Kamis, 30 Desember 2010

Yang paling disuka di 2010

via prettybooks

Sesuai 'tradisi', dari 72 + 1 buku yang gue baca di 2010, ini nih, yang jadi favorit gue. 'Cuma' 10, lebih sedikit dibanding tahun lalu.

1. Kronik Betawi (Ratih Kumala)
2. Six Suspects (Vikar Swarup)
3. Waktu Aku sama Mika (Indi)
4. The Help (Kathryn Stockett)
5. The Hunger Games (Suzanne Collins)
6. Catching Fire (Suzanne Collins)
7. Negeri 5 Menara (A. Fuadi)
8. Sang Pencerah (Akmal Nasery Basral)
9. Thirteen Reasons Why (Jay Asher)
10.Water for Elephants (Sara Gruen)
Read more »

Minggu, 26 Desember 2010

The Wedding Games

The Wedding Games
Fanny Hartanti @ 2010
GPU - Desember 2010
240 Hal.

Harusnya nih, Dion Dirgantara bangga memiliki istri seperti Dania Kartanegara. Cantik, mandiri dan cerdas. Dania adalah seorang presenter acara masak-memasak (bayangkan aja Farah Quin) dan juga pemilik sebuah wedding organizer yang terkenal. Dari seorang yang tidak percaya diri dan sempat sedih luar biasa karena tidak bisa memiliki anak dari rahimnya sendiri, Dania menjelma jadi sosok selebritis yang jadi incaran para wartawan infotainment, jadi perempuan yang super sibuk. Malah mulai dijuluki ‘Martha Stewart-nya Indonesia’.

Dion sendiri bukannya tidak punya posisi penting. Berkantor di sebuah bank, Dion adalah seorang manajer berpenghasilan puluhan juta. Bukan Dion tidak mendukung karir Dania. Justru Dion yang awalnya meminta Dania untuk mencari kesibukan. Tapi, ketika karir Dania meroket, kesibukan Dania membuat Dion sering dinomorduakan. Dania jarang meminta pendapatnya, dan akhirnya Dion malah sering merasa lebih sebagai Mr. Kartanegara, bukan lagi Dion Dirgantara. Sebagai laki-laki, ia mulai merasa ‘dikalahkan’ oleh perempuan, oleh istrinya sendiri.

Perselisihan kecil mulai sering terjadi, bahkan akhirnya berujung pada ‘pisah ranjang’. Masing-masing jadi egois, saling menyalahkan dan menuntut pasangan masing-masing untuk lebih mengerti. Apa yang terjadi di antara mereka, membuat sikap mereka juga berubah. Dania yang biasanya ramah terhadap karyawannya berubah menjadi judes, sampai-sampai karyawannya mulai bergunjing yang tidak-tidak. Dion, bertemu dengan cinta pertamanya, dan tanpa disadari, Dion pelan-pelan mulai mencari sosok perempuan lain selain Dania.

Meskipun si laki-laki menjunjung tinggi persamaan derajat, hak dan kedudukan antara perempuan dan laki-laki, tapi tetap aja, ego laki-laki tuh ingin selalu jadi yang nomer satu, jadi yang terdepan dan jadi pemimpin. Sama seperti Dion, ketika ia merasa jadi nomer dua, cintanya sama Dania seolah perlahan lenyap, digantikan oleh kemarahan dan pikiran-pikiran negative. Satu lagi yang penting, komunikasi. Percuma teriak-teriak dalam hati, marah-marah, tapi toh, kalo pasangannya gak tau, yang percuma aja kali. Mereka gak akan ngerti juga apa yang lagi kita rasain. *curhat.com*… hehehe..

Anyway, gue lagi tiba-tiba ngeh, kenapa ya judul Metropop mayoritas pake bahasa Inggris? Seperti yang satu ini, atau The Bridesmaid’s Story, atau Dimi is Married (ini sih yang gue ambil dari yang akhir-akhir ini gue baca)
Read more »

Rabu, 15 Desember 2010

Jane Eyre

Jane Eyre
Charlotte Brontë
Lulu Wijaya (Terj.)
GPU – Oktober 2010
668 Hal.

Jane Eyre, adalah seorang gadis yatim piatu. Ia dititipkan pada paman dan bibinya. Sejak awal, Mrs. Reed tidak menyukainya. Tapi ia terpaksa merawat Jane Eyre karena janjinya pada almarhum suaminya. Hidup di tengah-tengah orang yang tidak menyukainya, sungguh membuat Jane menderita. Ia dikucilkan, dianggap nakal dan tidak sopan, padahal ia jauh lebih baik daripada ketiga sepupunya, anak-anak Mrs. Reed.

Akhirnya, ada kesempatan untuk Jane keluar dari rumah itu. Ia dikirim ke sebuah sekolah asrama di Lowood. Di sana, meskipun semuanya serba ketat, Jane merasa lebih beruntung karena keluar dari rumah Mrs. Reed

Sampai usia 18 tahun, Jane tinggal di sana. Hingga pada suatu titik, ia merasa ia harus melihat dunia luar. Ia pun menulis surat lamaran pekerjaan untuk menjadi guru pribadi di rumah orang-orang kaya. Surat itu mendapat sambutan baik dari seorang wanita bernama Mrs. Fairfax yang ternyata adalah kepala rumah tangga di rumah Mr. Rochester, bangsawan Inggris yang mempunyai anak asuh bernama Adelle.

Di sinilah cerita Jane Eyre lebih berkembang lagi. Ia berkenalan dengan Mr. Rochester, bahkan diam-diam jatuh cinta pada tuannya yang kadang angkuh, dingin dan misterius. Ternyata, Mr. Rochester pun menyukai Jane yang kadang dianggapnya terlalu berani. Mereka nyaris menikah, tapi sebuah kenyataan, yang selama ini dirahasiakan Mr. Rochester membuat pernikahan itu batal.

Jane pun pergi jauh, berusaha menghindar dari kehidupan Mr. Rochester. Kejutan-kejutan, kecil atau pun besar, menanti Jane di kemudian hari. Membuat hidup Jane jadi lebih baik dari sekedar seorang gadis yatim piatu miskin.

Awal melihat buku ini, gue agak sangsi, apa gue gak keburu bosen baca buku yang tebel banget ini. Tapi, karena gue pengen banget baca cerita Jane Eyre ini sejak lama, gue ‘teguhkan’ niat gue. Punya sih yang bahasa Inggris, tapi karena ‘kriting’ banget, gue gak sanggup nyelesainnya.

Tapi ternyata.... Ahhhh… betapa melelahkan membaca buku ini. Emang dasar gue gak terlalu suka sama cerita klasik, malah sok-sokan baca buku ini. Banyak kata-kata yang terlalu ‘berbunga-bunga’, membuat gue jadi gak sabar. Banyak yang gue lompat, hanya biar gue bisa lebih cepet sampai di bab berikutnya.Seandainya kalimat-kalimat dalam buku ini lebih simple, gue pasti lebih bisa suka sama cerita di buku ini.

Jane Eyre mirip sama Anne of Green Gables. Tapi menurut gue, gaya Anne lebih ceria, meskipun mereka berdua sama-sama ‘pemimpi. Mungkin karena lingkungan pergaulan yang beda, jadi gaya mereka berbeda. Kalau Anne, tinggal di pedesaan yang gak terlalu ‘kaku’. Sementara Jane Eyre dikelilingi oleh para bangsawan yang semua serba ada aturan dan kaku.
Read more »

Minggu, 12 Desember 2010

The Great Gatsby (F.Scott Fitzgerald)

[No. 248]
Judul : The Great Gatsby
Penulis : F.Scott Fitzgerald
Penerjemah : Sri Noor Verawaty
Penerbit : Serambi ilmu Semesta
Cetakan : I, Oktober 2010
Tebal : 286 hlm


The Great Gatsby adalah salah satu novel legendaris karya penulis Amerika F.Scott Fitzgerald (1896-1940). Ketika pertama kali terbit pada tahun 1925 novel ini tidak begitu populer dan hanya terjual kurang dari 25 ribu copy selama sisa hidup Fitzgerald yang meninggal pada usia 44 tahun.

The Great Gatsby dipublikasi ulang pada tahun 1945 dan 1953, barulah setelah itu novel ini menjadi sangat laris dan melambungkan nama Fitzgerald sebagai pengarang kelas dunia. Saking populernya novel ini juga banyak diadaptasi ke dalam film, drama, opera, dan sebagainya. Adaptasi film yang paling terkenal adalah produksi tahun 1974 yang dibintangi oleh Robert Renford yang hingga kini dinilai paling pas memerankan tokoh flamboyan Jay Gatsby.

Tak hanya itu saja The Great Gatsby juga dianggap menjadi novel terbaik sepanjang masa dan menjadi bacaan standard dalam pelajaran literatur Amerika. Selain itu penerbit terkemuka Amerika Modern Library memuji novel ini sebagai “Satu diantara dua novel terbaik Amerika” dan menempatkan novel ini dalam urutan ke dua setelah Ullysses (James Joyce) dalam Daftar 100 Novel Terbaik abad 20 yang disusun berdasarkan peringkat.

Di Indonesia sendiri nama Fitzgerald mungkin kurang dikenal, sebenarnya di tahun 1950 salah satu novel Firzgerald "The Last Tycoon" pernah diterjemahkan oleh Mochtar Lubis dengan judul "Orang Kaya". Setelah itu namanya kembali terdengar ketika film “The Courious Case of Benjamin Button” (2008) yang dibintangi Brad Pitt dan telah diputar di Indonesia beberapa waktu yang lalu. Film tersebut merupakan adaptasi dari cerita pendek Fitzgerald dalam judul yang sama.

Lalu apa yang membuat The Great Gatsby menjadi begitu terkenal dan menjadi novel legendaris? Novel dengan setting New York di era tahun 1920-an ini menceritakan sosok Jay Gatsby seorang jutawan dari sudut pandang tetangganya, Nick Carraway, seorang pendatang baru di New York yang sedang merintis kariernya sebagai seorang pialang saham.

Nick tinggal persis di sebelah rumah Jay Gatsby yang secara rutin melakukan pesta-pesta di rumah mewahnya. Walau Gatsby sering mengundang tetangga-tetangganya yang berasal dari kalangan atas untuk hadir di pesta-pestanya namun siapa sebenarnya sosok Gatsby tetap menjadi misteri bagi banyak orang sehingga banyak beredar gossip bahwa Gatsby adalah seorang panyeludup minuman keras, pernah membunuh orang, dan sebagainya.

Sebenarnya Gatsby sendiri adalah pemuda yang lahir dari keluarga miskin, namun akhirnya ia dapat meraih kesuksesan dan mencapai status sosial yang tinggi. Gatsby muda juga pernah menjadi seorang tentara pada saat Perang Dunia I berlangsung. Saat itu ia sempat menjalin kasih dengan Daisy (sepupu Nick Carraway) yang berasal dari kalangan atas, malangnya ketika Gatsby berangkat berperang Daisy menikah dengan Tom Buchanan seorang pria kaya dari Chicago.

Walau Daisy telah menikah namun Gatsby tetap mencintainya, patah hati karena kekasihnya sudah direbut orang tak membuatnya putus asa, setelah perang usai ia berusaha meraih kesuksesan agar ia dapat merebut kembali Daisy ke pelukannya. Setelah sukses Gatsby membeli sebuah rumah mewah di West Egg, Long Island, New York, rumah itu dipilihnya karena Daisy juga tinggal di bagian lain Long Island yang hanya terpisah oleh laut dengan rumahnya.

Agar dapat bertemu Daisy, Gatsby sengaja secara rutin menggelar pesta-pesta bagi kalangan atas dengan harapan Daisy akan datang ke pesta tersebut, sayangnya Daisy belum pernah sekalipun hadir di pesta-pestanya. Ketika mengetahui bahwa Nick Carraway yang tinggal di sebelah rumahnya adalah sepupu Daisy ia meminta Nick untuk mengundang Daisy ke rumah Nick

Akhirnya Gatsby dan Nick berhasil bertemu, namun Gatsby akhirnya harus menerima kenyataan bahwa sesungguhnya Daisy tak lagi mencintainya. Walau rumah tangganya dibayangi oleh perselingkuhan suaminya, Daisy tetap memilih tetap bersama Tom, suaminya. Namun Gatsby tak menyerah begitu saja ia berusaha agar Daisy kembali ke pelukannya.

Secara garis besar kisahnya memang sederhana tentang bagaimana Gatsby berusaha memperoleh kembali cinta Daisy, namun jika kita membaca novel ini kita akan dapati bagaimana rumitnya sebuah hubungan cinta dan uniknya pergaulan antar kelas sosial masyarakat Amerika era di tahun 20-an yang dikenal sebagai era “Jazz Age”.

Di novel ini akan terungkap bahwa di masa itu banyak bermunculan orang kaya baru yang hidup dalam kemewahannya. Kehidupan mewah itu membuat lunturnya nilai-nilai moral terlebih dalam hal menjaga kesetiaan terhadap pasangan hidup. Selain tokoh Gatsby, Daisy, dan Nick, novel ini juga menghadirkan tokoh-tokoh lain dengan karakter-karakter yang unik yang sebagian besar menganggap bahwa perselingkuhan adalah hal yang biasa dan sepertinya telah menjadi rahasia umum dan sebuah gaya hidup baru bagi kalangan atas.

Jay Gatsby sendiri merupakan tokoh dengan karakter yang unik, dia merupakan sosok yang misterius, walau ia juga termasuk dalam golongan atas dan gemar mengadakan pesta pesta-pesta mewah ia tak pernah menyentuh minuman keras, dan walau dalam pestanya ia banyak dikelilingi oleh banyak wanita kaya namun Ia tetap setia pada cinta sejatinya pada Daisy. Hanya saja karena saat itu perselingkuhan adalah hal yang biasa Gatsby sepertinya melihat hal itu sebagai sebuah kesempatan untuk merebut kembali Daisy walau Daisy telah bersuami .

Di novel ini tampanya Fitzgerald benar-benar mendeskripsikan apa-apa yang terjadi di era tahun-20an dengan detail, banyak beberapa peristiwa, benda, sastra, teater, dan sebagainya yang disinggung di novel ini sehingga bagi kita akan jadi sebuah hal yang asing, untungnya novel ini menyertakan catatan kaki yang mencoba menjelaskan semuanya itu.

Cara Fitzgerald berhasil mendeskripsikannya dengan detail baik situasi dan pendalaman karakter tokoh-tokohnya memang memberi warna tersendiri pada novel ini, namun akibatnya ada beberapa bagian yang jadi membosankan. Selain itu, walau tak banyak namun beberapa kalimat dalam novel ini membuat saya agak tersendat membacanya, apakah ini karena terjemahannya yang kurang tepat? Karena saya tak pernah membaca versi aslinya saya tak berani menyimpulkannya demikian.

Bersyukur karena akhirnya novel yang masuk dalam kategori sebagai novel terbaik di abad 20 ini akhirnya bisa kita baca dalam bahasa Indonesia dengan tampilan cover berbentuk komik yang indah namun tak meninggalkan kesan klasiknya. Jika sebelumnya mungkin novel ini hanya dibaca di kalangan terbatas yang melek sastra kini novel ini bisa dibaca di kalangan yang lebih luas lagi. Jika novel ini menjadi bacaan wajib dalam sekolah-sekolah di Amerika tentunya ada hal yang bemanfaat juga bagi pembaca di Indonesia secara umum ketika akhirnya buku ini diterjemahkan

Bagi saya pribadi dengan membaca novel ini selain dapat memahami situasi sosial masyarakat New York di era tahun 20-an saya juga melihat bahwa walau novel ini ditulis lebih dari 80 tahun yang lalu namun kisahnya masih relevan hingga kini dimana kekayaan dapat meruntuhkan nilai-nilai sosial dan moral dalam sinisme, keserakahan, dan pemenuhan hasrat akan kesenangan duniawi. Apakah nilai-nilai sosial dan moral dunia sekarang tidak lebih baik dari 80 tahun yang lampau?

Sebagai catatan tambahan, saat ini The Great Gatsby mulai dibicarakan orang kembali, kabarnya industri film Hollywood akan memfilkan kembali novel ini. Sutradara Buz Lurhmann (Australia, Moulin Rouge) kini sedang mempersiapkan pembuatan film ini, dan aktor terkenal Leonardo de Caprio disebut-sebut akan berperan sebagai Jay Gatsby. Akan seperti apa filmnya nanti ? Pastinya semenjak novel klasik ini beberapa kali difilmkan banyak kalangan yang menilai kalau filmnya lebih menarik dibanding novelnya…:D

@ htanzil

Read more »

Minggu, 05 Desember 2010

The Bridesmaid's Story

The Bridesmaid's Story
Irena Tjiunata @ 2010
GPU - Nopember 2010
296 Hal.

Another metropop hasil berburu weekend ini. Cerita tentang kehebohan seorang bridesmaid menghadapi calon pengantin yang dikenal sebagai drama queen.

Di tengah kesibukannya sebagai perancang perhiasam, Kesya tetap dengan senang hati menjadi pendamping perempuan untuk sahabatnya, Cecil. Mereka sudah bersahabat sejak TK, dan sudah saling mengenal luar-dalam satu sama lain. Kesya tahu betapa hebohnya hubungan Cecil dan Alo yang sering putus-nyambung.

Mulailah kesibukan mempersiapkan pesta pernikahan. Cecil adalah orang yang ‘ramai’, sementara Alo cenderung lebih tenang. Memilih gaun pengantin, tidak cukup hanya satu-dua-tiga kali mencoba, tapi sampai 27 kali! Tapi Kesya tetap sabar menemani Cecil. Ditambah lagi kehadiran sepupu Cecil yang ‘ajaib’ dan sok asyik, dan pengen banget berperan dalam pesta pernikahan Cecil ini.

Kesya sendir belum punya pasangan yang ‘berarti’. Ada seorang fotografer gugup bernama Jansen yang naksir banget sama Kesya, dan Kesya sendiri ‘aneh’nya juga suka sama Jansen dan menanti kapan Jansen akan menyatakan cinta. Tapi itu dulu… sebelum sang bestman atau pendamping pengantin prianya datang. Ketika Marco muncul, meskipun menyebalkan dan sok tau, mau tidak mau, Kesya dag-dig-dug setiap ada Marco di sampingnya. Marco yang keren meskipun gemar merokok. Cecil dan Alo juga terang-terangan menjodohkan mereka.

Setelah kehebohan yang berurai air mata, pesta pernikahan berjalan lancar. Semua sesuai dengan keinginan kedua mempelai. Akhir cerita yang berbahagia untuk semua tokoh dalam cerita ini. Ya.. gue ceritain aja deh, kalo emang akhirnya Marco dan Kesya jadian. Tapi, tadinya gue pikir, meskipun Kesya jelas tertarik sama Marco, tapi, justru Jansen yang berhasil mendapatkan cinta seorang Kesya. Dalam ‘tebak-tebakan’ gue selama baca buku ini, kirain Marco ini cuma ‘iseng’ sama Kesya dan akhirnya Jansen yang jadi ‘penyelamat’ untuk Kesya. Ehhh.. taunya nggak ya.. hehehe…
Read more »

Dimi is Married

Dimi is Married
Retni SB @ 2010
GPU - Oktober 2010
384 Hal.

Garda – seorang pemuda dengan ‘package’ yang sangat menarik. Tampan, rapi, dan punya kedudukan yang penting di perusahaan milik ayahnya. Tapi, dengan segala kelebihannya itu, tentu saja, sosok Garda tidak pernah sepi dari perempuan-perempuan cantik. Sekali putus dari perempuan satu, Garda dengan mudah menggaet perempuan lain – yang tipenya nyaris selalu sama – cantik bak model atau peragawati. Seringnya Garda gonta-ganti pacar, membuat resah ayahnya. Maklum, Garda adalah salah satu dari pewaris perusahaan kertas milik ayahnya.

Untuk itu, ayah Garda memutuskan untuk menjodohkan Garda dengan putri sahabat baiknya. Usulan ini, tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Garda. Menurutnya, mana ada lagi perjodohan di jaman modern?! Dan, Garda yakin banget kalo sosok anak perempuan sahabat ayahnya itu adalah sosok perempuan ‘jadul’.

Tapi, tiba-tiba Garda menyadari suatu hal – sebuah ambisi, yang jika ia tidak memenuhi keinginan ayahnya, bukan tidak mungkin ambisi itu akan gagal. Akhirnya, Garda pasrah dipertemukan dengan Dimi – nama gadis itu. Dimi memang bukan sosok yang ada dalam bayangan Garda, tapi Dimi juga bukan tipe perempuan yang selama ini mengelilingi Garda. Dimi cenderung tomboy, mandiri dan cuek. Tapi, seorang Dimi pun tidak bisa menolak magnet dari seorang Garda. Demi baktinya pada orang tua, Dimi akhirnya mau menikah dengan Garda.

Di awal pernikahan mereka, Dimi pelan-pelan bisa menyayangi Garda. Tapi, tidak dengan Garda. Sebuah sandiwara masih diperankannya dengan baik. Meski kadang jauh di lubuk hatinya, Garda merasa bersalah, tetap saja Garda melanjutkan permainannya.

Ketika seorang Donna – mantan pacar Garda - tiba-tiba mengusik kehidupan mereka yang nyaris tenang. Dimi pun menyadari ada sesuatu yang salah dalam kehidupan pernikahan mereka.

Tanpa gue sadari, ada beberapa buku Retni SB di lemari buku gue, dan rata-rata bukunya lumayan menarik, meskipun, tentu saja temanya tetap tentang cinta. Makin ke belakang, menurut gue sih makin menarik. Ceritanya makin ‘complicated’ atau lebih bervariasi. Yang gue suka dari Dimi di sini, adalah karena dia sosok yang sederhana, tapi gak kuper. Buku yang ringan buat santai-santai pas weekend…

Read more »

Rabu, 01 Desember 2010

Special Relationship

Special Relationship
Robyn Sisman @ 1995
Penguin - 1999
393 Hal.


Semua orang punya rahasia ‘gelap’ dalam hidupnya (ssstttt.. gue juga punya... hehehe). Kehidupan Annie Hamilton yang tenang dan adem ayem, sedikit terguncang ketika anaknya, Tom, mempertanyakan status-nya. Annie Hamilton, sedang merintis untuk membuka penerbitan sendiri, punya suami yang sabar dan anak-anak yang manis. Tom, memang merupakan ‘pengecualian’. Tom adalah hasil dari one night stand-nya Annie ketika ia masih kuliah di Oxford dengan seorang pemuda Amerika yang juga belajar di Oxford. Tapi, rahasia ini tetap disimpan rapi oleh Edward, suami Annie dan Annie sendiri. Sampai secara tidak sengaja, Tom menemukan sebuah foto ibunya dengan pria lain yang mirip dengan dirinya, tapi bukan ayah yang selama ini ia kenal. Mulailah Tom mencari data-data pribadi tentang dirinya dan menemukan sebuah keanehan.

Masalahnya, ayah biologis Tom ada di Amerika dan Tom yang emosi berniat mencarinya. Masalahnya lagi, pria itu, yang bernama Jordan Hope, bukanlah pria Amerika biasa, tapi seorang calon Presiden Amerika, yang sedang menunggu detik-detik terakhir. Kalau sampai pers, atau ada orang lain yang tahu rahasia ‘kecil’ ini, bukan tidak mungkin akan mengacaukan segalanya.

Untuk menyelamatkan Jordan dan juga kehidupan rumah tangganya, juga sekaligus, bertemu ibunya dan calon penulis (wow, sambil menyelam, minum air ini namanya), Annie pun terbang ke Amerika.

Sambil membayangkan romantisme masa lalu, Annie berhasil bertemu Jordan. Tentu saja gak terang-terangan, gimana bisa Jordan berkeliaran dengan bebas.

Gak ada yang baru dari novel ini… (ya.. chicklit lah..) tapi tetap aja pengen bacanya. Yang kebayang di benak gue, justru, kalo novel ini jadi sinetron. Tokoh Jordan, pastinya cool, cakep dan kaya raya. Tokoh Annie, cewek cantik, lugu dari keluarga biasa-biasa aja. Lalu, ‘terjadilah’ hubungan singkat. Ceweknya hamil, cowoknya udah keburu pergi entah kemana. Dan beberapa tahun kemudian, si anak hasil hubungan mereka sering banget berdekatan dengan ayahnya, tapi sama-sama gak tau kalo mereka punya hubungan. Ada tokoh antagonis yang tau kisah gelap mereka. Hehehe… sinetron oh sinetron.. Bukan.. gue bukan penggemar sinetron, tapi dikit-dikit tau sih… kan gampang ketebak…

Yang gue suka dari buku ini, cuma covernya yang simple… :)
Read more »

Senin, 29 November 2010

Guardians of Ga'hoole #1 : The Capture

[No. 247]
Judul : Guardians of Ga'hoole #1 : The Capture
Penulis : Kathyrn Lasky
Penerjemah : T. Dewi Wulansari
Penerbit : Kubika
Cetakan : 2010
Tebal : 338 hlm

Burung hantu identik dengan hal-hal yang menyeramkan, mungkin karena jenis burung ini hanya beraktifitas di malam hari dengan suaranya yang menyeramkan bagaikan hantu tak heran burung ini muncul di kisah-kisah horror, penyihir, atau kisah-kisah seram lainnya. Beberapa film atau drama horror tak jarang menggunakan burung hantu dan memperdengarkan suaranya agar menimbulkan kesan mistis dan seram pada adegannya.

Kita tentu masih ingat bagaimana sebuah acara TV “The Master” menampilkan sosok magician fakir Master Limbad yang selalu tampil dengan tata panggung dan rias wajah yang seram bersama burung hantunya. Namun tak jarang sosok burung hantu juga muncul dalam bentuk yang lebih bersahabat seperti dalam Buku dan film Harry Potter yang menghadirkan burung hantu sebagai burung pengantar surat bagi para murid-murid penyihir Howgart

Demikian pula dalam novel fantasi Guardians of Ga’Hoole, sebuah kisah fabel burung hantu karya Kathryn Lasky yang sama sekali jauh dari kesan menyeramkan. Di novelnya ini alih-alih menampilkan sosok burung hantu yang seram Lansky mencoba menjadikan burung hantu sebagai burung yang cerdas, bijaksana, dan suka menolong. Apakah Lasky terlalu mengada-ngada? Tentu saja tidak karena ternyata menurut kepercayaan orang Yunani burung hantu itu melambangkan kebijaksanaan dan sifat penolong.

Buku ini merupakan seri pertama dari ke enambelas judul seri Guardians of Ga’Hoole. Di buku pertamanya ini dikisahkan seekor burung hantu Barn yang masih berusia tiga minggu bernama Soren. Saat kedua orang tuanya pergi berburu Soren terjatuh dari sarangnya. Soren tak bisa selain mengunggu pertolongan dari orang tuanya atau saudara-saudaranya. Malangnya ketika ia menunggu pertolongan tiba-tiba seekor burung hantu membawanya terbang ke sebuah tempat yang merupakan sebuah tebing yang tinggi, saat itu barulah ia sadar bahwa dirinya diculik.

Oleh burung hantu itu Soren dibawa ke sebuah tempat yang bernama St Aegolius, sekolah untuk burung hantu yatim piatu. Di tempat itu sudah terdapat ratusan anak-anak burung hantu yang diculik dan dididik dengan keras untuk sebuah tujuan tertentu. Mereka diharuskan patuh pada para gurunya, bekerja sesuai dengan yang diperintahkan dan harus mengikuti sesi pembingungan dimana anak-anak burung hantu harus berbaris dan tidur dibawah pancaran bulan purnama. Dengan demikian anak-anak burung hantu itu akan bertindak diluar kebiasaan burung hantu pada umumnya, lupa akan jati dirinya dan tidak memiliki keinginan untuk kabur dari St Aegolius.

Untungnya di tempat itu Soren bertemu dengan Gylfie, seekor burung hantu Peri yang cerdas, ia sadar bahwa semua anak-anak burung hantu yang tertidur di bawah pancaran sinar bulan purnama akan mengalami pembingungan. Selain itu mereka juga dibuat kehilangan jati diri mereka dengan menganti nama mereka dengan nomor. Dan yang lebih keji ada suatu masa dimana para anak-anak burung hantu itu diperintahkan untuk tidur terlentang dan sekelompok kelelawar datang untuk menghisap darah mereka dengan demikian anak-anak burung hantu itu akan kekurangan darah sehingga membuat bulu terbang mereka layu dan mati dengan demikian keinginan untuk kabur pun lenyap.

Karena Gylfie sudah berada di tempat itu lebih awal daripada Soren maka iapun memberitahukan semua itu pada Soren sehingga mereka berdua berusaha untuk mengamati apa yang sebenarnya sedang terjadi dan berusaha untuk menghindari sesi pembingungan setiap malamnya. Akhirnya diketahui bahwa tujuan para penculik itu adalah untuk menguasai kerajaan burung hantu. Maka sambil menunggu bulu-bulu terbang Soren berkembang dengan sempurna mereka merencanakan untuk kabur dari St. Aegolius.

Akhirnya dengan bantuan seekor burung hantu bernama Grimble yang juga terhindar dari proses pembingungan Soren dan Gylfie diajari cara terbang olehnya. Soren dan Gylfie akhirnya bisa terbang dan lolos dari kejaran para burung hantu St. Aegolius walau hal itu harus ditebus oleh nyawa Grimble yang tewas demi lolosnya Soren dan Gylfie.

Kaburnya Soren dan Gylfie bukan akhir dari segalanya, setelah berhasil kabur mereka berdua berusaha mencari keluarganya terlebih dahulu. Dalam pencariannya mereka bertemu dengan Twilight dan Digger, dua ekor burung hantu yang juga pelarian dari St. Aegolius. Hal ini menjadi titik awal dari petualangan mereka untuk menyelamatkan kerajaan burung hantu dari niat jahat burung hantu. St. Aegoluis.

Sebelum mereka sampai pada tujuan itu, Soren dan kawan-kawannya berniat untuk terbang menuju tempat dimana Pohon Ga’Hoole Agung tumbuh, tempat dimana hidup sebuah Legenda tentang para kasatria burung hantu yang akan terbang setiap malam untuk melaksanakan tugas-tugas mulia untuk menjaga kerajaan burung hantu dari niat jahat musuh-musuh mereka.

Sebagai kisah fantasi remaja, dengan bijak Kathyrn Lasky menyisipkan beberapa pelajaran moral bagi pembacanya, misalnya dalam hal toleransi, Lasky menghidupkan tokoh Mrs. P , seekor ular buta yang menjadi pelayan sarang burung hantu di keluarga Soren. Ini adalah hal yang tidak umum bagi keluarga burung hantu karena ular adalah makanan burung hantu. Namun walau Mrs. P adalah seekor ular dan menjadi pelayan sarang, Soren dan keluarga memperlakukan Mrs. P dengan hormat bahkan untuk menjaga perasaan Mrs. P Soren dan keluarganya pantang makan ular.

Lasky juga mengajak pembacanya untuk meneladani tokoh Gylfie yang sangat setia kawan, ketika masih terperangkap di St. Aegoluis Gylfie dengan sabar menunggu Soren tumbuh bulu-bulu terbangnya agar bisa melarikan diri bersama, padahal kalau mau Gylfie bisa lebih dulu terbang dan meninggalkan Soren. Lalu ada kisah pula bagaimana Grimble memberi motivasi dan keyakinan pada Soren dan Gylfie kalau mereka sesungguhnya sudah bisa terbang.

Selain beberapa pelajaran moral yang bisa diperoleh di novel ini, karena novel ini berasal dari riset serius Lasky yang tadinya hendak membuat buku non fiksi tentang burung hantu maka dalam novelnya ini ia menyajikan berbagai pengetahuan tentang burung hantu seperti jenis-jenis burung hantu seperti burung hantu Peri, burung hantu Barn, burung hantu hitam, dan yang unik adalah burung hantu Digger atau burung hantu penggali yang menggali lubang di tanah sebagai sarangnya. Selain itu pembaca juga akan diajak memahami karakter, perilaku dan perkembangan fisik burung hantu semenjak menetas, hingga ia cukup dewasa untuk bisa terbang dan berburu makanan.

Kisah yang seru, perilaku dan karakter burung hantu, dan nilai moral yang terdapat dalam kisah ini ini dipadu sedemikian rupa sehingga mampu memikat pembacanya untuk terus membaca petualangan para tokoh-tokohnya. Tak heran jika novel ini tampaknya diapresiasi dengan baik oleh pembacanya dan menjadi International Bestselling Series, hal ini pula yang membuat Lasky dengan tekun meneruskan seri burung hantu Ga’hoole ini hingga 16 seri yang terbit dua judul setiap tahunnya. Mungkin ini pula yang menjadi alasan Warner Bross untuk mengadaptasi kisah legenda Ga’ahoole ini dalam bentuk film yg berjudul “Legend of The Guardians : The Owl of Ga’hoole”. Film tersebut merupakan gabungan dari tiga judul awal seri ini yaitu The Capture, The Journey, dan The Rescue

Dengan banyaknya hal-hal positif yang bisa didapat pembaca dalam novel ini semoga pembaca fiksi fantasi tanah air juga khususnya para pembaca remaja kita dapat mengapresiasi novel berseri ini dengan baik sehingga penerbit Kubika dapat terus termotivasi untuk konsisten menerbitkan ke 16 judul dari seri Guardians of Ga’hoole ini.

@htanzil
Read more »

Minggu, 28 November 2010

The Rossetti Letter

The Rossetti Letter (Surat Rosetti)
Christi Phillips @ 2007
Gita Yuliani (Terj.)
GPU - Oktober 2010
528 Hal.

Claire Donovan, kalang kabut ketika ia tahu bahan untuk disertasinya juga dibahas oleh salah satu ahli sejarah asal Cambridge. Sejarahwan itu akan segera menerbitkan buku tentang Konspirasi Spanyol. Meskipun Claire adalah calon professor, tapi tetap saja, ketika diminta menyampaikan makalah di depan umum, dia sempat pingsan. Kebetulan si sejarawan itu akan mempresentasikan makalahnya di Venesia, Claire pun berniat ingin datang ke sana. Tapi, apa daya, dananya gak ada. Untungnya, Claire diminta untuk menjadi pendamping seorang gadis muda berjalan-jalan ke Venesia, sementara orang tuanya berbulan madu ke Perancis. Semua biaya ditanggung oleh orang tua gadis itu. Buat Claire, inilah kesempatan melihat langsung kota yang menjadi saksi sejarah untuk bahan disertasinya itu. Claire berniat mendatangi langsung tempat-tempat kejadian perkara. Terutama yang berhubungan dengan Surat Rossetti.

Ada apa dengan Surat Rossetti? Alesandra Rossetti adalah seorang pelacur yang cukup terkenal di Venesia pada masanya. Salah satu ‘pelanggannya’ mempunyai kedudukan penting dan berencana untuk mengambil alih kekuasaan di Venesia. Mengetaui konspirasi yang terjadi, Alesandra berniat melaporkan rencana jahat itu. Tapi, nyawanya sendiri nyaris hilang gara-gara hal itu.

Sementara itu, Claire mendatangi perpustakaan di Venesia untuk memperoleh buku-buku yang berhubungan dengan Surat Rossetti, sayangnya, tidak terlalu banyak membantu. Selain karena beberapa buku yang diinginkan hilang karena banjir atau karena sudah diambil duluan oleh si Profesor dari Inggris itu.

Beberapa pertemuan dengan professor Inggris itu tidak berlangsung mulus. Claire selalu merasa terintimidasi dengan sikapnya yang seakan menganggap Claire bodoh.

Kalau saja, cerita di buku yang lumayan tebal ini hanya berkisar tentang teori-teori dan dugaan-dugaan Claire atas apa yang terjadi di masa lalu, maka buat gue, buku ini akan jadi sangat membosankan. Tapi, karena diselang-selingi oleh kejadian di masa yang sebenarnya, diceritakan sendiri oleh Alessandra Rossetti, maka cerita ini jadi lebih menarik. Memang Konspirasi Spanyol itu ada, tapi tokoh Alessandra Rossetti ini hanyalah tokoh rekaan. Gue nyaris menganggap Alessandra Rosseti beneran ada kalau aja gue gak membaca catatan dari penulis.

Endingnya buat gue bagus, karena menuntaskan teka-teki ‘keberadaan’ dan apa yang terjadi sebenarnya dengan Alessandra. Tapi, yang ketebak sih, siapa si cowok yang marah-marah di airport. Ya ketauan aja, kalau nantinya dia bakal ada hubungan sama si Claire.

Buku selajutnya, bakal berkisah tentang 'temuan' Claire selama jadi pengajar di Cambridge -- hehe, ini tentunya atas tawaran dari si Profesor Inggris itu.

Read more »

Rabu, 24 November 2010

Aku Berkicau

[No. 246]
Judul : Aku berkicau (Saat Prosa dan kisah bercerita
Penulis : Nuzula Fildzah
Penerbit : www.nulisbuku.com
Cetakan : Oktober 2010
Tebal : 112 hlm

Aku berkicau adalah sebuah kumpulan cerpen karya penulis muda Nuzula Fildzah atau biasa dipangil dengan ‘Zula’. Saat ini ia masih menempuh pendidikan bidang Kurikulum dan Tekonolgi Pendidikan Universitas Jakarta, menulis baginya adalah salah satu hobinya yang sejak lama terus ditekuninya hingga kini. Pada tahun 2008 salah satu cerpennya berhasil dimuat di sebuah majalah remaja. Kini Zula rajin menulis di blog pribadinya (zulazula.wordpress) , selain itu ia juga menulis artikel dan cerpen di sebuah majalah elektronik (Myjalah.com).

Menerbitkan tulisan-tulisannya dalam sebuah buku adalah impian Zula, bersyukur karena akhirnya kesempatan itu datang melalui nulisbuku.com sebuah perusahaan self-publishing berbasis online pertama di Indonesia yang menawarkan jasa menerbitkan buku secara indie. Melalui acara 99 Writerrs yag digagas oleh nulisbuku.com yang mengumpulkan 99 penulis dan menerbitkan bukunya secara serentak akhirnya di awal Oktober lalu lahirlah buku perdana Zula yang diberi judul “Aku Berkicau” yang sebagian besar berasal tulisan-tulisan yang telah tersimpan rapih di blog pribadinya.

Buku ini menyuguhkan 8 buah kisah yang dihantar oleh sebuah prosa pendek sebagai penghantar masuk dalam masing-masing kisahnya. Jika hendak dicari benang merahnya, semua kicauan Zula dalam buku ini bertemakan cinta. Namun bukan hanya cinta romantis antara pria dan wanita semata, melainkan cinta dalam arti yang lebih luas lagi seperti cinta pada anak dan ayah, cinta lingkungan, cinta sejarah, dan sebagainya. Keragaman cinta inilah yang membuat kisah-kisah dalam buku ini menjadi menarik dan tidak membosankan walau kicauan Zula hanyalah kiacauan cinta.

Dari segi ide cerita dan tokoh-tokoh dalam ceritanya saya rasa Zula termasuk berani dalam menyuguhkan sesuatu yang segar. Ada dua kisah dimana tokohnya bukanlah manusia, yaitu di kisah “Pendengar Terbaikmu” dan “Ilalang dan aku” Jika kita membaca kedua kisah tersebut maka sepanjang tubuh kisah kita akan dibuat penasaran siapa sebenarnya tokoh ‘aku’ dalam dua kisah itu, awalnya mungkin kita tidak akan menyangka bahwa tokohnya bukanlah manusia, di akhir kisah barulah pembaca akan menyadari siapa sebenarnya tokoh ‘aku’ yang dimaksud.

Selain itu keberanian Zula sebagai generasi muda dalam memasukkan peristiwa proklamasi dalam kisah “Perjalanan Proklamasi Kemerdekaan” patut diacungi jempol. Hanya sayang judulnya kurang menarik karena seperti judul sebuah Essai . Secara ide kisah ini menarik karena membawa pembaca ke saat-saat pembacaan detik-detik proklmasi 1945, namun sayang penulis tampak terlalu tergesa mengakhiri kisahnya padahal kalau dieksplorasi lagi lebih jauh, cerpen ini akan semakin menarik.

Dari kedelapan kisah yang ada, yang menurut saya paling kuat kisahnya adalah “05:05”. Yaitu tentang tokoh bernama Zahra yang harus kehilangan kegadisannya karena direngut oleh mantan kekasihnya. Dilema muncul ketika seorang pria kembali hadir dalam hidupnya dan menyatakan cintanya. Kisahnya memang sudah umum namun dikisah ini penulis membingkainya dengan baik, karakter dan pergulatan batin tokoh-tokohnya tersebut tersaji dengan apik sehingga pembaca akan hanyut dalam kisahnya itu. Selain itu ending dari kisahnya juga mengagetkan, sangat tak terduga dan menggugah hati pembacanya.

Secara umum seluruh kisah dalam buku ini menarik dan mengibur pembacanya, kisah-kisahnya sederhana karena tema yang disajikan adalah cinta yang universal dan diangkat dari peristiwa-peristiwa yang bisa terjadi pada siapa saja. Namun kesederhanaan kisah dan temanya itu dikemas dan disisipi untaian kalimat-kalimat puitis sehingga pembaca akan hanyut dalam saat membaca kisah demi kisahnya.

Satu hal yang patut disayangkan dari buku ini adalah terdapatnya beberapa kesalahan ketik, tidak sampai mengganggu namun tetap saja membuat buku ini menjadi kurang sempurna. Mungkin ini karena proses editing dimana penulis sendiri yang mengeditnya. Untuk selanjutnya, walau buku ini diterbitkan secara indie, penulis sebaiknya bisa meminta jasa teman atau seorang editor professional yang bisa menjadi proofreader bagi tulisan yang akan dibukukan.

Yang juga agak mengganggu adalah munculnya kalimat bergaris sebanyak 2 halaman lebih di kisah “05.05”, sebagai visualisasi dari sebuah kertas surat karena bagian itu adalah bagian surat Zahra pada kekasihnya. Dalam sebuah tulisan umumnya sebuah surat dibedakan dengan menggunakan huruf italic, tapi disini penulis mencoba visualisasi baru dengan menggunakan garis, tapi karena garisnya tebal dan tepat berada di bawah kalimat-kalimatnya maka hal ini menjadi ganjil, mungkin sebaiknya menggunakan garis tipis atau diberi kotak di seluruh kalimat suratnya agar lebih menyerupai visualisasi sebuah surat.

Namun terlepas dari hal di atas, saya rasa semua kicauan yang ditulis oleh penulisnya ini patut mendapat apresiasi yang positif dari pembacanya. Walau ini adalah buku pertamanya, dari semua kisah yang tersaji di buku ini saya rasa penulisnya memiliki modal dan potensi besar untuk menjadi penulis yang baik asalkan ia terus konsisten dan mengembangkan kreatifitasnya dalam berkarya.

Pada kesempatan ini saya juga memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada www.nulisbuku.com sebagai penerbit self publishing yang memberikan kesempatan selebar-lebarnya kepada banyak penulis-penulis baru untuk berani menerbitkan karya-karyanya. Jika ini terus berlanjut saya optmis dunia literer kita akan semakin berkembang dan bisa berbicara banyak dalam kancah sastra dunia.
Semoga!

@htanzil
Read more »

Selasa, 16 November 2010

200 Ikon Bandung, Ieu Bandung Lur!

[No. 245]

Judul : 200 ikon Bandung ; Ieu Bandung Lur!

Penulis : Ahda Imran, dkk

Koordinator Penulis : Zaky Yamani

Penerbit : Pikiran Rakyat

Cetakan : i, Sept 2010

Tebal : xvi+269 hlm



Sebutkan dengan cepat apa yang terlintas dalam benak ketika kita mendengar kata “Bandung”, umumnya Bandung diidentikkan sebagai pusat belanja pakaian dan wisata kuliner, hal ini ditunjang dengan menjamurnya factory outlet dan aneka makanan khas Bandung yang tersebar di berbagai tempat. Hampir setiap akhir pekan wisatawan domestik khususnya penduduk Jakarta menyerbu kota Bandung untuk membeli pakaian sambil menikmati wisata kuliner.



Factory Outlet dan aneka kuliner memang telah menjadi ikon kota Bandung, namun sebenarnya bukan itu saja, ada 200 ikon yang menjadi trade mark kota Bandung! Apa saja? Dalam rangka ulang tahun kota Bandung yang ke 200, Pikiran Rakyat selaku surat kabar lokal terbesar di Jawa Barat merasa perlu untuk mengangkat dan mendokumentasikan ikon-ikonnya sehingga Bandung tak hanya dikenal sebagai kota wisata belanja saja.



Niat untuk mendokumentasikan ikon-ikon Bandung ini terealisasi dalam bentuk sebuah buku yang berjudul “ 200 Ikon Bandung, Ieu Bandung Lur!” Semula ke 200 ikon ini akan ditampilkan untuk dalam satu buku, namun karena keterbatasan waktu dan pertimbangan ekonomis dan ketebalan buku maka buku ini dibagi dalam dua jilid. Hingga tulisan ini dibuat baru buku pertamanya saja yang telah diterbitkan yang mennampilkan seratus ikon di berbagai bidang yaitu ekonomi (tempat usaha), politik, seni, agama, kesehatan, lanskap, pendidikan, dan olah raga yang masing-masing terbagi dalam bab-bab tersendiri



Sebagai kisah pembuka buku ini menyajikan sejarah berdirinya kota Bandung. Pada tahun 1810 Gubernur Jenderal Daendels bersama bupati Wiranatakusumah II bertandang ke sebuah lokasi hutan yang akan dilewati jalur pembangunan Grote Postweg (Jalan Raya Pos). Sambil menancapkan tongkatnya Daendels berkata “Usahakan saat aku datang lagi ke sini, sebuah kota sudah dibangun!”.



Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada 25 September 1810, Bupati Wiranatakusumah II mendapat SK (Surat Keputusan) pemindahan kota kabupaten ke wilayah dimana Daendels menancapkan tongkatnya. Tanggal surat SK itulah yang kini dijadikan patokan sebagai hari lahirnya kota Bandung. Sedangkan tempat dimana Daendels menancapkan tongkatnya itu kini dijadikan titik KM 0 dimana terdapat tugu atau monumen “Kilometer Nol” yang kini letaknya persis di depan kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat atau tepat di seberang hotel Savoy Homan di jalan Asia Afrika Bandung.



Tugu atau monument “Kilometer Nol” tersebut diresmikan gubernur Jawa Barat pada thun 2004. Selain tugu terdapat juga monumen mesin penggilingan (stoomwals) kuno disertai sebuah batu prasasti beruliskan sejarah yang menaungi keberadaannya. Tugu dan monument mesin stoomwals ini didedikasikan bagi rakyat Priangan yang menjadi korban kerja paksa saat membangun Jalan Raya Pos.



Setelah kisah tentang KM 0 buku ini mengurai satu persatu ikon Bandung secara menarik. Ada yang memang mungkin sudah sangat dikenal seperti Gedung Sate,kampus ITB, Gedung Merdeka, dll, tapi ada juga yang mungkin merupakan hal-hal yang belum diketahui khususnya bagi generasi muda Bandung. Kalaupun ikon tersebut sudah dikenal tapi melalui buku ini pembaca akan menemukan kisah-kisah menarik dan unik dibalik ikon-ikon tersebut.



Misalnya fakta tentang ikon Bandung paling terkenal yaitu Gedung Sate. Siapa yang menyangka kalau ternyata di halaman Gedung Sate hingga kini masih tertanam empat jenazah pejuang Bandung yang gugur untuk mempertahankan Gedung Sate dari Pasukan Gurkha dan Nica pada tahun 1945.

Lalu siapa yang tahu jika di Pabrik Kina yang didirikan sejak 1896 itu memiliki lorong bawah tanah yang melintas di jalan Pajajaran yang hingga kini masih dipakai untuk lalu lintas karyawan pabrik yang hendak menyeberang ke pabrik di seberangnya.



Di buku ini akan terungkap pula bahwa Badak Bercula satu yang kini hanya dapat ditemui di Ujung Kulon konon kabarnya pernah memiliki habitat di Bandung saat masih berupa hutan dan rawa-rawa karenanya kawasan itu dinamakan Rancabadak (Rawa Badak) yang sekarang menjadi Rumah Sakit Umum Dr. Hasan Sadikin, karenanya tak heran jika dulu Rumah Sakit tersebut dikenal dengan RS Rancabadak.



Di bidang kuliner selain mengetengahkan Brownies Amanda, lotek Edja, Es Oyen, Cireng Cipaganti, dan sebagainya tercatat pula sebuah warung kopi Purnama di jalan Alketeri Bandung yang ternyata sudah berusia seratus tahun dan tidak boleh ditutup oleh pelanggannya. Walau telah berusia seratus tahun namun warung kopi Purnama tidak pernah berniat untuk mengubah warungnya menjadi Kafe atau lebih besar lagi, jadi ia tetap warung kopi yang bersaja hingga kini.



Masih banyak ikon-ikon menarik lainnya, seperti tokoh-tokoh seni (Bimbo, Kang Ibing, Harry Roesli, dll), tempat ibadah (Mesjid Cipaganti, Katedral, Gereja Betel), olah raga ( Pemandian Tjihampelas, Stadion siliwangi, BHHH) dan sebagainya. Kesemua ikon dalam buku ini disusun dengan gaya penulisan jurnalistik karena para penulisnya adalah wartawan HU Pikiran Rakyat.



Dalam menampilkan setiap ikon selalu terdapat sisi unik yang disajikan dengan gaya penulisan feature yang ringkas, padat, dengan bahasa yang mudah dimengerti. Tiap ikonnya umumnya tak lebih dari dua halaman yang dilengkapi dengan sebuah foto hitam putih dan box keterangan berisi data-data tempat seperti tahun berdirinya, alamat, nama pemilik, dsb.

Sebagai buku yang mengungkap ikon-ikon Bandung kehadiran buku ini dapat menjadi pelengkap literatur tentang Bandung yang telah terlebih dahulu hadir seperti buku-buku karya Haryanto Kunto (Wajah Bandung Tempo Doeloe, Semerbak Bunga di Bandung Raya, Balai Agung di Kota Bandung, dll), Bandung Citra Sebuah Kota (Robert PGA Voskuil, dkk ), Jendela Kota Bandung (Her Suganda), dan sebagainya,



Yang agak disayangkan dari buku ini adalah editing yang tidak maksimal karena disana-sini masih ada beberapa kesalahan ketik yang seharusnya bisa dihindari oleh editor yang tentunya telah terbiasa mengedit sebuah harian besar. Kesalahan fatal terdapat di halaman 5 dimana tertulis surat keputusan p[emindahan Ibu kota Kabupaten Bandung tertanggal 25 Mei 1810, seharusnya tanggal 25 September 1810 yang tanggalnya dijadikan acuan untuk memperingati hari jadi kota Bandung.





Kemasan buku yang dikemas secara hard cover dengan penjilidan yang sempurna memang sangat baik untuk buku koleksi, namun hal ini mengakibatkan harga buku menjadi relatif mahal dan mungkin agak sulit dijangkau oleh masyarakat umum. Alangkah bijaknya jika di kemudian hari penerbit bisa menerbitkan edisi paperback sehingga harganya bisa lebih terjangkau dan buku ini dapat dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat, khususnya warga Bandung yang ingin mengenal kotanya lebih dekat lagi.



Akhir kata, tentunya dengan kehadiran buku ini maka akan menimbulkan interaksi positif antara kota dan warganya. Interaksi yang baik akan lahir jika ada ingatan kolektif di benak warga tempat dia tinggal. Pencatatan, pendokumentasian, dan publikasi ikon-ikon kota seperti yang tersaji dalam buku ini adalah salah satu cara untuk membangun ingatan kolektif tersebut sehingga masyarakat khususnya warga Bandung dapat menyelusuri Bandung tempo doeloe maupun Bandung masa kini sehingga semakin mencintai kotanya.



@htanzil

Read more »

Kamis, 11 November 2010

Water for Elephants

Water for Elephants (Air untuk Gajah)
Sara Gruen @ 2006
Andang H. Sutopo (Terj.)
GPU - September 2010
512 hal.

Jacob Jankowski – menghabiskan hari tuanya di Panti Jompo karena tidak ada anak-anaknya yang mau menampungnya. Ketika suatu hari, di depan panti jompo itu datang rombongan sirkus, kenangan akan periswtiwa 70 tahun silam muncul di benak Jacob.

Jacob hampir dipastikan memiliki masa depan yang cemerlang. Kuliah di kedokteran hewan, tinggal mengikuti ujian akhir, kemudian akan membuka praktek dokter hewan bersama ayahnya. Tapi kecelakan mobil merenggut nyawa kedua orang tuanya. Kecelakaan karena kesalahan seorang tetangga yang sudah rabun. Harta yang tersisa disita oleh bank. Pikiran Jacob kacau.

Ketika sedang mengikuti ujian akhir, Jacob tiba-tiba meninggalkan ruang ujian. Berjalan tak tentu arah, hingga akhirnya ‘terdampar’ di sebuah gerbong kereta. Gerbong kereta itu ternyata adalah salah satu dari rangkaian gerbong sirkus Benzini Bersaudara, yang pemiliknya, Paman Al ingin menjadikan sirkusnya sebagai salah satu sirkus paling hebat seperti Ringling Circus. Ringling Circus adalah salah satu kelompok sirkus yang terkenal di jamannya.

Mulailah sebuah pengalaman baru dalam hidup Jacob. Kehidupan di sirkus ternyata begitu keras. Jika orang tersebut tidak memberi keuntungan atau berguna bagi kelompok sirkus itu, maka orang itu akan ‘dilampumerahkan’. Beruntung dengan latar belakang sekolah kedokteran hewannya, Jacob diterima bergabung di sirkus itu, untuk diperbantukan merawat hewan-hewan yang sakit.

Bintang utama di sirkus itu adalah Marlena. Ia tampil dengan kuda-kudanya, bersama sang suami, August. Jacob jatuh cinta dengan Marlena. Dan ia tahu, August adalah seorang lelaki ‘berkepribadian ganda’.

Hubungan mereka bertiga semakin dekat, ditambah dengan kehadiran seekor gajah betina bernama Rossie. Rossie dianggap bodoh oleh August karena tidak bisa menjalankan perintah yang sederhana sekali pun, hingga akhirnya Jacob menemukan sebuah rahasia.

Sampai hari tuanya, Jacob merahasiakan sebuah kejadian, ketika binatang-binatang sirkus itu tiba-tiba mengamuk dan membuat kekacauan.

Sejak pertama gue liat Water for Elephants dan ditambah rekomendasi orang-orang, gue udah pengen banget baca buku ini. Dan begitu ada terjemahannya, segera aja gue beli. Sekali lagi, gue merasa kehidupan di rombongan sirkus begitu ‘kejam’. Gak seglamour, atau seindah ketika mereka tampil di arena. Kaya’nya keras banget dan gak ada belas kasihan. Makanya waktu gue sempet nonton sirkus baru-baru ini, gue bertanya-tanya apakah yang selama gue baca di buku-buku yang berlatar sirkus itu bener atau gak. Karena kalo gue liat, misalnya di Russian Circus, para performer memang antara lain adalah pesenam dan professional, bukan seseorang yang sekedar ‘ditemukan’ begitu aja karena keunikannya.

Rossie di sini – menurut gue – bukanlah bintang utama, tapi dia punya peran penting bagi tokoh-tokoh utama di buku ini. Gue juga jadi inget sama gajah-gajah di sirkus. Mimik wajahnya murung banget… bikin gue jadi sedih ngeliatnya. Hahaha.. gue kembali terbawa-bawa sama cerita nih….
Read more »