Tampilkan postingan dengan label menang quiz. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label menang quiz. Tampilkan semua postingan

Minggu, 30 Oktober 2011

Sweet Misfortune

Sweet Misfortune: Cinta dalam Kue Ke(tidak)beruntungan
Kevin Alan Milne @ 2010
Harisa Permatasari (Terj.)
Penerbit Qanita - Cet. I, Juli 2011
456 hal.
(dari kuis #akudan mizan – via @penerbitmizan)

Some people are lucky in love
You aren’t one of them

Itulah salah satu kalimat yang tertera di secarik kertas yang ada di dalam kue. Lazimnya sih, kalimat ini ada dalam kue keberuntungan yang biasanya ada di restoran Cina. Tapi, Sophie Jones malah menulis kalimat-kalimat pahit di dalam kue bikinannya – mengambil ide dari kue keberuntungan, tapi bukan rasa manis yang didapat, justru akan meninggalkan rasa pahit – sepahit bait-bait kalimat yang ada di dalam kue itu.

Sophie tidak percaya dengan yang namanya kebahagiaan sejati. Di saat ulang tahunnya yang kesembilan, ia harus kehilangan ayah dan ibunya dalam sebuah kecelakaan. Sophie terus menyalahkan dirinya, beranggapan karena dirinyalah kecelakaan itu terjadi. Selama dua puluh tahun, Sophie terus memendam rasa bersalah itu.

Jangan terhanyut oleh seorang yang romantis setengah mati. Romansanya akan berakhir dan yang tertinggal hanyalah setengah mati (hal. 131)


Ia berharap menemukan kebahagiaan itu dalam pernikahannya. Tapi, ternyata, tanpa penjelasan apa –apa tunangannya, Garrett Black, meninggalkannya begitu saja. Sophie terlanjur sakit hati. Peristiwa inilah yang memberi ide bagi Sophie untuk membuat kue ke(tidak)beruntungan. Tak disangka-sangka kue menarik para pelanggan di Chocolat’ de Soph – toko cokelat milik Sophie.

Setahun kemudian, Garrett ingin kembali pada Sophie. Tapi, Sophie yang terlajur pesimis, tidak mau menerima Garrett begitu saja. Sophie menantang Garrett untuk membuat iklan di koran yang isinya mencari kebahagiaan sejati – kebahagiaan yang bersifat jangka panjang. Jika ada 100 orang yang memenuhi criteria yang diminta Sophie, maka Sophie bersedia meluangkan waktu untuk berkencan dengan Garret.

Jika ditawari sebuah mimpi yang bertahan seumur hidup, KATAKAN TIDAK! Ingat, itu hanya sebuah mimpi (hal. 149)


Awalnya iklan itu tidak mendapat banyak tanggapan, tapi, tiba-tiba ada yang memberi informasi pada stasiun televisi setempat, hingga akhirnya respons yang diterima nyaris tidak mampu ditampung oleh Sophie. Selama proses membaca surat-surat itu, banyak hal-hal darimasa lalu yang terungkap.

Asyik juga kalimat sinis’ yang dibuat Sophie. Malah lucu, jadi lebih ‘realistis’ Inti novel ini adalah tentang memaafkan diri sendiri dan juga berbesar hati menerima pengakuan orang lain. Salah satu tokoh malah mengajarkan arti berbesar hati dengan segala kekurangannya dan mencoba untuk selalu bahagia.
Read more »

Kamis, 27 Oktober 2011

Tweets for Life

Tweets for Life: 200 Wisdoms for a Happy, Healthy, and Balanced Life
Desi Anwar @ 2011
GPU - 2011
428 Hal
(dari kuis #tweetsforlife – via @Gramedia)

Hmmm… untuk menulis ‘review’ buku ini, gue berpikir keras. Buku yang susah buat gue untuk di-review. Ya sudah… cerita dulu aja deh. Buku ini, gue dapet dari hasil menang kuis #tweetsforlife di twitter-nya Gramedia Pustaka Utama. Dapetnya pas di hari terakhir, malah, gue gak ngeh kalo gue menang. Sebenernya, gue juga punya kesempatan untuk dateng ke acara lauching buku ini di Kinokuniya Plaza Senayan, tapi sayang, pas hari itu, Mika sakit, jadi terpaksa gue pulang cepet. Padahal, berharap bisa sekalian minta tanda tangan di buku ini.


Always make time to read a good books.
It adds depth to our thinking and feed our our imagination
(Sediakan selalu waktu untuk membaca buku yang bermutu, karena dapat memperkaya pemikiran and daya khayal kita)

Hal. 50

Fisik bukunya kecil, covernya berwarna kuning, gambar bunga (salah satu hasil jepretan Desi Anwar saat beliau jalan-jalan ke luar negeri – lupa ini diambil di mana). Setiap halaman, ada satu kalimat tweet-nya, plus foto-foto yang cantik.

Buku ini adalah kumpulan-kumpulan tweet-nya Desi Anwar. Awalnya, beliau hanya nge-tweet hal-hal yang remeh-temen, kaya’ hari ini makan apa, tweet pas lagi macet di jalan. Tapi, lama-lama, semakin banyak follower, mau gak mau beliau merasa ‘bertanggung jawab’ untuk men-tweet hal-hal yang lebih bermakna. Makanya lahirlah #tweetsforlife ini.

Always have a book handy.
A good books is a good friend
(Bawalah selalu buku ke mana pun kita pergi, karena buku dapat menjadi teman setia)

Hal. 76


Ditulis dalam dua bahasa – bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Terdiri dari tiga bagian: (1) Taking Care of Your Body (Memelihara Tubuh), (2) My Self and Others (Saya dan Orang Lain) dan (3) Peace Within (Kedamaian di Hati)

Nah, saat nulis ini nih, gue membayangkan momen yang ‘pas’ untuk baca buku ini. Lagi hujan-hujan – jangan lebat sih hujannya, ada angin sepoi-sepoi, duduk deh di teras (kalo ada pake kursi goyang lebih pas), jangan lupa sediain teh atau kopi. Terus, baca deh buku ini… pelan-pelan aja… Setiap kalimat harus dicerna pelan-pelan, diresapi biar bisa nangkep maknanya. Jangan lupa, nikmati juga berbagai foto yang melengkapi tweet itu (atau tweet yang melengkapi foto itu… terserah aja sih, kata Desi Anwar, mana yang enak menurut pembaca). Buku ini pas untuk koleksi atau kado.
Read more »

The Mysterious Benedict Society and the Perilous Journey

The Mysterious Benedict Society and the Perilous Journey
(Persekutuan Misterius Benedict dan Perjalanan Maut)
Trenton Lee Stewart
Maria M. Lubis (Terj.)
Penerbit Matahati – Januari 2010
546 Hal
(dari kuis Babutis – via Penerbit Matahati)

Untuk memperingati satu tahun berdirinya Persekutuan Misterius Benedict, Mr. Benedict mengundang teman-teman lamanya untuk berkumpul di rumah Mr. Benedict. Banyak yang berubah sejak setahun yang lalu - Reynie Muldoon – yang paling bijaksana, sekarang sudah resmi diadopsi oleh Miss Perumal, Kate yang gesit, tetap dengan ember merahnya, sudah bertemu ayahnya, Milligan dan tinggal di peternakan, Sticky Washington – yang paling pintar, dulu ‘sengaja’ ikut kuis sebagai mata pencaharian dan Constance Contraire – si paling kecil, paling judes dan paling menggemaskan yang sekarang tinggal bersama Mr. Benedict.

Reynie dan Sticky sepakat untuk bertemu di peternakan Kate sebelum bersama-sama menuju kediaman Mr. Benedict. Mereka semua sudah tidak sabar untuk berkumpul kembali. Apalagi Mr. Benedict sudah menyiapkan kejutan yang pasti seru.

Memang ada kejutan yang menanti mereka, tapi bukan sesuatu yang menyenangkan. Mr. Benedict dan Nomor Dua hilang… diculik. Tentu saja oleh saudara kembar Mr. Benedict dan juga musuhnya, Mr. Curtain. Tujuan Mr. Curtain menculik Mr. Benedict adalah untuk mendapatkan duskwood, jenis tanaman yang dipercaya bisa menyembuhkan penyakit ‘tidur’ atau narcolepsy yang diderita Mr. Benedict. Tapi, pastinya, Mr. Curtain menginginkan tanaman itu bukan untuk tujuan yang baik.

Dengan tujuan untuk menyelamatkan Mr. Benedict dan Nomor Dua, Reynie, Kate, Sticky dan Constance pergi dari rumah dengan diam-diam. Mereka berusaha memecahkan teka-teki atau petunjuk yang ditinggalkan oleh Mr. Benedict.

Dalam perjalanannya, mereka berempat menemui banyak halangan yang berasal dari orang-orang suruhan Mr. Curtain. Kalo dulu orang-orang ini bernama Sang Pembisik, kali ini mereka disebut Manusia Sepuluh.

Perjalanan penuh rahasia dan berbahaya ini membawa mereka ke menyeberangi lautan menuju Portugal, ke Belanda sampai akhirnya sampai di sebuah pulau.

Wah, asyik lho baca petunjuk-petunjuknya Mr. Benedict. Dan ternyata menuju ke tempat-tempat yang asyik dan tak terduga. Untuk anak-anak sekecil mereka (apalagi Constance), perjalanan ini panjang, melelahkan dan juga menguras emosi. Apalagi, Constance – karena ia tinggal bersama Mr. Benedict - ia jadi lebih terpukul dengan menghilangnya Mr. Benedict. Tapi, bener deh, pengen rasanya towel-towel pipinya Constance.. ngeselin tapi menggemaskan.
Read more »

Selasa, 04 Oktober 2011

Anne of Rainbow Valley

Anne of Rainbow Valley
Lucy M. Montgomery
Maria M. Lubis (Terj.)
Qanita - Cet. I, Juni 2011
428 hal.
(hadiah menang kuis @penerbitmizan)

Anne tidak pernah mengira bahwa ia akan senang tinggal di Ingleside. Di sana, bersama Gilbert yang sibuk dengan praktek dokternya, Anne membesarkan anak-anaknya. Meskipun di sekeliling Anne, orang-orang ‘mencemooh’ atau bergunjing tentang perilaku anak-anaknya, tapi Anne tetap tersenyum, tak pernah terganggu dengan gosip-gosip itu. Anne masih tetap perempuan yang berjiwa ‘romantis’ dan pemimpi, meskipun sudah ‘ibu-ibu’.

Anak-anak Anne berkenalan dengan anak-anak pendeta yang baru saja pindah ke daerah mereka –keluarga Meredith. Keluarga Meredith ini juga jadi bahan pergunjingan orang, karena sang Pendeta, John Meredith, terlalu sibuk dengan dunianya sendiri, anak-anaknya tak terurus, Ibu mereka sudah meninggal, dan bibi mereka yang tinggal bersama juga tidak terlalu mempedulikan keadaan mereka. Baju kumal dan terkadang sudah sobek, makanan yang kurang bergizi. Karena kurangnya perhatian dan tak ada yang menegur mereka, perilaku mereka juga menurut orang-orang, kurang pantas bagi anak-anak seorang pendeta. Jerry, Carl, Faith dan Una, bermain sekehendak hati mereka, meskipun ini masih dalam tahap kewajaran nakalnya anak-anak.

Sementara itu, gosip percintaan juga masih hangat beredar. John Meredith yang bisa dibilang ‘duda keren’ ini menarik perhatian beberapa perempuan muda. Tapi, konon menurut (lagi-lagi) gosip, para perempuan itu berpikir dua kali untuk mendekati John Meredith karena anak-anaknya yang badung.

Tapi ada satu perempuan muda yang pendiam, bernama Rosemary West, yang tinggal bersama kakaknya, Ellen West. Sebenarnya, Rosemary West adalah ‘calon’ yang kuat untuk jadi ibu bagi anak-anak Meredith, tapi, ada suatu perjanjian ‘konyol’ yang mengikatnya.

Kalau mau mencari kisah kehidupan Anne di buku ini, kaya’nya minim banget. Lebih banyak diceritakan tentang anak-anak, bahkan tentang anak-anaknya Anne pun sedikit, Porsinya lebih banyak diceritain tentang anak-anak keluarga Meredith itu. Tingkah mereka tidak jauh berbeda dengan Anne di masa kecil, hanya sedikit lebih heboh.

Padahal gue pengen tau tuh, gimana kabarnya Marilla di Green Gables, sahabatnya Diana dan gimana dengan Gilbert. Tapi, tetap asyik koq membaca buku ini. Kalo sekarang nih, bisa dibilang, Anne adalah orang tua yang ‘cool’, yang gak hanya memposisikan diri sebagai orang tua, tapi juga sebagai sahabat untuk anak-anaknya.
Read more »

Selasa, 13 September 2011

The Candy Makers

The Candy Makers (Para Pembuat Permen)
Wendy Mass @ 2010
Maria Lubis (Terj.)
Penerbit Atria – Juli 2011
556 hal.

Setiap tahun Asosiasi Pengusaha Gula-gula menyelenggarakan Kontes Permen Tahunan. 32 anak-anak berusia 12 tahun terpilih untuk ikut kontes ini dan menciptakan permen baru, yang pemenangnya akan menerima hadiah uang seribu dollar dan permennya akan diproduksi secara massal oleh pabrik permen terkemuka.

Salah satu pabrik permen besar itu, Life is Sweet, tahun ini menerima 4 orang peserta untuk diberi bimbingan sebelum mendaftarkan permen mereka. Mereka adalah Logan Sweet, Miles O’Leary, Daisy Carpenter dan Phillip Ransford III.

Logan Sweet, tak lain adalah anak pemilik Life is Sweet. Kakeknyalah yang mendirikan pabrik ini. Kakek dan ayahnya, dulu juga adalah peserta kontes ini dan keduanya menjadi pemenang. Dan Logan berharap ia bisa mengikuti jejak kakek dan ayahnya. Kehidupan Logan memang berkisar di dalam pabrik itu.

Di hari yang cerah itu, Logan bersiap menyambut ketiga kontestan lainnya. Bisa dibilang Logan tidak punya teman sebaya dengannya, temannya hanya pegawai pabrik itu yang sudah seperti keluarga sendiri. Meskipun deg-degan, Logan antusias berkenalan dengan teman-teman baru sekaligus pesaingnya.

Ada Miles O’Leary yang gemar berbicara terbalik, punya banyak phobia dan suka berbicara tentang ‘kehidupan yang akan datang’, lalu Daisy Carpenter, satu-satunya peserta perempuan di kelompok mereka, suka baca novel roman, pakai kaus kaki yang berlainan, dan yang terakhir, Phillip Ransford III yang angkuh, menyebalkan, gila ‘kebersihan’, suka menulis catatan misterius di bukunya dan bisa dibilang yang paling ambisius.

Dengan bangga, Logan mengajak mereka untuk berkeliling pabrik yang ‘menakjubkan’ itu. Meskipun mungkin sudah hafal luar kepala apa saja isi pabrik itu, tetap saja Logan harus memperhatikan dengan seksama setiap petunjuk yang diberikan sebagai bekal untuk menciptakan permen yang hebat.

Membaca buku ini sangat menyenangkan buat gue. Mengingatkan gue pada Charlie and The Chocolate Factory-nya Roald Dahl. Membayangkan aroma permen dan cokelat yang manis, Hutan Tropis-nya, cokelat yang yum-yum… bukan bikin laper, tapi bikin pengen ngembil cokelat berkaramel favorit gue. Ditambah cover-nya yang ‘candy’ banget itu.

Satu lagi yang menarik buat gue, di dalam satu ‘adegan’ yang sama, bergantian setiap peserta bercerita, jadi mendapatkan empat hal yang berbeda dan ternyata membuka banyak rahasia dari masing-masing peserta, rahasia yang sempat membuat gue 'terpana'. Hehehe.. soalnya ternyata motivasi mereka bukan sekedar menciptakan permen ajaib terbaru, tapi... ah, baca sendiri deh...

Sulit buat gue memutuskan siapa favorit gue, soalnya empat-empatnya punya karakter yang berbeda dan asyik. Bahkan si Miles yang terkesan ringkih dan Phillip yang sombong plus ngeselin itu berhasil ‘mencuri’ perhatian gue.
Read more »

Senin, 12 September 2011

Detektif Imai dan Misteri Brownies yang Terluka

Detektif Imai dan Misteri Brownies yang Terluka
Dyah P. Rinni @ 2011
Penerbit Buah Hati - 2011
270 hal.

Indonesia Permai, atau yang biasa dipanggil Imai, gadis berusia 13 tahun yang suka main detektif-detektifan. Ia pernah membatu sekolahnya, Widyatamaka, mengungkapkan misteri sebuah ruangan di sekolah yang rusak. Harusnya ia jadi pahlawan kan? Harusnya Imai jadi favorit teman-teman di sekolah, kan?

Tapi, sayang, gara-gara brownies buatanya Imai, 3 orang guru keracunan, bahkan salah satunya, Pak Gino jadi koma. Secara tidak langsung, Imai jadi ‘tertuduh’. Tidak ada bukti yang bisa membebaskan Imai dari tuduhan itu. Ditambah lagi, Pandya, si penyiar radio sekolah, kerap ‘mengompori’ anak-anak Widyatamaka untuk membenci Imai.

Widyatamaka bisa dibilang sekolah yang bergengsi, karena isinya anak-anak orang kaya, pejabat. Berbeda dengan Imai yang sepertinya tergolong ‘biasa’ dibanding teman-temannya (ini yang gue tangkap dari comment-nya Pandya).

Imai pantang menyerah, semakin dilarang, justru tekadnya akan semakin kuat. Imai bertekad untuk membersihkan namanya. Meskipun setiap datang ke sekolah, ia harus ditimpukin telor mentah, dikunci di kamar mandi, pasrah dengan tatapan anak-anak Widyatamaka yang menuduh, bahkan dijauhi sahabatnya sendiri.

Untung masih ada teman-teman lain yang mau membantu Imai. Kaisar, si ketua OSIS, Biru, teman sekelasiImai, bahkan Nino Hansa si preman sekolah yang suka tidur di kelas, masih mau membantu Imai memecahkan misteri ini. Imai pun kembali pada aksi ‘detektif’nya meskipun sudah dilarang sama polisi dan orang tuanya. Bagi para orang tua, kasus ini sangat berbahaya. Tapi, bagi Imai, kasus ini sangat menantang. Well, Imai sepertinya jenis anak yang selalu ketemu ‘bahaya’ dan ‘masalah’.

Wahh… ternyata gue suka dengan si Imai ini. Udah lama gak baca buku ‘detektif remaja’ – jenis buku yang gue baca saat gue pertama kali mulai ‘gila buku’. Kangen sama Lima Sekawan, STOP, Trio Detektif dan lain-lainnya.

Karakter dalam buku ini juga beragam. Imai yang ceria dan selalu berpikir positif, Nino yang cuek, Biru yang ingin selalu serba ‘seimbang’, Kaisar yang cool plus Lila yang centil. Ilustrasi-nya bergaya komik Jepang.

Mungkin gue harus baca buku pertamanya biar tau kenapa Pandya sebel banget sama Imai dan biar tau latar belakang para tokohnya. Dan… jujur, gue juga jadi semangat menunggu buku ketiga (hehehe.. bisa jadi ‘warisan’ lagi nih buat Mika)
Read more »