Tampilkan postingan dengan label fantasy. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label fantasy. Tampilkan semua postingan

Selasa, 09 Oktober 2012

Ratu Seribu Tahun




Ratu Seribu Tahun
Ardani Persada
GPU – 2011
542  hal.
(Hadiah dari yes24Indonesia)

Diawali dengan peperangan antara Kerajaan Madra dan Kerajaan Arengka yang dipimpin oleh Raja Rahwan. Dalam keadaan terdesak, Raya Shalya terpaksa meminta bantuan Djin Murugan untuk melindungi rakyat Madra. Murugan setuju, tapi dengan syarat Narasoma sebagai ‘tumbal’nya. Selamanya Murugan akan berada di dalam diri Narasoma dan juga rakyat Madra.

Selama 1000 tahun, Ratu Narasoma hidup dalam keabadian. Tapi lama-lama, beliau resah dan merasa kesepian. Ia menyaksikan kematian rakyat dan orang-orang terdekatnya, tapi ia sendiri tak punya teman abadi.

Suatu hari, datanglah seorang Pejalan Cakrawala yang misterius bernama Hekhaloth, yang menyarankan Ratu Narasoma untuk mencari Lembah yang Dijanjikan, yang akan membebaskan Ratu Narasoma dari kutukan Murugan. Maka mulailah perjalanan Ratu Narasoma. Ia menyamar menjadi seorang laki-laki bernama Volsung.

Sayangnya, banyak pihak-pihak yang merasa terganggu dengan keputusan Narasoma ini, selain Murugan tentunya. Yaitu pihak Raja Surga – Tritorch Hagel, Lumina Meredith, Alhazad Zatoith dan Zagam Willhemer. Mereka khawatir, perjalanan Ratu Narasoma justru akan mengganggu keseimbangan di tanah Vandaria. Mereka pun mengutus Kugo untuk mengawasi Ratu Narasoma dan membujuknya pulang ke Madra.

Dalam perjalanan ini, beberapa pihak yang tadinya berusaha menghalangi Volsung, justru berbalik menjadi pengikut setia Volsung dan membantunya dalam menghadapi berbagai ancaman.

Sejujurnya, lelah membaca buku ini. Bukan hanya karena memang fisiknya yang tebal, tapi mengikuti perjalanan Ratu Narasoma sebagai Volsung yang penuh dengan rintangan. Nyaris dalam setiap langkah ada pihak-pihak yang mencoba menghalangi Volsung. Perseturuan mulai dari yang kecil sampai perang yang besar terjadi. Beberapa memang karena ingin membuat Volsung gentar, tapi ada juga yang demi kepentingan pribadi.

Awalnya gue sempat heran dengan Ratu Narasoma yang menjadi pengikut ajaran Rahwan. Padahal Rahwan adalah orang yang nyaris menghancurkan Madra. Tapi, ternyata hidup selama 1000 tahun, membuat Ratu Narasoma hanya memiliki ingatan yang samar-samar akan peristiwa itu.

Lalu sosok Rahwan, meskipun hanya muncul di awal cerita, sempat membuat juga membuat gue bertanya-tanya, Rahwan adalah pilihan Sang Ibu untuk menyebarkan kedamaian dan cinta kasih di tanah Vandaria ini, tapi kenapa Raja Shalya lebih memilih untuk membuat perjanjian dengan Murugan? Tapi, ternyata ada alasan logis di akhir cerita. Sebuah kenyataan yang membuat Ratu Narasoma sendiri terkejut, tapi pada akhirnya justru membuat ia lebih memahami ajaran Rahwan itu sendiri.

Satu lagi yang bikin gue berpikir adalah tentang Raja Surga. Dalam bayangan gue, Raja Surga adalah sosok yang arif, bijaksana dan tenang. Mengambil segala keputusan dengan matang dan tidak gegabah. Tapi… di sini, mereka justru lebih  banyak pakai emosi – khususnya Alhazad dan terlebih lagi Zagam. Tanpa menyelediki lebih lanjut, mereka udah ketakutan duluan kalau Ratu Narasoma punya tujuan buruk. Bahkan sampai pakai ada acara perang besar demi menghadang Narasoma.

O ya, teman-teman seperjalanan Volsung kan gak tau kalo dia ini sebenarnya – kecuali Kugo, adalah seorang perempuan. Tapi, Vari kan sempat mengobati Volsung yang terluka karena berkelahi. Tapi, koq dia masih gak ngeh juga kalo Voslung ini bukan laki-laki?

Layaknya dalam cerita fantasi, tentu saja ada banyak hal-hal yang tak pernah terbayangkan dalam dunia nyata. Sebut saja kaum frameless – frameless sendiri ada yang berdarah murni, ada yang blasteran. Kedua kaum ini terkadang saling membenci dan saling menganggap rendah satu sama lain. Lalu ada Gorken, sosok mereka mengerikan, tapi ternyata setia kawan dan bisa mellow juga. Kemudian ada Kugo si kera sakti, garuda jatayu, Ixion – seekor kuda-naga tunggangan Volsung selama dalam perjalanan. Dalam ilustrasi di buku ini, akan lebih jelas gambaran makhluk-makhluk itu.

Buku kedua dari Vandaria Saga yang gue baca. Lebih tebal dan lebih sarat dengan konflik. Dan gue kembali terkagum-kagum dengan cerita fiksi fantasi lokal ini.

Read more »

Kamis, 30 Agustus 2012

The Lord of the Rings: The Fellowship of the Rings



The Lord of the Rings: The Fellowship of the Rings (Sembilan Pembawa Cincin)
J.R.R. Tolkien
Gita Yuliani K (Terj.)
GPU – Cet. II, Maret 2002
512 hal
(Gramedia Pondok Indah Mall – kalo gak salah)

Memilih buku untuk posting bareng BBI bulan ini rada-rada membingungkan. Plin-plan aja gue jadi bawaannya. Tema bulan ini adalah ‘1001 books to read before you die’ – dari sekian banyak pilihan buku, susah rasanya untuk menentukan buku mana yang akan gue baca. Ada beberapa yang udah dibaca, dan udah dibuat review-nya, ada beberapa buku yang masih berstatus penghuni timbunan, tapi baru beberapa lembar dibaca, udah berpikir bahwa sebaiknya buku itu dijadikan bantal saja karena bikin ngantuk (yah, sebut aja Wuthering Heights atau Pride and Prejudice). Pride and Prejudice sempat gue baca beberapa bab – lebih banyak daripada Wuthering Heights yang hanya beberapa lembar :D Nyari-nyari Virgin Suicides kaya’nya adek gue punya – tapi.. lho koq gak ketemu… akhirnya, terinspirasi saat nonton di TV, gue memutuskan untuk membaca ulang The Lord of the Rings – toh saat gue baca buku ini tahun 2002, gue belum punya blog buku, dan otomatis belum ada review-nya.

Membaca buku untuk yang kedua kalinya, biasanya gue justru lebih ‘menghayati’, lebih hati-hati, karena gak ada perasaan pengen cepet-cepet nyelesain buku baru. Jadi, yang dulu saat pertama baca buku ini, sejujurnya, gue gak terlalu ngerti.

Udah ah, panjang bener basa-basi gue ini.

‘Seharusnya’ sih, cerita Lord of The Rings ini gak asing buat para pencinta cerita fantasi. Dulu pun saat gue beli buku ini, lagi jaman-jamannya Harry Potter… hehehe.. rada-rada tertipu sih, gue pikir ceritanya akan ‘semenyenangkan’ Harry Potter, tapi ternyata gelap banget *terbayang wajah Frodo yang selalu murung*

Jadi, alkisah, Bilbo Baggins mengadakan perayaan ulang tahunnya yang ke 111 – atau yang dalam bangsa Hobbit artinya ulang tahun yang ke seratus sepuluh satu – sebuah pencapaian yang membanggakan. Bilbo ini sudah merencanakan sebuah kejutan – yaitu ia akan ‘menghilangkan’ diri di tengah-tengah pidatonya sendiri.

Yah.. sebelumnya sih, Bilbo memang dikenal aneh. Ia sudah pernah ‘menghilang’ sebelumnya dan tiba-tiba muncul kembali. Tapi kali ini, ia akan ‘menghilang’ untuk selamanya.

Tapi, dengan apa Bilbo menghilang? Ternyata ia hanya perlu mengelus sebuah cincin. Dan .. ‘Pop’ , ia pun menghilang. .. seluruh kekayaan yang ia miliki, ia wariskan kepada keponakannya – Frodo Baggins.

O ya.. Hobbit itu sebangsa kurcaci – eh, bahkan lebih kecil dari kurcaci, gak pernah pake sepatu karena kaki mereka yang besar dan tebal, tinggalnya di dalam semacam gua atau lubang yang udah ditata dengan apik.

Ternyata cincin yang dipakai Bilbo ini memang mempunyai kekuatan ‘magis’ dan sayangnya, untuk beberapa pemakainya memberi pengaruh buruk. Maka itu, cincin ini harus dimusnahkan. Tapi, cara memusnahkannya pun gak sembarangan, harus dibawa ke gunung api di Mordor. Tugas Frodo-lah sebagai pewaris untuk memusnahkan cincin itu. Karena ternyata kekuatan gelap mulai muncul lagi.

Perjalanan yang harus ditempuh sangat berbahaya, Sauron si penyhir jahat, mulai mengincar cincin itu juga. Belum lagi Gollum, makhluk kecil yang menjijikan. Ia menganggap cincin itu adalah miliknya dan Bilbo sudah mencuri darinya.



Frodo pun berangkat ditemani 8 orang lainnya: empat sahabat hobbit – Merry Bradybuck, Pippin Took dan Sam Gamgee, lalu ada Gandalf, si penyihir putih yang baik hati dan bijaksana, Gimli – mewakili bangsa kurcaci, ada Boromir. Dan gak ketinggalan, Aragorn dan Legolas, si peri manis dan ganteng ini (aww… *mana suara para wakil Team Aragorn dan Team Legolas? Hehehe…)

Yah, begitulah cerita singkatnya.. yang pasti gue selalu membayangkan betapa tertekannya Frodo.

Adanya film, seperti yang gue bilang di atas, sangat membantu untuk mengerti jalannya cerita buku ini. Apalagi, sampai buku ketiga, yang buat gue, makin lama semakin gelap. Yang menyenangkan adalah membayangkan desa para Hobbit.

Kalo ditanya apakah buku ini pas untuk masuk ke dalam 1001 buku yang ‘wajib’ dibaca, karena J.R.R Tolkien berhasil membawa kita ke dalam sebuah dunia baru. Tak terbayang ada makhluk yang lebih kecil dari kurcaci. Dan kalo selama ini gue ngebayangin kurcaci itu imut-imut seperti yang ada di Snow White, hehehe.. di sini kurcacinya gendut dan mengerikan. Tapi sebenernya si kurcaci ini baik hati sih…

Waktu terakhir gue nonton LOTR 3, pengen nangis rasanya, sedih ngeliat perpisahan antara Frodo dengan Sam, Merry dan Pippin. Hiks…
Read more »

The Night Circus



The Night Circus
Anchor Books
508 pages
(Times Bookstore – Cibubur Junction)

Cover memang salah satu daya tarik utama yang bikin gue tertarik untuk beli sebuah buku. Tak terkecuali yang satu ini, cover yang simple, background hitam, dengan garis-garis putih membentuk sebuah tenda dan sedikit warna merah.

Alasan lainnya adalah karena kalimat ini yang begitu ‘menggoda’ rasa ingin tahu gue:  

The circus arrives without warning. No announcements precede it. It is simply there, when yesterday it was not. Within the black-and-white striped canvas tents is an utterly unique experience full of breathtaking amazements. It is called Le Cirque des Rêves, and it is only open at night.

Tentunya ini bukan sirkus biasa. Gak ada yang tau di mana kota selanjutnya yang akan mereka datangi. Pokoknya tiba-tiba ada aja tenda sirkus hitam putih udah berdiri. Sampai-sampai ada para ‘fans’ yang rela menguntit keberadaan sirkus ini, yang disebut dengan Rêveur.

Adalah Chandresh – si pemrakarsa sirkus ini. Awalnya Chandresh ini juga punya ritual aneh, yaitu mengadakan jamuan makan tengah malam. Di antara para tamu yang ekslusif itulah, Chandresh melontarkan ide ini. Para pengisi acara di sirkus ini pun haruslah unik.

Apa yang ada di sirkus juga bukan hal biasa – yah, bukan kaya’ yang biasa kita liat di sirkus-sirkus gitu deh. Berpindah dari satu tenda ke tenda lain, pengunjung kesulitan memutuskan mana yang paling mereka sukai. Ada tenda yang isinya awan-awan, wishing tree, labirin dan lain-lain – yang gak pernah terbayangkan kalau ini beneran ada. Jangan bayangin sirkus seperti yang ada di Water for Elephants, deh…      

Tapi, di balik keunikan dan segala misteri yang ada di balik sirkus ini, sebenarnya ada sebuah kompetisi antara dua orang magician bernama Celia dan Marco. Mereka berdua ini sudah dididik sejak kecil untuk berkompetisi. Celia adalah seorang anak magician, dan Marco – seorang yatim piatu yang diambil oleh pria misterius berpakaian abu-abu. Dalam kompetisi ini, siapa yang kalah akan mati.

Marco adalah asisten Chandresh dan pertama kali ia tau siapa kompetitornya saat ia menyaksikan Celia dalam audisi.

Tokoh yang mencuri perhatian gue adalah si Frederick Stefan Thiessen – si pembuat jam yang ajaib juga. Keren banget.. gue berusaha ngebayangin.. tapi susah… Sama satu lagi, si kembar Widget dan Poppet – si kembar yang lahir pas malam pembukaan sirkus, yang satu bisa membaca masa depan, yang satu lagi justru bisa melihat masa lalu.

Setting cerita ini dimulai tahun 1873. Setiap bab, waktu yang diceritakan juga melompat-lompat, meskipun kalo gak diperhatiin bener, akan gak sadar kalo sebenarnya kita membaca rentang waktu yang berbeda (nah, sambil baca aja udah kena ilusi)
Sebenernya nih… gue pengen banget untuk ‘sangat’ suka sama buku ini. Tapi, entah ya, koq tiba-tiba pas baca ini rasanya ‘blank’ aja. Terlepas dari segala keunikan buku ini, ada yang gak pas menurut gue. Entah karena, bumbu-bumbu percintaan antara Marco dan Celia yang bikin buku ini jadi kaya’ novel romance ‘biasa’ – mereka ini saling menunjukkan ‘cinta’ dengan cara bikin tenda yang isinya ajaib-ajaib semua, atau karena saat membaca buku ini gue gak ‘mencurahkan’ perhatian yang bener-bener. Maklum deh, saat-saat gue baca buku dengan tekun adalah di mobil dalam perjalanan ke kantor, tapi karena gue baca buku ini pas bulan puasa, yang ada di mobil gue malah ngantuk dan tertidur. Adakalanya saat gue baca pun gue jadi gak fokus karena ngantuk (huhuhu… alasan… alasan…)
Read more »

Minggu, 24 Juni 2012

Takdir Elir



Takdir Elir
Hans J. Gumulia
GPU - 2012
238 hal
(Gramedia Plasa Semanggi)

Memasuki sebuah dunia baru bernama Vandaria. Entah kenapa dari awal cerita, ‘memancarkan’ aura yang begitu tenang. Mungkin karena diawali dengan setting tempat yang sacral, di sebuah kuil tempat Pendeta Agung. Tapi di balik ketenangan itu, sebenarnya ada konflik yang mengganggu di benua Elir. Di Benua Elir ini sedang terjadi konflik yang tak diketahui dengan jelas apa masalahnya. Yang jelas, dua kerajaan besar yang berkuasa di benua Elir ini sama-sama sedang menahan diri untuk tidak memulai peperangan.

Dua kerajaan ini adalah Kerajaan Serenade di barat benua Elir, dipimpin oleh Raja Althor, dan Kerajaan Vandergaar, di timur benuar Elir, dipimpin oleh Raja Xaliber. Dua raja ini adalah raja yang bijaksana dan dicintai rakyatnya. Kehidupan di kedua kerajaan relatif tenang – ini sebelum adanya masalah aneh dan gak jelas ini. Padahal, dua raja ini dulunya bersahabat, lho. Perbedaan dari keduanya adalah Raja Althor ini lebih perasa, susah banget menyembunyikan apa yang lagi dia pikirin atau lagi dirasakannya. Beda dengan Raja Xaliber yang kalau melihat raut wajahnya, orang lain gak akan tahu apa yang lagi di pikirin.

Atas petunjuk dari Vanadis (dewa-dewi Vandaria), Pendeta Agung memerintahkan Rozmerga untuk pergi ke benua Elir dengan membawa selembar surat yang ditujukan kepada dua raja tersebut. Rozmerga ini adalah framless anggota Kesatria Valiant Ordo Vhranas di Tanah Suci Bedina..

Selain Rozmerga, ada Liarra, framelss keturunan suci Flavianus, yang tinggal di Hutan Tentram Raz’ Vinel, dengan busur Valuminaire, busur legendari yang ‘melemparnya’ ke dunia lain – ke Padang Pasir Tak Bernama, di mana ia bertemua dengan Sigmar. Dan ternyata Sigmar dengan senjata pusakanya, sebuah pisau belati bernama Sylia. Sigmar ini adalah pemudah ‘blasteran’, separuh frameless, separuh manusia.

Raja Althor memiliki senjata pedang yang sangat besar (beneran gueeede banget), bernama Valdin, sedangkan senjata Raja Xaliber adalah Kriger, sebuah tombak. Dua senjata ini juga merupakan warisan dari tetua framless Flavianus. Dan bila keempat senjata ini saling bersentuhan, keempat pemegang senjata ini akan mendapatkan sebuah visi, dari masa lalu.

Keempat orang inilah, plus Rozmerga yang akan menentukan takdir bagi benua Elir. Merekalah yang bias menyelesaikan konflik dan menyingkirkan aura jahat yang menyebabkan perpecahan ini.

Ada beberapa hal yang gue suka atau yang nyangkut, jadi kali ini pake bullet points aja deh,

  1. Mulai dari cover… ouch… hehehe.. ada cewek seksi, berbusana minim… hihihi.. awas, ada yang iseng ngelapor ke Komisi Anti-Pornografi (eh.. apakah ada komisi ini?)
  2. Lalu masuk ke deskripsi tokoh – di sini pengenalan singkat para tokoh berhasil membuat gue gak bingung menebak latar belakang para tokoh. Dan, favoritku adalah Sigmar yang kocak.
  3. Yang keren di cerita ini menurut gue (salah satunya) adalah ide ‘pohon rumah’ tempat tinggal para frameless Flavianus dan negeri di awannya Republik Highwind
  4. Terbayang-bayang asparagus bakar kesukaan Rozmerga
  5. Bahwa cerita fantasi gak harus dengan nama para tokoh yang ribet penulisan dan pengucapannya, dan gak harus ada binatang atau makhluk aneh yang mengerikan. Di cerita ini, hanya muncul dua makhluk baru yaitu Gorken dan Kelabang Raksasa. Gorken ini kocak banget, sukanya sama yang metal dan bling-bling :D
  6. Karena si Kerajaan Serenade identik dengan warna putih, dan Kerajaan Vandergaard identik dengan warna hitam – gue pikir ini adalah simbol si baik dan si jahat, tapi ternyata bukan. Dua-duanya baik, dan dua-duanya ganteng… hehehe..
  7. Tokoh di cerita ini semuanya masih baik-baik, si tokoh antagonis masih belum muncul secara utuh.
  8. Framelss – makhluk baru yang unik. Punya dua bola mata yang berbeda, punya kemampuan sihir. Ciri lebih lengkap, silahkan tengok di website Vandaria.
  9. Ceritanya gak rumit, gak kebanyakan masalah dan rahasia. Jadinya, berasa santai aja gitu pas bacanya. Buat gue, jadi lebih menikmati proses bacanya tanpa perlu harus mengingat begitu banyak tokoh dan hubungan mereka.
  10. Pleasee… lanjutannya jangan kelamaan ya, terbitnya…

Novel Vandaria Saga yang sudah terbit sejauh ini, selain Takdir Elir ,adalah Harta Vaeran, Ratu Seribu Tahun (dua buku ini, kemarin nyari di Gramedia Pondok Indah Mall udah out of stock), lalu ada kumpulan cerpen Kristalisasi dan Hailstrom. Dan, ehem.. harga buku-buku Vandaria Saga ini cukup ‘aduhai’. Hehehe…

Dunia Vandaria, diciptakan oleh A. Raditya. Sebelumnya, pada tahun 2000, Raditya menciptakan karya berjudul Holy Knights, sebuah cerita fiksi fantasi bersambung. Semua orang bisa ikut berpartisipasi dan ambil bagian dalam dunia Vandaria. Hehehe.. kalo gue sih, sebagai penikmat aja deh…

Mari, yuk… kita ‘Mengkristal bersama Vandaria’.

*bikin tulisan ini, sambil buka website-nya Vandaria Saga… ‘merinding’ sendiri denger musiknya, dan lansung kebayang, kalo jadi film kaya’ apa ya?*
Read more »

Selasa, 19 Juni 2012

Nibiru dan Kesatria Atlantis



Nibiru dan Kesatria Atlantis
Tasari GK @ 2010
Penebit Metamind - Cet. I, Desember 2010
692 hal
(via bukumoo123)

Tersebutlah sebuah negara bernama Kedhalu, yang didirikan oleh seorang raja baik hati dan dicintai oleh rakyatnya bernama Raja Saternatez. Kedhalu dibagi menjadi dua bagian yaitu Kedhalu Utara dan Kedhalu Selatan. Setelah Raja Saternatez ‘menghilang’, Kedhalu dipimpin oleh Petunya.

Kedhalu Utara adalah tempat pemerintah berpusat. Di sini semuanya bisa dibilang makmur dan mewah. Penduduk Kedhalu bagian Utara ini berpenampilan rapi dan terpelajar. Rumah mereka bagus-bagus

Berbeda dengan Kedhalu bagian Selatan. Di sini semua lebih kasar, rumah mereka berdinding lumpur sudah mengeras. Mereka bekerja sebagai pekerja kasar untuk orang-orang Utara. Dan di sinilah Dhaca Suli – tokoh utama dalam buku ini – dilahirkan.

Dhaca Suli ini anak yang ‘bengal’, bandel. Tiga tahun berturut-turut ia selalu tinggal kelas. Anak-anak Kedhalu menuntut ilmu di Bhepomany, tempat mereka mengasah Pughaba yang mereka miliki. Ada bisa menguasai unsur alam, binatang, ruang dan waktu, menghilang, bahkan hingga kekebalan, menyembuhkan luka dan mengendalikan pikiran.

Pughaba ini adalah semacam ‘kekuatan’ yang ada pada setiap penduduk Kedhalu. Dan Pughaba ini harus terus dilatih agar mereka semakin kuat. Biasanya sih, kalo udah lulus dari Bhepomany, mereka bekerja untuk Petunya.

Masa lalu Dhaca Suli ini juga misterius, ibunya sudah meninggal dan ayahnya, Wamap Suli seorang kuli kasar ber-Pughaba rendah, yang gara-gara Dhaca mimpi buruk jadi panik.

Aduh… rasanya akan sangat panjang kalo diceritain semuanya di sini.. bukunya aja tebel banget.

Tapi, yang jelas, dari awal sih keliatan si Dhaca Suli akan jadi salah satu penentu nasib Kedhalu. Di mana setiap 5013 tahun, sang pembawa kiamat, Nibiru akan muncul dan membawa kehancuran bagi Kedhalu. Banyak pihak-pihak yang iri dengan Dhaca Suli, si bocah dari Selatan yang tiba-tiba saja jadi buah bibir se-Kedhalu. Hingga akhirnya ada juga yang ingin membuat Dhaca celaka.

Dhaca yang tadinya seorang bocah bandel dengan gank Empat Keparat Kecil-nya, jadi seorang anak yang tangguh dan punya tekad.

Lalu, ada kejuaraan Piala Bhepomany, yang rintangan berlapisnya mengingatkan gue pada Triwizard Turnament-nya Harry Potter. Tapi di sini lebih keren dong… rintangannya lebih banyak.

Horeee… *tepok tangan sendiri* .. rasanya ini adalah yang pertama kalinya gue berhasil menyelesaikan buku ‘seksi’. Terkagum-kagum dengan buku yang sangat tebal ini. Gue menemukan ‘rasa’ yang berbeda dari apa yang gue temukan ketika membaca Muhammad: Lelaki Penggengam Hujan. Karena ‘wujud’nya yang gendut, hard cover, gue jadinya hanya membaca buku ini saat weekend. Soalnya, ribet aja kalo dibawa-bawa ke kantor.

Wah, di dalam buku ini, banyak banget nama-nama aneh, penulisannya juga ribet bener, tentu saja tak ketinggalan hewan-hewan yang juga wujudnya ajaib. Gue juga jadi bertanya-tanya, akan setebal apakah buku selanjutnya (konon kabarnya sih ada – yah, mengingat ending yang menggantung itu).

Untuk mempermudah pembaca, di bagian akhir, Tasaro menulisakan ringkasan sejarah Kedhalu. Lengkap dengan kitab-kitabnya, nama raja-raja, lalu peta Kedhalu sendiri.

Kalau buat gue, membaca kisah ini serasa membaca cerita tentang negeri khayangan. Terutama kalau membayangkan busana yang dikenakan para penduduk Kedhalu Utara – misalnya di keluarga Thalkay – baju yang melambai sampai ke lantai (eh.. berima.. :D), rambut panjang berurai serta tutur kata yang lemah lembut.

Akhir kata… mungkin baru pertama kali ya, gue membaca fantasi karya penulis Indonesia yang ‘selengkap’ ini – yah mungkin terlepas dari beberapa kekurangan. Tapi, keren banget kan, ‘mengkhayal’, menciptakan negeri sendiri, bahasa-bahasa dan istilah sendiri, bahkan gue serasa baca buku sejarah. Konfliknya sendiri juga ribet. Tebakan gue sedikit meleset… tentang siapa yang berhak memakai cincin Raja Saternatez… benar-benar di luar dugaan…

* Tulisan ini dibuat dalam rangka Posting Bareng BBI – genre fantasy. Ehmm tadinya pengen ikutan yang tema Gothic, tapi takut gak keburu – secara sedikit ‘mengantuk’ setiap baca bukunya… hehehe…
Read more »

Kamis, 07 Juni 2012

The Power of Six



The Power of Six
Pittacus Lore @ 2011
Nur Aini (Terj.)
Mizan – Cet. II, February 2012
427 hal

Setelah berhasil melepaskan diri dari para Mogadorian, John Smith kembali harus mencari tempat yang aman. Henri, Cêpan -nya sudah tiada. Tapi, sekarang ia memiliki teman baru, yaitu si Nomer Enam dan Sam. John terpaksa berpisah dengan kekasihnya, Sarah. John, Nomor Enam dan Sam - tak ketinggalan Bernie Kosar.

Selain harus melarikan diri dari para Mogadorian, kini John menjadi buronan internasional, bahkan dicap sebagai teroris, akibat peristiwa peledakan sekolah dan tewasnya beberapa warga setempat.

Sementara itu, di Spanyol, Marina dan Adelina bersembunyi di sebuah panti asuhan. Marina adalan Garde nomor tujuh. Marina masih bersemangat untuk menemukan Garde yang lain, tapi Adelina terlihat pasrah, seolah tak berminat lagi untuk menyelamatkan Planet Lorien. Marina pun terus berlatih sendiri, agar Pusaka-nya segera muncul.

Ternyata, Mogadorian semakin agresif. Biarpun untuk membunuh para Garde yang tersisa harus sesuai dengan urutan, sekarang Mogadorian muncul di mana-mana. Tujuan mereka adalah menangkap dulu para Garde dan Cêpan. Para Garde berpacu dengan waktu, tanpa adanya Cêpan yang selama ini membimbing mereka, dan mereka harus mengambil keputusan sendiri. Yah, terkadang, pilihan-pilihan mereka malah membuat mereka terjebak. Apalagi John, yang masih sangat emosional dengan kepergian Henri dan harus meninggalkan Sarah.

Di belahan dunia yang berbeda, John Smith, Nomor Enam, dan Marina terus berlatih untuk memperkuat pusaka mereka. Tak ketinggalan Sam yang mempunyai misi untuk mencari ayahnya yang ia yakin diculik alien.

Di buku ini, lebih banyak pertarungannya, isinya lebih ‘ganas’. Beberapa rahasia mulai terkuat pelan-pelan – misalnya, misteri pesawat kedua yang dilihat John di dalam citranya, apa sebenarnya peranan Sam.

Lebih banyak kesedihan dan penderitaan. Pusaka yang keren-keren juga bermunculan di buku ini (hmmm.. I wish I had one.. hehehe….)

Dan tampaknya, perjuangan para Garde ini masih berlanjut. Nomor Lima dan Nomor Delapan belum ketauan di mana keberadaannya.

Ada bonus cerita – The Lost Files: Six’s Legacy – cerita tentang Nomor Enam dan Katarina, Cêpan-nya, sebelum ia datang ke Paradise dan bertemu dengan John Smith. Kisahnya gak kalah tragis dan sengsara dibandingkan dengan John Smith.

Bocoran: buku ketiganya akan beredar 30 Agustus 2012 (hmmm di Inggris sih…) Semoga terjemahannya gak lama-lama ya…  J
Read more »

Selasa, 22 Mei 2012

I am Number Four



I am Number Four
Pittacus Lore @ 2010
Nur Aini (Terj.)
Mizan – Cet. I, Januari 2011
493 hal
(via surgabuku’s clearance sale)


Sembilan orang anak dilarikan dari Planet Lorien ketika planet mereka diserang oleh kaum Mogadorian. Masing-masing anak ditemani oleh pendamping mereka. Sebelum meninggalkan Planet Lorien, mereka diberi mantra, sehingga kaum Mogadorian yang kejam tidak bisa membunuh mereka, kecuali secara berurutan. Jika salah satu dari mereka berhasil dibunuh, akan timbul bekas luka di kaki mereka.

Tiga guratan sudah menandai kaki John Smith – si Nomor Empat. Ini artinya para kau Mogadorian kini mengincar dirinya. Selama 10 tahun hidup di Bumi, John Smith – ini nama terbarunya, hidup berpindah-pindah tempat bersama pendampingnya, Henri. Mereka selalu berganti identitas dan nyaris tak pernah lama berada di satu kota. Sembilan anak itu disebut Garde dan para pendamping disebut Cêpan.

Planet Mogadorian menyerang Planet Lorien untuk mendapatkan sumber kehidupan baru. Planet Lorien kaya dengan berbagai sumber alam. Dan setelah Planet Lorien hancur, selain memburu kesembilan anak itu, para Mogadorian juga mengincar planet Bumi sebagai sumber kehidupan baru.

Di Bumi, para Garde dan Cêpan berbaur dengan manusia. Sebisa mungkin menghindar kontak yang terlalu dekat, jangan sampai punya foto. Mereka tersebar di seluruh penjuru bumi. Karena jika mereka berkumpul, mantra itu akan pudar. Di Bumi mereka juga mengasah kekuatan mereka yang disebut Pusaka. Pusaka itu akan berguna untuk berperang melawan Mogadorian dan kembali ke Planet Lorien.

Dengan dirinya yang kini menjadi target, John Smith benar-benar harus ekstra hati-hati. Tempat persinggahan mereka kali ini adalah sebuah kota kecil di Ohio bernama Paradise. Tak disangka-sangka, di kota ini John jatuh cinta dengan gadis bernama Sarah Hart dan ini justru membuat keinginannya untuk berjuang semakin kuat. Ia tak ingin lari dan sembunyi lagi. Di kota ini juga, mereka tahu bahwa para Mogadorian semakin dekat. Tapi, dengan Pusaka yang ia miliki, John pun semakin siap untuk berjuang.

Duh, ini buku ternyata keren ya… Alien tak harus berwajah buruk dengan jumlah mata yang tak normal, kepala besar, mulut aneh… Alien di sini ganteng… :D Dan seperti manusia, mereka juga bisa terluka meskipun mereka bisa sembuh dengan cepat dengan adanya batu penyembuh. Mereka juga punya hati dan bisa jatuh cinta.

Gue rada gak setuju kalo cerita ini dibilang ‘The Next Twilight Saga’. Meskipun ada unsur romance-nya, I am Number Four tidak menitikberatkan pada cerita cinta-cintaanya. Gue lebih ngeliat cerita ini sebagai cerita ‘super hero’. Tokohnya juga gak ‘menye-menye’. Tapi, hmm.. emang tetap aja sih, gue meleleh saat membaca bagian perpisahan John dengan Sarah. 


Yang menarik lagi adalah penulisnya yang ‘misterius’ – Pittacus Lore – yang disebut sebagai Tetua di Planet Lorien. Saat Planet Lorien dalam keadaan genting, para Tetua berkumpul, tapi tak ada yang tahu bagaimana keadaan mereka – di mana mereka, apakah mereka masih hidup.

Dan salah satu Tetua, Pittacus Lore, mengisahkan cerita ini (katanya) agar kita sebagai manusia waspada – keenam anak yang tersisa, para Mogadorian, mungkin saja salah satu di antara kita – yang mungkin saja tetangga, teman sekerja, orang yang lagi mondar-mandir, yang bisa jadi lagi ngeliat gue nulis review ini … hehehe.. bahkan menurut penuturan Pittacus Lore, banyak tokoh dunia berasal dari Planet Lorien.

Benda keren yang ada di dalam buku ini adalah Peti Loric. Saat terburu-buru pindah dan ‘ngungsi’ ke tempat lain, Peti Loric satu-satunya benda yang gak boleh ketinggalan. Peti berukir dan terkunci. Hanya bisa dibuka bersama-sama oleh Grande dan Cêpan, bisa dibuka oleh satu orang saja jika salah satu di antara mereka sudah tewas. Di dalam Peti Loric ini tersimpan batu-batu kecil yang bisa membentuk jadi sistem tata surya Planet Lorien, selain itu juga ada batu-batu penyembuh.

Penasaran pengen baca kelanjutannya… pengen cari film-nya juga ah…
Read more »

Selasa, 08 Mei 2012

James and the Giant Peach



James and the Giant Peach (James dan Persik Raksasa)
Roald Dahl @ 1961
Quentin Blake (illustrator)
Poppy Damayanti Chusfani (Terj.)
GPU – Cet. II, Januari 2010
192 hal.
(Gramedia Plasa Semanggi)

Setelah orang tuanya meninggal karena dimakan badak, James Henry Trotter terpaksa tinggal bersama kedua bibinya – Bibi Sponge dan Bibi Spiker. Seandainya kedua bibi ini bersikap manis, menyenangkan dan penuh kasih sayang, pasti James akan senang tinggal di rumah di atas bukit itu. Tapi, Bibi Sponge dan Bibi Spiker memperlakukannya seperti pembantu dan tidak pernah sekali pun memanggil James dengan namanya. James dipanggil dengan sebutan-sebutan yang menyakitkan. James selalu disuruh bekerja keras, tidak boleh bermain dan baru boleh makan kalau sudah selesai semua pekerjaan. Itu pun kalau dia tidak dihukum.

Suatu hari, di hari yang panas, seperti biasa James diperintah untuk melakukan tugas-tugasnya, sementara kedua bibinya bersantai. Tapi, James yang sudah terlalu lelah, akhirnya tidak bisa mengerjakan tugas dengan baik dan tentu saja, dia pun dihukum.

Ketika sedang menjalani hukuman itu, tiba-tiba muncul seorang pria kecil yang menawarkan cairan ajaib yang bisa membuat hal-hal yang menakjubkan. Pria misterius itu meminta James untuk berhati-hati. Tapi, karena terlalu excited, James malah terjatuh dan menumpahkan cairan itu ke tanah. Dan, terjadilah hal yang menakjubkan itu.

Di pekarangan rumah Bibi Sponge dan Bibi Spiker ada sebuah pohon persik. Dan tiba-tiba saja, buah persik itu membesar … sebesar-besarnya. Bibi Sponge dan Bibi Spiker yang serakah, langsung meminta bayaran pada orang-orang yang ingin melihat buah persik raksasa itu.


 Saat membersihkan sampah yang ditinggalkan para penonton, James pun mengalami hal-hal yang menakjubkan. Ia ‘terperosok’ masuk ke dalam buah persik raksasa itu dan bertemu dengan Kakek Belalang Hijau, Lipan yang selalu sibuk dengan sepatunya, Nona Laba-laba, Ulat Sutra, Cacing Cahaya, Cacing Tanah dan Kepik. Ia berkenalan dengan mereka  - sahabat-sahabat yang baik hati, yang belum pernah ia miliki selama ini.

Seperti buku-buku Roald Dahl yang lain, pasti ada tokoh yang antagonis yang kelakukannya ekstrim banget. Tapi di sini, Bibi Sponge dan Bibi Spiker yang jahat itu hanya muncul sebentar, selebih adalah cerita petualangan yang menakjubkan dan menyenangkan. Perjalanan James dan teman-temannya dengan buah persik raksasa membuat kehebohan sampai ke Amerika!

Ini adalah salah satu buku Roald Dahl favorit gue. Dan, eh.. ada filmnya… pengen liat…
Read more »

Minggu, 29 April 2012

Harun dan Samudera Dongeng



Harun dan Samudera Dongeng (Harun and the Sea Stories)
Salman Rushdie @ 1990
Anton Kurnia & Atta Verin (Terj.)
Penerbit Serambi – Cet. I, September 2011
224 hal.
(Gramedia Plasa Semanggi)

Harun tinggal di sebuah kota bernama Alifbay, sebuah kota yang sedih. Semua yang ada di sana menebarkan kesedihan. Makan ikan jadi sedih, asap yang keluar dari pabrik membuat kota semakin murung.

Harun adalah anak seorang pendongeng, bernama Rasyid Khalifa. Dongeng yang diceritakan Rasyid adalah dongeng yang gembira dan ceria. Bayangkan di tengah-tengah penduduk kota yang muruh, muncul sedikit keceriaan dari seorang Rasyid Khalifa. Maka itu, ia sering disebut Raja Omong Kosong.

Suatu hari, petaka ‘singgah’ di rumah Harun. Ibunya pergi, melarikan diri bersama suami tetangga mereka. Rasyid Khalifa dirundung kesedihan, hingga saat ia harus mendongeng, tak sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.

Meski begitu, masih ada yang mengundang Rasyid Khalifa untuk mendongeng. Namun Harun khawatir dengan ayahnya. Bagaimana jika ayahnya tidak mampu mendongeng. Hukuman berat pastilah menanti mereka.

Suatu malam, Harus bertemu dengan Jin Air bernama Jikka, yang memasok aliran dongeng dari Samudera Dongeng. Sesuatu telah ‘menyumbat’ aliran itu, hingga ayah Harun tak bias mendongeng lagi.

Maka, malam itu, dimulailah sebuah petualangan yang menakjubkan dengan misi membuka kembali sumbat aliran di Samudera Dongeng.

Di sinilah dongeng yang ‘sebenarnya’ dimulai. Muncul teman-teman baru Harun, selain Jikka si Jin Air, ada Tappi – burung bulbul mesin, Tukang Kebun Terapung dan Cerewet. Ada pasukan Halaman, Kitab dan Bab.  Ada pertempuran antara Negara Guppe dan Chup.

Gue pikir cerita ini akan lebih mudah untuk ‘dicerna’ dibandingkan dengan Midnight Children yang sampai sekarang masih belum berhasil gue tuntaskan. Yah, ini kan termasuk cerita anak-anak, kali-kali aja gitu kata-katanya lebih ‘bersahabat’. Hehehe.. ternyata gak juga ya… lumayan lama gue menyelesaikan buku yang gak terlalu tebal ini, dan, harus bolak-balik untuk bisa menangkap cerita di dalam buku ini. Ada dongeng di dalam dongeng. Butuh imajinasi yang ‘tinggi’.

Buat gue, sebenarnya nih.. ini cerita yang indah… tentang kasih sayang seorang anak pada ayahnya. Dan, satu lagi yang keren nih… di awal cerita, ada sebuah puisi yang setiap baitnya merupakan inisial dari nama anak Salman Rushdie. Anton Kurnia dan Atta Verin berhasil menerjemahkan dengan indah, dan gak merubah huruf awalnya.
Read more »

Senin, 23 April 2012

The Marvelous Land of Oz



The Marvelous Land of Oz
L. Frank Baum
Justin Tedjasukmana (Terj.)
Penerbit Atria – Cet. I, Januari 2012
234 hal.
(Gramedia Plaza Semanggi)

Tip, anak lelaki dari Negeri Gilikin yang yatim piatu. Sejak kecil ia diasuk oleh seorang penyihir bernama Mombi. Setiap hari, Tip disuruh untuk bekerja keras. Lama-lama Tip kesal. Timbul akalnya untuk mempermainkan Mombi. Ia membuat sebuah manusia labu, dengan tujuan untuk menakut-nakuti Mombi. Tapi, masa’ sih seorang penyihir takut sama manusia labu yang berwajah tersenyum. Dengan serbuk ajaib, Mombi menghidupkan manusia labu itu dan ia pun menghukum Tip.

Tip akhirnya memutuskan untuk melarikan diri dan mengajak si Manusia Labu yang diberi nama Jack untuk pergi bersamanya. Tujuannya adalah ke Negeri Oz. Dalam perjalanan menuju Negeri Oz, Jack membuat sebuah kuda kayu, yang dihidupkan dengan serbuk ajaib yang dicurinya dari Mombi. Bersama mereka menuju Negeri Oz.

Ternyata, Negeri Oz sedang dalam keadaan genting. Sekelompok gadis yang dipimpin oleh Jenderal Jinjur bermaksud untuk mengadakan kudeta untuk menggulingkan sang Raja yang tak lain adalah Boneka Jerami. Jenderal Jinjur dan pasukannya ini bersenjatakan jarum yang sangat tajam. Mereka ingin memanfaatkan batu zambrud yang bertebaran untuk dijadikan perhiasan, mereka juga katanya ‘lelah’ dipimpin Boneka Jerami dan ingin para pria yang jadi ‘pekerja’ di rumah. Jenderal Jinjur dan pasukannya ini adalah rombongan gadis-gadis manja dan genit.. dan tetap takut dengan binatang-binatang menggelikan seperti tikus.

Tip bertualang bersama Boneka Jerami, Jack si Manusia Labu, kuda kayu, berangkat ke tempat Kaisar Tin Woodman, dan kemudian, bersama-sama pergi ke negeri tempat Glinda si Penyihir Baik.

Jadi, berhasilkan Boneka Jerami merebut kembali tahtanya di Negeri Oz? Dan siapakah Tip sebenarnya? Ada kejutan kecil di akhir cerita.

" Tapi kau juga harus mengakui bahwa hati yang mulia adalah sesuatu yang tak bisa diciptakan meski kau berotak cerdas. Bahkan uang pun tak mampu membelinya."

-- Tin Woodman - hal. 234 

Seneng deh baca buku ini, sebuah cerita fantasi yang gak ribet membayangkan makhluk-makhluk aneh, dengan nama-nama yang ribet. Gak susah mengingat para tokoh. Karakter di cerita ini juga sederhana dan lugu. Apalagi si Jack Manusia Labu dan Boneka Jerami. Bahkan gadis-gadis Jenderal Jinjur pun bikin gue tersenyum. Tin Woodman yang ‘garang’ dengan kapaknya, tapi juga pesolek. Takut banget badannya tergores.

Sangat direkomendasikan buat anak-anak. Hehehe.. beberapa kali gue dengan cuek bacain Mika buku ini pas Mika lagi sibuk main yang lain. Eh… ternyata dia inget lho ada tokoh si Manusia Labu, meskipun kesannya dia gak meratiin apa yang gue baca. Hehehe..

O ya, buku ini ditulis, karena L. Frank Baum ini menerima banyak surat yang pengen banget The Wizard of Oz dibuat lanjutannya.

Read more »

Kamis, 19 Januari 2012

Dunsa


Dunsa
Vinca Callista @ 2011
Atria – Cet. I, November 2011
453 hal.
(swap sama @balonbiru)

Merphilia Dunsa, sebuah nama yang indah, yang berarti Laut Persahabatan. Ia tinggal di sebuah tempat bernama Tirai Banir bersama bibinya, Bruzilia. Ia tak pernah kenal dengan siapa pun. Hidupnya hanya diisi dengan bekerja, berlatih bela diri, membantu bibinya dan membaca buku. Yah, Merphilia suka banget baca. Yang ia tahu, ibunya meninggal dan ayahnya menitipkan Merphilia pada bibinya karena terlalu miskin.

Di ulang tahunnya yang ketujuh belas, Merphilia mendapat kejutan. Satu kejutan menyenangkan berupa hadiah kuda dari bibinya, satu lagi kejutan yang bisa dibilang tak menyenangkan. Seorang Zauberei – seorang yang sakti – mendatangin kediaman mereka, dan memberi kabar, bahwa Merphilia adalah si Gadis Prajurit. Sudah tertulis dalam ramalah, bahwa Merphilia mempunyai tugas membunuh seorang ratu jahat bernama Veruna, atau yang dikenal dengan Ratu Merah. Dan, seolah kejutan itu belum cukup, harus ditambah fakta, bahwa Ratu Veruna adalah ibu kandung Merphilia.

Wah..wah..wah.. sempat Merphilia merasa dibohongi oleh bibi Bruzilia. Maka bergulirlah cerita yang sebenarnya. Singkat kata, Merphilia pun dibawa ke Istana Naraniscala – salah satu dari Empat Negeri Besar Prutopian. Kedatangan Merphilia memang disambut dengan cukup bersahabat oleh Ratu Alanisador. Tapi tidak dengan anggota keluarga kerajaan yang lain, yang langsung memberi cap buruk pada Merphilia, karena ia adalah anak Ratu Veruna. Meskipun faktanya, Merphilia sudah lupa pada sosok ibunya yang bernama Mergogo Dunsa.

Fakta bahwa hanya Merphilia yang bisa menghancurkan Ratu Merah. Karena hanya sesuatu yang berasal dari dalam diri Veruna yang bisa membunuhnya. Merphilia dan pasukan Sena Naraniscala yang dipimpin Jenderal Ardelarda harus bergerak cepat untuk mencegah Ratu Merah memporak-porandakan kembali Empat Negeri Besar Prutopian.

Sosok Merphilia yang memang cantik dan cerdas, menarik hati Pangeran Skandar Alderazam dan Putra Mahkota, Pangeran Wavilerma. Tapi, diam-diam, Merphilia sudah menetapkan pilihan, meskipun rasanya mustahil untuk diwujudkan.

Hmmm… awalnya nih, gue pengen ketawa begitu tau alasan Mergogo Dunsa a.ka Ratu Veruna menyerang Naraniscala. (Ma’af ya, Vinca… ) Wah, gara-gara masalah ‘itu’ aja (gak usah ditulis di sini, deh.. :D), Empat Negeri besar jadi porak-poranda.

Dalam buku ini juga banyak sesuatu yang baru. Gak hanya sihir menyihir, tapi makhluk atau hewan-hewan aneh yang bertebaran dalam buku ini. Dan yang paling keren adalah Istana Delmonaria. Kalo untuk makhluk aneh itu, gue suka sama Wyattenakai dan Fata. Di bagian Glosarium, dijelaskan lagi tentang makhluk-makhluk itu dengen lebih rinci. Tapi, tampaknya akan lebih keren kalo ada ilustrasinya. Biar lebih dapet gambaran gitu.

Satu lagi rada ribet, pertama karena nama-nama yang panjang dan bikin lidah ‘keriting’ kalo diucapin. Meskipun dibantu oleh silsilah dan peta di halaman depan, tapi tetap agak ‘pusing’. Soalnya hurufnya keriting dan terlalu kecil.

Suasana peperangan, perjalanan Merphilia, Pangeran Skandar dan Jenderal Ardelarda juga digambarkan dengan cukup detail. Jadi berasa ketegangan saat peristiwa itu. Tapi, koq, waktu Merphilia masuk ke Lukisan Putih rada kurang dramatis gitu. Pertemuan dengan ibunya juga terkesan biasa-biasa aja. Tau-tau.. udah aja gitu.

Dan…endingnya… gimana kisah percintaan Merphilia dengan pangeran pujaannya itu?? Koq ‘menggantung’ sihhhh??? *penasaran*

Anyway, salut untuk Vinca Callista yang cukup jeli menggambarkan isi cerita buku ini.

*Buku ketiga untuk Name in A Book Challenge 2012
Read more »