah khayalan penulis.

Ini pertama kali gue membaca buku bertinta biru. Gak masalah sih. Font-nya besar, jadi enak bacanya. Tapi yang rada bikin ‘masalah’ adalah foto-fotonya. Beberapa ukuran terlalu kecil, dan gak jelas gambarnya apa. Apalagi objek fotonya ‘berkulit gelap’, jadi menambah ketidakjelasan foto itu.

3 ondel-ondel nekat untuk buku ini.

Silahkan kalo mau kenalan sama si Ondel-Ondel Nekat ini di http://pralangga.org/
Read more »

Minggu, 29 Januari 2012

CLARA'S MEDAL


[No. 285]
Judul : Clara's Medal
Penulis : Feby Indirani
Penerbit : Qanita
Cetakan : I, September 2011
Tebal : 474 hlm

Apa jadinya jika 16 orang remaja jenius dalam bidang fisika dengan berbagai karakter dan latar belakang budaya yang berbeda berada dalam sebuah asrama selama 4,5 bulan untuk dilatih guna mengikuti Olympiade Fisika Internasional?.

Mereka digodok dalam pelatihan superintensif dengan materi yang nyaris setara dengan bobot delapan semester masa perkuliahan. Selain itu merekapun harus bersaing satu dengan yang lain karena dari 16 peserta pelatihan, hanya 12 peserta terbaik yang akan diberangkatkan ke Olympiade Fisika Internasional di Singapura.

Gambaran kehidupan para remaja yang digembleng dalam kawah Candradimuka itulah yang menjadi latar dalam novel Clara’s Medal karya penulis/jurnalis muda Feby Indirani. Kisah yang terinspirasi dari kisah nyata kehidupan asrama pelatihan bagi peserta tim Olympiade Fisika Internasional ini semakin menarik karena tokoh utamanya adalah Clara, satu-satunya peserta wanita dalam asrama tersebut.

Clara sendiri adalah putri dari Bram Wibisono, fisikawan terkenal, lulusan program master dan doctoral di Amerika yang bersama sahabatnya, Prasetyo (Tyo) mendirikan FUSI (Fisika Untuk Siswa Indonesia). Lembaga yang berfokus pada pengajaran dan pelatihan fisika bagi pelajar-pelajar Indonesia yang kegiatan utamanya adalah membina tim Indonesia untuk berlaga di kompetisi-kompetisi fisika Internasional.

Karena tumbuh besar dalam lingkungan keluarga ilmuwan fisika dan aktivitas ayahnya sebagai pengelola FUSI maka dalam diri Clara terbentuk obesesi bahwa suatu saat nanti ia harus berlaga di Oympiade fisika Internasional dan pulang membawa medali kemenangan. Obsesinya ini menjadi kenyataan karena tanpa campur tangan ayahnya ia mampu melewati berbagai seleksi dari jenjang terendah hingga nasional sehingga ia terpilih untuk mengikuti seleksi akhir di asrama FUSI bersama ke 15 peserta lainnya.

Di asrama Clara harus bersaing dengan sesama peserta lain, sebagai satu-satunya peserta wanita saja sudah merupakan tantangan tersendiri baginya, dapatkah ia menyesuaikan diri dengan ke 15 peserta pria lain dengan berbagai karakter dan latar belakang?

Persaingan ke 16 peserta diwujudkan dalam tes evaluasi mingguan dimana hasil dan progress kemajuan masing-masing peserta dapat diketahui dengan peringkat nilai mingguan. Sayangnya ketika persaiangan semakin panas, Bagas kedapatan menghack situs kepolisian dengan menampilkan kata-kata protes mengenai kinerja kepolisian yang buruk dan korup. Tindakannya ini membuat Bagas harus masuk dalam penjara dan akibatnya nama lembaga FUSI tercoreng dan menjadi sorotan.

Karena kasus ini para pendonor FUSI mulai menarik dukungan dana mereka. Tim Olympiade Fisika terancam gagal berangkat karena kekurangan dana. Bisa dibayangkan bagaimana ketar-ketirnya pengelola dan para peserta yang sudah berjuang mati-matian hingga titik ini. Jika tim ini gagal breangkat maka segala usaha FUSI dan kerja keras para peserta selama berbulan-bulan menjadi sia-sia.

Novel setebal 474 halaman ini sangat menarik untuk disimak. Dengan kalimat –kalimat yang mengalir, enak dibaca sehingga memiliki rentang pembaca yang luas mulai dari pembaca remaja hingga dewasa melalui novel ini pembaca diajak meneropong bagaimana sebenarnya kehidupan para remaja berprestasi ini selama mereka berada dalam rumah asrama. Ke 16 peserta dengan latar belakang dan karakter yang berbeda-beda membuat kisah dalam novel ini menjadi seru, belum lagi ditambah Clara sebagai satu-satunya peserta wanita di rumah asrama yang membuat kisah kehidupan dalam asrama menjadi lebih hidup dengan sedikir nuansa romantisme remaja yang juga menghiasi novel ini.

Di novel ini saya rasa penulis berhasil menggambarkan kehidupan di asrama dengan begitu hidup dan apa adanya. Walau semua penghuni asrama adalah remaja-remaja jenius namun bukan berarti mereka baik-baik saja. Di novel ini akan tergambar bahwa mereka bukanlah manusia sempurna yang ‘pede’ karena kepintaran mereka, ada sisi-sisi gelap, ketakutan, dan kekonyolan-kekonyolan mereka yang terungkap dari keseharian mereka selama di asrama. Bahkan nanti akan terungkap bagaimana seorang yang selalu mendapat nilai terbaik dalam tes mingguan masih juga tidak percaya diri sehingga ia melakukan tindakan tidak terpuji untuk menjatuhkan temannya sendiri.

Selain Clara sebagai tokoh utama, beberapa peserta tim olympiade dalam novel ini mendapat porsi khusus di novel ini, mereka adalah Arief, Goerge, dan Meddy. Ketiga tokoh tersebut masing-masing mendapat jatah satu bab sehingga kita bisa membaca kehidupan dan latar belakang kehidupan dari ketiga tokoh tersebut lengkap dengan budaya dimana mereka dibesarkan yaitu di Madura, Papua, dan Ambon.

Dari ketiga tokoh Arief kita akan memperoleh informasi tentang api abadi dan legenda asal usul orang Madura, melalui kisah George sebagai putra Papua, novel ini mengingatkan kita bahwa di provinsi paling ujung di Indonesia itu ada putra Papua yang pernah memiliki pencapaian cemerlang di bidang fisika, yakni Hans Jacobus Wospakrik. Dia adalah salah satu dari sedikit fisikawan Indonesia yang penelitiannya terbit di jurnal-jurnal internasional terkemuka bahkan ia pernah melakukan penelitian bersama peraih nobel Fisika 1999, Martinus J.G.Veltman.

Sedangkan dari tokoh Meidi yang keluarganya merupakan salah satu korban kerusuhan Ambon kita akan memperoleh informasi mengenai Georgius Everhadus Rumphius, ilmuwan Jerman yang meneliti alam Ambon pada 1600-an yang harus kehilangan anak dan istrinya saat Ambon diguncang gempa dahsyat disusul gelombang Tsunami yang menewaksan lebih dari 2000 orang pada tahun 1674.

Tak hanya menyajikan sebuah kisah yang menarik tentang Clara dan ke 16 peserta seleksi Olympiade, novel ini juga menyajikan wacana yang menarik mengenai perkembangan dunia pendidikan fisika di Indonesia dan kaitannya dengan keikutsertaan Indonesia dalam Olympiade Fisika Internasional. Melalui tokoh Bram dan Prasetyo selaku pendiri FUSI akan terungkap perbedaan pendapat mereka dalam keikutsertaan Indonesia dalam Olympiade.

Di satu sisi Tyo berpendapat bahwa perolehan medali adalah target utama FUSI agar Indonesia dikenal di panggung ilmiah internasional, sedangkan bagi Bram bukan itu tujuannya karena jika demikian FUSI hanyalah sebuah bimbingang belajar yang bertujuan menciptakan mesin-mesin penakluk soal dan bukan untuk melahirkan calon-calon ilmuwan yang kreatif. Bram berpendapat bahwa jika perolehan medali dijadikan ukuran kemajuan pendidikan fisika di Indonesia maka hal itu hanyalah kemenangan semu karena prestasi yang dicapai itu tidak menjamin para peserta akan menjadi ilmuwan yang berhasil.

Selain itu melalui tokoh Bram yang meningatkan kita akan Prof. Yohanes Surya sebagai pembimbing tim Olympiade Indonesi, novel ini juga akan mengungkap bagaimana sebenarnya pelajaran fisika yang tampaknya menyeramkan itu menjadi lebih menarik dan dapat dijelaskan secara sederhana dengan menggunakan contoh-contoh yang sering kita temui dalam keseharian kita antara lain bagaimana para pesulap menusuk sebuah balon tanpa memecahkannya, bagaimana sulitnya penjaga gawang menangkap bola ketika menghadapi tendangan pinalti, atau bagaimana David Beckham dengan tendangan penjurunya sebenarnya sedang melakukan prinsip fisika.

Ada banyak hal yang menarik dari novel ini namun satu hal yang agak disayangkan adalah adanya sebuah adegan merokok dari dua orang peserta pelatihan, mungkin penulis ingin membuat novelnya serealita mungkin dimana bukan hal yang mustahil bagi siswa berprestasi merokok di usia remajanya, namun saya rasa adegan ini tetap saja tidak seharusnya ada mengingat novel ini sangat baik untuk dibaca oleh para remaja dan rasanya tidak elok jika adegan merokok itu harus ada di novel ini. Ada banyak cara menggambarkan keseharian anak remaja apa adanya tanpa harus menggunakan adegan merokok.

Terlepas dari satu hal itu, novel yang juga mengisahkan akan arti persahabatan, persaingan, romantisme remaja, penaklukan diri, dan usaha untuk meraih mimpi dengan konsep Mestakung (Semesta Mendukung) ini menurut saya sangat penting untuk dibaca oleh para remaja kita karena memberikan inspirasi bahwa setiap orang mampu merealisasikan cita-citanya jika mau bekerja keras dan tekun. Jika hal ini dilakukan dengan terus menerus maka kita akan melihat semesta (segala sesuatu) akan membantu kita sampai apa yang kita cita-citakan akan berhasil.

Bagi para pendidik, dan pemerhati dunia pendidikan, novel ini menayadarkan kita bagaimana fisika yang mungkin selama ini dianggap sebagai pelajaran yang 'mengerikan' dan membosankan akan menjadi begitu menarik jika diajarkan dengan kreatif.

Bagi Indonesia yang kini kerap mengirimkan sejumlah peserta untuk mengikuti Olympiade Internasional di berbagai bidang dan telah berhasil memperoleh medali, novel ini mengingatkan kita bahwa medali bukanlah tujuan utama, kita tidak membantuk siswa-siswa berprestasi sekedar menjadi pengejar medali melainkan bagaiman kelak generasi muda kita dapat menjadi ilmuwan-ilmuwan kelas dunia yang memberikan sumbangsihnya pada kemajuan ilmu penghetahuan Indonesia dan dunia.

****

@htanzil
Read more »

Clara’s Medal

Judul                          : Clara’s Medal
Pengarang                  : Feby Indirani
Penyunting                  : Miranda Harlan, Melvi Yendra
Penyelaras aks           : Noviyanti Utaminingsih, nunung Wiyati
Cetakan                     : 1, September 2011
Penerbit                     : Mizan Publika




“saat mimpi terasa mustahil, mungkinkah kita berharap pada semesta?”

            Inilah sebuah novel tentang MESTAKUNG, sebuah konsep temuan Prof. Yohanes Surya, Ph.D. yang sudah menelurkan bakat-bakat baru dalam dunia fisika dan membawa mereka berprestasi di tingkat dunia. Inilah novel tentang pembuktian konsep “semesta memberikan apa yang kita inginkan, hanya ketika kita benar-benar memikirkan, berfokus, dan berjuang sekuat tenaga untuk menuju ke arah itu”. Lebih dari itu semua, inilah novel tentang perjuangan para bakat-bakat muda yang telah mempercayai sekaligus membuktikan kebenaran dari konsep MESTAKUNG, bahwa setiap perjuangan pasti ada imbalannya, tidak ada yang sia-sia.

            Adalah FUSI (Fisika Untuk Siswa Indonesia), sebuah lembaga yang bergerak dalam penggemblengan 16 bakat fisikawan terbaik dari seluruh Indonesia. Lembaga ini menyeleksi seluruh peserta Olimpiade Fisika Nasional untuk kemudian dipilih 16 siswa terbaik yang akan digembleng, diasramakan, dan dididik secara intensif selama 5 bulan dengan materi fisika yang sepadan dengan 8 semester kuliah di jurusan fisika. Mereka-mereka ini ditempatkan sedemikian rupa dengan latihan intensif, pembelajaran yang terus-menerus hingga tercipta kondisi kritis, yakni proses ketika terjadi pengaturan diri sendiri—dan individu-individu lain di sekitarnya—sehingga memunculkan potensi nan luar biasa dahsyat. Sederhananya, ketika diri ditempatkan dalam kondisi kritis, dipaksa untuk mengerahkan segenap potensi, maka setiap molekul di alam (termasuk dalam diri kita) akan menempatkan diri sedemikian rupa untuk membantu kita mengeluarkan yang terbaik.

            “Pada dasarnya, ketika sebuah unsur memiliki tujuan, maka seluruh dirinya akan memancarkan energi untuk  mencapai tujuan itu. Dan, ketika unsur-unsur pendukung satu tubuh memiliki tujuan yang sama, akan terjadi penyatuan energi yang menimbulkan pancaran kuat ke alam semesta.” (hlm 358)
           
Dan, Clara adalah salah satu dari 16 anak muda terpilih itu. Lolos dalam seleksi olimpiade tingkat provinsi, gadis muda ini menjadi satu-satunya wanita yang berhak mendapatkan pelatihan intensif di FUSI. Belajar bersama, menguji soal, mendalami teori, membaca buku-buku tebal, semuanya harus ia lakukan bersama 15 cowok remaja yang pasti sedang ajaib-ajaibnya di usia itu. Karena berasal dari seluruh Indonesia, para peserta FUSI membawa serta kebiasaan dan cerita baru, yang satu demi satu dirangkai dan dijalin indah oleh Clara. Inilah hiburan alias selingan paling indah yang dialami Clara dalam 5 bulan menjalani hari-hari super ketat di FUSI. Ibaratnya, FUSI adalah Indonesia mini dengan pribadi-pribadi yang berlainan wataknya—kesamaannya mungkin satu, rata-rata mereka kutu buku, luar biasa cerdas, dan suka senewen kalau belajarnya diganggu hehehehe.

Aneka kisah dijalin apik dalam FUSI. Lewat Clara’s Medal, penulis dengan apik mampu menuturkan apa saja yang dialami oleh para peserta pelatihan FUSI yang dididik untuk mengikuti olimpiade fisika internasional. Bagaimana Clara dan teman-temannya harus belajar sampai jam dua pagi, bagaimana mereka harus membaca buku setebal 5 cm hanya dalam satu minggu, bagaimana mereka harus menyelesaikan bundel-bundel latihan soal yang super tebal, hingga betapa kuatnya perjuangan anak-anak terpilih ini demi bisa mewakili Indonesia di ajang internasional. Yang lebih menariknya lagi, kisah pada kutu buku fisikawan ini juga dibumbui dengan aroma dunia anak muda, yang membuatnya tidak membosankan. Diceritakan dari sudut pandang Clara (dan alam beberapa bab juga dari sudut pandang sejumlah peserta yang lain), Clara’s Medal benar-benar mencerminkan apa yang dialami dan dirasakan Clara sebagai remaja. Terlepas dari kumpulan jagoan fisika, FUSI juga diwarnai dengan indahnya persahabatan, ketatnya persaingan, bumbu-bumbu romantisme, serta berbagai candaan remaja tanggung yang kadang suka slengean.

Alurnya yang maju dan kemudian mundur di beberapa bab sempat membuat saya bingung, namun ternyata alur mundur itu hanya dibatasi dalam beberapa bab, selebihnya terus maju. Ini menjadikan pembawaan Clara’s Medal begitu berwarna—sebagaimana para peserta FUSI yang juga beraneka ragam. Kisah-kisahnya dijalin dengan apik, dengan beberapa kejadian pemantik yang seru, mulai dari ditangkapnya Bagas (salah satu peserta FUSI yang paling smart tapi cenderung asosial dan--uhuk--disukai Clara), insiden kecurangan yang dilakukan salah satu peserta FUSI (dengan meracuni peserta lainnya) hingga kegalauan hati Clara akan semua yang ia hadapi.
           
Novel ini juga mengajarkan kita akan pentingnya memiliki tujuan, tetap berfokus pada tujuan, serta berupaya memiliki semangat dalam mencapai tujuan tersebut. Juga tentang perbedaan dari orang bijak dan orang pintar (“Orang pintar itu berusaha menyelesaikan masalah, sementara orang bijak menjauhi masalah), tentang keberanian untuk tetap mencoba meskipun kegagalan selalu menghantui, tentang berfokus pada keberhasilan yang ingin dicapai alih-alih pada kegagalan, dan juga tentang fakta bahwa fisika itu asyik jika didalami.

Catatan: Saya kok juga kurang cocok sama covernya yang seperti majalah remaja, emang sih anak fisika belum tentu kuper dan berkaca mata tebal, dalam novel ini Clara digambarkan memang seperti model remaja, tapi kok posenya kurang mencerminkan semangat kompetisi dan ilmu pengetahuan *maaf sok tahu* hihihihi
Read more »

Senin, 23 Januari 2012

Fantasy Fiesta 2011, Antologi Cerita Fantasi Terbaik 2011

Judul                       Fantasy Fiesta 2011, Antologi Cerita Fantasi Terbaik 2011
Penulis                     R.D. Villam, Klaudiani, Bonmedo T dan 17 Pemenang Kontes   
                               Fantasy Fiesta 2011
Penyunting               Lutfi Jayadi
Sampul                    Imaginary Friens Studio
Cetakan                  1, Desember 2011
Tebal                      325 Halaman.
Penerbit                  Adhika Pustaka


             Setiap kali membaca cerpen atau cerita pendek, pembaca harus siap dengan dua konsekuensi. Pertama, merelakan kisah seru yang terlalu cepat berakhir, dan kedua, gemas dan kesal luar biasa karena ending cerita yang sengaja dibuat menggantung oleh penulisnya. Sebuah cerpen sebagai karya fiksi yang pendek dan tidak sepanjang novel memang memiliki syarat-syarat yang ketat. Penulis harus bisa merangkum satu cerita panjang—dalam FF2011 bahkan sebuah dunia fantasi—ke dalam jajaran 4-5 halaman yang terdiri dari 3.000-4.000 kata. Dalam beberapa paragraf singkat seorang penulis cerpen dituntut untuk mencipta keindahan kata dan semaraknya imajinasi, sehingga menghasilkan karya tulis pendek yang tidak hanya membuat pembaca terkesan, namun juga mampu menciptakan ending atau terusan cerita versi masing-masing. Dan, kerja keras para penulis seperti inilah yang saya kagumi dari para pemenang kontes Fantasi Fiesta 2011 yang diadakan oleh penerbit Adhika Pustaka tahun 2011 yang lalu.

             20 cerita terpilih, masing-masing dengan warna berbeda serta keajaiban yang berlainan, menawarkan aneka petualangan ke ranah imajinasi. Mulai dari menaiki kapal ke sebuah pulau terkutuk, bermain-main dengan 16 terakhir kehidupan seseorang, hingga berandai-andai bagaimana jika kata “aku” terlarang untuk diucapkan. Berikut ini uraian singkat tentang harta imaji apa saja yang tertuliskan dengan begitu mantapnya dalam sebuah buku dengan sampul  yang sangat menawan ini.




1. Bentala Imaji
             “Bentala Imaji” ibarat sebuah cerpen yang benar-benar cerpen. Maksud saya, selain judulnya yang begitu sastrawi, cerpen ini menawarkan sebuah kualitas dari dua cerita yang entah bagaimana saling bertautan. Kisah si Aji yangberupaya terbang menuju kebebasan berimajinasi. Kalau menurut sepenangkapan saya (hasyah bahasanya), “Bentala Imaji” adalah tentang dorongan untuk mengapai imaji manusia. Dari seluruh pemenang FF 2011, hanya dengan si penulis kisah inilah saya pernah berkenalan dan berjabat tangan.

2. Bhupendra Gagan
   Dari seluruh cerita yang ada di FF 2011, “Bhupendra Gagan” adalah yang paling saya sukai. Kisahnya bersetting di wilayah India pada awal masa, jauh sebelum tahun Masehi dimulai. Tentang kemaharajaan yang melarang penggunaan kata “aku” karena siapapun yang mengucap kata kutuk itu akan segera dipancung. Aturan yang awalnya aneh dan nyentrik ini ternyata berdampak besar dalam memperbaiki moral masyarakat di negeri itu. Kejahatan pun hilang, dan seluruh negeri pun terangkat ke langit saking ringannya dosa-dosa di bumi kerajaan itu.

3. Dongeng Kanvas
                Satu lagi kisah tentang peri, memadukan antara kisah fantasi, nilai seni dan tentang besarnya makna pengorbanan. Bayangkan dirimu sebagai gadis yang hanya bisa melihat benda berwarna hitam namun sekaliguas adalah seorang pelukis hebat. Bakatnya diuji ketika sang ratu memintanya melukis peri. Dan untuk melakukannya, ia harus percaya bahwa peri tiu memang benar-benar ada. Dikisahkan dengan begitu halus dan cerpenis banget, pembaca harus sering mengingatkan dirinya bahwa kisah ini ditujukan sebagai cerpen fantasi, bukan cerpen sastrawi karena kata-katanya sangat indah.

4. E (EPSILON)
             Kalau tidak salah, cerpen ini adalah sambungan dari kisah “Jatayu” di buku Fantasy Fiesta 2010. Mengangkat kisah tentang keagenan rahasia milik Indonesia versi masa depan bernama  Jatayu. Menggunakan tokoh-tokoh bernama huruf Yunani, “Epsilon” memadukan antara fiksi ilmiah Barat tentang manusia mutan (seperti X-Men) dengan mitos-mitos lokal (seperti Ragda).

5. Enam Belas Menit
             Dalam FF 2011, cerita Énam Belas Menit” adalah salah satu cerita yang agak berat. Emosi pembaca akan diacak-acak, menyaksikan seorang suami yang terperangkap dalam perulangan waktu. Ia diberi kesempatan untuk mengulang-ulang kembali waktu 16 menit terakhir  bersama orang yang ia cintai. Cerpen ini mengajak kembali kita untuk merenungkan keberadaan waktu kita di dunia, sudahkan kita memanfaatkan waktu yang masih tersedia ini dengan sebaik-baiknya bersama orang-orang tercinta?

6. Hari Terakhir Ishan
             Ini juga salah satu dari beberapa cerpen ber-ending sedih dalam FF 2011 (entah mengapa buku seri ini lebih banyak menampilkan cerita ber-ending sedih atau mengantung, smeoga bukan karena jurinya sedang galau xixixi). Mengisahkan tentang seorang pendeta wanita yang harus berkorban demi keselamatan rakyatnya. Lebih menyorot sisi psikologis sang pendeta ketimbang dunia unik di dalam cerita, terutama ketika sang pendeta wanita yang masih muda itu, ehem, jatuh cinta.

7. Hikayat Pungguk Merindukan Bulan
             Jika boleh menilai dengan teori sastra, cerpen inilah yang menurut saya paling terasa kental sangat sastranya dalam FF 2011. Penggunaan kata-kata yang tak lazim dan jarang digunakan, tapi indah dan bernilai rasa tinggi, menjadikan pembacaan cerita ini ibarat sedang membaca cerpen karya penulis besar di surat kabar. Ceritanya juga unik, tentang para penghuni Bumi sebelum mahkluk2 lain dari pangkalan Bulan menyerbunya.

8. Kembali ke Morova
             Ini, sekali lagi, adalah kisah yang sedih, gelap, sekaligus agak horor. Tentang seorang pemuda yang diberi kesmepatan untuk kembali ke Morova karena ada satu alasan yang menanti. Penulis seolah ingin menyadarkan kita bahwa ada alasan dari mengapa setiap dari kita berada di tempat ini, saat ini. (Beneran agak merinding membacanya).

9. Kisah Sang Kerudung Merah
                Kisah ini rupanya mengikuti tren mengemas ulang dongeng anak-anak menjadi dongeng dewasa yang lebih sadis. Tentang seorang gadis yang harus mencari tanaman obat di hutan demi menyelamatkan neneknya yang terkena wabah penyakit. Sebagaimana judulnya, kita bisa menebak bahwa di hutan ia bertemu dengan serigala (selain tambahan bahwa manusia serigala ini juga memakan ingatan). Bagi yang suka pertempuran berdarah-darah, bacalah ini.

10. Leyl-Hasrat Bebas
                Maaf, dari seluruh cerpen yang ada dalam buku ini, kisah Leyl ini adalah yang paling sulit untuk saya pahami. Penokohan dan alur besarnya sudah diceritakan dengan sangat menarik, hanya saja saya kurang bisa menangkap ujung dari cerita ini, berhentinya di titik mana, dan apa hasil yang ditimbulkan di penghuung kisah. Bagaimanapun, kisah ini menarik karena menceritakan konflik antara manusia dan manusia-binatang.

11. Menuju Akhir Masa
                Fantasy Fiesta 2011 pantas berbahagia karena kedatangan peserta yang juga merupakan penulis novel serial Ther Merlian yang terkenal itu. Di balik judulnya yang dahsyat, pembaca akan diajak sejenak mencelup ke cerita yang agak berbau spiritual, tentang merenungkan kembali konsekuensi dari ketika seseorang memiliki cahaya atau kegelapan, kasih atau kesesatan, malaikat atau iblis. Dengan lihai, penulis mampu mengambarkan cerita yang berbau religius dalam bingkai yang lebih umum dan berbau fantasi. Pada akhirnya, pilihan kita lah yang menentukan akhir dari masa depan masing-masing.

12. Misteri Pulau Goudian
                Ini adalah cerpen kedua yang paling saya sukai. Ceritanya sangat “petualangan”, yakni tentang upaya pencarian pulau terkutuk yang hanya bisa dilihat dan didatangi oleh orang-orang yang terkututk pula. Memadukan antara bajak laut, pencarian harta karun, dan sejarah kapal Galleon, pulau Goudian menawarkan sebuah petualangan dahsyat di tengah lautan tak bernama, juga perjalanan menuju kegelapan dalam masing-masing jiwa.

13. Neil/Lien
                Ini cerpen ketiga yang paling saya suka, karena menghadirkan sudut pandang unik dalam bercerita. Neil memiliki alterego lain dalam dirinya, Lien. Ia ibarat penderita schizophrenia akut yang suka berbicara pada dirinya. Namun, siapa sangka, orang lain dalam dirinya itulah yang kelak akan menyelamatkan hidupnya dalam cara yang tak disangka-sangka.

14. Noel
                Apa jadinya ketika seorang manusia mampu menciptakan manusia? Upaya ini tidak hanya jahat secara moral tapi juga tidak benar secara alam/genetis. Setiap sel dan molekul tubuh akan memberontak, takdir akan berbelok, nasib akan tetap digariskan, bahwa mereka yang hendak mencoba menyamai kekuasaan Tuhan hanya akan menemui kegilaan dan kebinasaan, serta kegilaan yang amt sangat. Kisah ini adalah tentang mahkluk mirrlith yang keluar dari balik cermin kuno peninggalan era Persia yang bisa meniru raga manusia, tapi tidak jiwanya. 

15. Oris
                Dari banyak warna-warni FF 2011, “Oris” adalah yang paling bernuansa anak-anak dan berwarna. Tentang seorang anak kaya yang terjebak tinggal bersama paman dan bibinya yang jahat. Dengan bantuan seekor kucing ajaib, imajinasi yang tak berbatas, serta keberanian untuk mengapai impian, akhirnya cerita ini berakhir bahagia.

16. Petra
                Dikisahkan sebagai sebuah companion untuk novel Xar dan Vichattan, “Petra” adalah tentang pertempuran spiritual yang dilakukan demi merebut puncak tertinggi tahta Kuil Xar. Membaca cerita yang sarat dengan nama-nama khas dunia Xar ini akan membuat pembaca tertarik utnuk lebih menyelami dunia Xar yang legendaris itu. Setelah membaca “Petra”, kerinduan untuk segera membaca seri Xar dan Vichattan pasti akan muncul (dan saya belum punya dan belum baca ihiks).

17. Selamanya Bersamamu
                Satu lagi kisah tentang cinta. Bagaimana ketika seorang pria jahat dihukum dengan selamanya menjadi kehidupan yang abadi bersama wanita yang terobsesi dengannya?

18. Selamat datang di Wonderland
                Ini adalah kisah berbau futuristis. Tentang sebuah dunia dimana orang dibayar untuk bermain di sebuah taman hiburan bernama Wonderland. Namun, alih-alih menyenangkan, setiap permainan di Wonderland adalah nyata, dengan naga, monster, buaya dan kecelakaan fatal yang benar-benar bisa merusak dan menghancurkan tubuhmu. Orang-orang jahat yang terjebak di sana akan terus dipaksa menjalani permainan demi permainan untuk bisa mengumpulkan poin agar bisa keluar dari tempat mengerikan itu, dengan anggota-anggota tubuh yang semakin lama semakin banyak diganti oleh logam dan mesin.

19. Tukang Sapu
                Ceritanya agak berat, tentang tukang sapu yang ternyata sudah ada di awal masa. Saya tidak bisa menceritakan lebih lanjut karena nanti akan tertebak siapa si tukang sapu ini dan mengapa ia diwawancarai oleh seorang mahasiswa filsafat UI semester 4.

20. Wanita Pembisik
                Akhirnya, FF 2011 diakahiri dengan tipe kisah fantasi yang sangat saya sukai, tentang penyihir. Adalah Nahra yang ingin membalaskan dendam kepada kota Azaiga yang telah membuat hidupnya sengsara. Ia berlatih keras agar bisa menyadi penyihir kegelapan yang ampuh, yang menguasai perintah memanggil monster dari dunia bawah dan memunculkan petir serta bola-bola api untuk menghancurkan kota itu. Diakhiri dengan twist yang seru, Wanita Pembisik menawarkan dunia sihir ala Trudi Carnavan namun dalam rasa yang lebih lugas untuk dinikmati. 

                Secara umum, FF 2011 menawarkan cerita-cerita yang unik dan baru, walaupun lebih cenderung menyorot sisi psikologis karakter-karakternya ketimbang sisi aksi perang fantasi yang saya sukai. Namun, saya belum bisa menemukan cerita yang mampu menandingi “Candu Aksara” yangdikisahkan dengan begitu memikat di Fantasy Fiesta 2010. Peningkatan terutama tampak pada penggunaan unsur-unsur lokal yang lebih banyak ketimbang Fantasy Fiesta 2010, yang semoga menunjukkan bangkitnya fiksi fantasi lokal karya anak bangsa. Selamat bagi seluruh pemenang. 

Read more »

Kamis, 19 Januari 2012

Dunsa


Dunsa
Vinca Callista @ 2011
Atria – Cet. I, November 2011
453 hal.
(swap sama @balonbiru)

Merphilia Dunsa, sebuah nama yang indah, yang berarti Laut Persahabatan. Ia tinggal di sebuah tempat bernama Tirai Banir bersama bibinya, Bruzilia. Ia tak pernah kenal dengan siapa pun. Hidupnya hanya diisi dengan bekerja, berlatih bela diri, membantu bibinya dan membaca buku. Yah, Merphilia suka banget baca. Yang ia tahu, ibunya meninggal dan ayahnya menitipkan Merphilia pada bibinya karena terlalu miskin.

Di ulang tahunnya yang ketujuh belas, Merphilia mendapat kejutan. Satu kejutan menyenangkan berupa hadiah kuda dari bibinya, satu lagi kejutan yang bisa dibilang tak menyenangkan. Seorang Zauberei – seorang yang sakti – mendatangin kediaman mereka, dan memberi kabar, bahwa Merphilia adalah si Gadis Prajurit. Sudah tertulis dalam ramalah, bahwa Merphilia mempunyai tugas membunuh seorang ratu jahat bernama Veruna, atau yang dikenal dengan Ratu Merah. Dan, seolah kejutan itu belum cukup, harus ditambah fakta, bahwa Ratu Veruna adalah ibu kandung Merphilia.

Wah..wah..wah.. sempat Merphilia merasa dibohongi oleh bibi Bruzilia. Maka bergulirlah cerita yang sebenarnya. Singkat kata, Merphilia pun dibawa ke Istana Naraniscala – salah satu dari Empat Negeri Besar Prutopian. Kedatangan Merphilia memang disambut dengan cukup bersahabat oleh Ratu Alanisador. Tapi tidak dengan anggota keluarga kerajaan yang lain, yang langsung memberi cap buruk pada Merphilia, karena ia adalah anak Ratu Veruna. Meskipun faktanya, Merphilia sudah lupa pada sosok ibunya yang bernama Mergogo Dunsa.

Fakta bahwa hanya Merphilia yang bisa menghancurkan Ratu Merah. Karena hanya sesuatu yang berasal dari dalam diri Veruna yang bisa membunuhnya. Merphilia dan pasukan Sena Naraniscala yang dipimpin Jenderal Ardelarda harus bergerak cepat untuk mencegah Ratu Merah memporak-porandakan kembali Empat Negeri Besar Prutopian.

Sosok Merphilia yang memang cantik dan cerdas, menarik hati Pangeran Skandar Alderazam dan Putra Mahkota, Pangeran Wavilerma. Tapi, diam-diam, Merphilia sudah menetapkan pilihan, meskipun rasanya mustahil untuk diwujudkan.

Hmmm… awalnya nih, gue pengen ketawa begitu tau alasan Mergogo Dunsa a.ka Ratu Veruna menyerang Naraniscala. (Ma’af ya, Vinca… ) Wah, gara-gara masalah ‘itu’ aja (gak usah ditulis di sini, deh.. :D), Empat Negeri besar jadi porak-poranda.

Dalam buku ini juga banyak sesuatu yang baru. Gak hanya sihir menyihir, tapi makhluk atau hewan-hewan aneh yang bertebaran dalam buku ini. Dan yang paling keren adalah Istana Delmonaria. Kalo untuk makhluk aneh itu, gue suka sama Wyattenakai dan Fata. Di bagian Glosarium, dijelaskan lagi tentang makhluk-makhluk itu dengen lebih rinci. Tapi, tampaknya akan lebih keren kalo ada ilustrasinya. Biar lebih dapet gambaran gitu.

Satu lagi rada ribet, pertama karena nama-nama yang panjang dan bikin lidah ‘keriting’ kalo diucapin. Meskipun dibantu oleh silsilah dan peta di halaman depan, tapi tetap agak ‘pusing’. Soalnya hurufnya keriting dan terlalu kecil.

Suasana peperangan, perjalanan Merphilia, Pangeran Skandar dan Jenderal Ardelarda juga digambarkan dengan cukup detail. Jadi berasa ketegangan saat peristiwa itu. Tapi, koq, waktu Merphilia masuk ke Lukisan Putih rada kurang dramatis gitu. Pertemuan dengan ibunya juga terkesan biasa-biasa aja. Tau-tau.. udah aja gitu.

Dan…endingnya… gimana kisah percintaan Merphilia dengan pangeran pujaannya itu?? Koq ‘menggantung’ sihhhh??? *penasaran*

Anyway, salut untuk Vinca Callista yang cukup jeli menggambarkan isi cerita buku ini.

*Buku ketiga untuk Name in A Book Challenge 2012
Read more »