Tampilkan postingan dengan label Graphic novel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Graphic novel. Tampilkan semua postingan

Minggu, 02 Oktober 2011

Smile

Smile (Senyum)
Raina Telgemeier

Indah S. Pratidina (Terj.)
GPU, Cet. I - Juni 2011
224 hal.
(pinjam dari mia)

Sebagai anak ABG, Raina sedang ‘sibuk-sibuk’nya dengan dunia ‘pencarian jati diri’. Di satu sisi, masih ada jiwa anak-anak, tapi di sisi lain, udah pengen ‘lepas’ dari keluarga yang sering ikut campur, adik yang sering banget ganggu, temen-temen yang suka norak kalo ngeledek, atau udah mulai deg-degan liat cowok cakep. Hmmm… sounds familiar… Kalo diliat-liat sih, kata temen-temennya, Raina emang masih kaya’ anak kecil – rambut dikepang dua kalo ke sekolah, suka main video game dan belum dikasih izin untuk tindik telinga.

Dan malangnya, di saat yang lain sedang ‘sibuk’ untuk tampil ‘sekeren’, ‘secakep’, Raina justru bermasalah dengan giginya. Awalnya, gara-gara pas lagi kejar-kejaran sama temannya, Raina tersandung dan dua gigi depannya copot dan rahangnya ‘rusak’. Sejak itu, kunjungan ke berbagai macam jenis dokter gigi jadi rutinitas Raina. Mulai dari orthodontist dilanjutkan dengan segala yang berakhiran ‘dontis’ lainnya. Pemeriksaan yang mengerikan, plus perlengkapan yang bisa bikin minder kalo dipakai.

‘Penderitaan’ Raina ternyata terus berlanjut sampai ia di duduk di sekolah lanjutan atas. Saat temannya sudah mulai punya gebetan, tapi Raina masih tetap dengan gaya Raina yang lama. Masih suka pakai t-shirt cowok. Tapi meskipun dengan segala keribetan urusan gigi itu, Raina tetap ceria. Meskipun sesekali gak pe-de untuk senyum gara-gara behel-nya itu.

Tapi, saat keribetan itu berakhir… wah… Raina pun bisa tersenyum lepas…

Membaca buku ini, gue koq jadi berasa kembali ke ‘masa lalu’. Gue juga ‘mantan’ pemakai behel, tapi gak ‘lulus’. Hehehe.. gara-gara gue males banget dengan segala tetek-bengeknya. Ditambah masalah gak pe-de karena harus pakai kawat gigi, jaman gue dulu rasanya belum banyak yang pake kawat gigi, jadinya sering jadi ledekan temen-temen gue pas sd.

Melihat buku ini direview di beberapa blog, gue jatuh hati dengan cover-nya yang simple. Gue jadi bertanya-tanya, koq kalo gue ke toko buku, buku ini gak keliatannya ya? Saat pertama gue buka buku ini, wah… gue disajikan ilustrasi yang menyegarkan, full color, simple dan rapi. Menyenangkan rasanya baca buku ini.

Gue langsung browsing ke website Raina Telgemeier, pengen liat novel apa lagi yang udah ditulis. Wah.. ternyata, ada The Baby-Sitters Club versi novel grafis, dan… satu buku lagi yang dari covernya ada tampak lucu, Nursery Rhyme Comics: 50 timeless rhymes from 50 celebrated cartoonists. Nah, salah satunya ada ilustrasi Raina Telgemeier.


Read more »

Senin, 30 Juli 2007

Different Ugliness, Different Madness

Different Ugliness, Different Madness (Balada Seorang Penyiar)
Marc Males
Rosi L. Simamora (Terj.)
GPU – Juli 2007
126 Hal.

Llyod Goodman, adalah seorang penyiar terkenal di tahun 30an. Tapi, dia tidak pernah mau menunjukkan ‘muka’nya di hadapan publik, malah ia lebih memilih menyewa orang untuk tampil sebagai dirinya. Lebih aneh lagi, di tengah masa jayanya, Lloyd tiba-tiba menghilang, meninggalkan para penggemar setianya.

Tidak ada yang tahu, bahwa produser radio CBN melakukan kebohongan dengan menampilkan sosok palsu dari Lloyd Goodman.

Di tempat lain, seorang wanita ‘berkelana’ dari satu kota ke kota lain dengan hanya membawa sebuah koper. Helen, nama wanita itu, seolah pergi tanpa tujuan. Helen punya satu keanehan, yaitu ia suka berbicara pada bayangannya sendiri di cermin, yang disebutnya sebagai Mary. Seolah-olah Helen memiliki kepribadian ganda.

Helen menumpang mobil-mobil untuk sampai ke tujuan berikut, atau dengan kereta api. Menginap di penginapan murah. Sampai satu hari, ia sampai di sebuah rumah yang seolah tanpa penghuni.

Ketika ia sedang asyik melihat mobil tua di rumah itu, tiba-tiba seorang laki-laki berwajah buruk rupa muncul. Tapi, entah kenapa, Helen tidak takut dengan laki-laki itu. Bahkan ia menerima tawaran laki-laki itu untuk bermalam.

Di rumah laki-laki itu, herannya tidak ada cermin. Padahal, Helen sangat membutuhkan cermin. Untuk itu, ia menyediakan cermin bagi Helen. Dan, secara tidak sengaja, ia melihat Helen sedang ‘berbicara’ sendiri dengan bayangannya di cermin.

Untuk membalas budi baik laki-laki itu, Helen memasak, mencuci pakaian dan berbenah. Baik Helen maupun laki-laki itu sama tertutupnya. Mereka punya rahasia masing-masing.

Tak disangka-sangka ternyata, perkenalan beberapa hari itu membuat si laki-laki yang ternyata Llyod Goodman itu jatuh cinta pada Helen. Ia mengutarakannya di stasiun saat Helen sedang menunggu kereta menuju tempat selanjutnya.

Akhirnya, rahasia diri masing-masing terkuak. Masing-masing bercerita tentang apa yang membuat mereka sama-sama ingin menyendiri.

Novel grafis ini gak terlalu tebal. Helen tua bercerita di sebuah stasiun kenangannya kepada Linda, anaknya. Di saat yang sama, sebuah stasiun televise mengangkat kisah tentang Lloyd Goodman, penyiar legendaris yang menghilang di saat ia sedang di puncak.

Yang sedikit mengganggu, adalah gambaran sosok Helen. Harusnya ia terlihat cantik, tapi di sini, justru seperti cewek macho, berbadan besar dan potongan muka yang juga besar… kesannya gagah banget, malah kadang terkesan serem (kadang cocok sih, dengan sosok Helen yang misterius itu)
Read more »