Tampilkan postingan dengan label E-Book. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label E-Book. Tampilkan semua postingan

Rabu, 26 September 2012

Fablehaven 5, Keys to the Demon Prison

  Judul  : Fablehaven 5, Keys to the Demon Prison
  Penulis : Brandon Mull
  Penerbit : Shadow Mountain, Salt Lake City, Utah
  Tebal : 416 pages, 2010
  



Seri yang benar-benar memuaskan, begitulah pendapat saya ttg 5 seri fablehaven ini. Plotnya begitu meliuk-liuk, penuh dengan aksi dan mahkluk2 fantastis, susah sekali menebak plotnya. Bahkan, dengan mengutip sinopsisnya sendiri akan menghasilkan spoiler kejam yang pasti akan dikritik habis-habisan oleh para penggemar yg belum membacanya. Seri terakhir ini belum diterjemahkan ke B indo (saat saya menulis review ini) sehingga jika diceritakan alur ceritanya, pasti pada mencak-mencak. Karena twist dan belokan mendadak pun sudah muncul di awal-awal cerita. Musuh jadi teman dan teman jadi musuh, yang dikira sudah mati ternyata masih hidup, dan yang dikira musuh tersulit ternyata adalah kawan paling karib.

Dari segi cerita, tampaknya seri kelima ini akan menjadi yg paling tebal mengingat ceritanya yang begitu padat. Dari halaman ke halaman, penuh dengan aksi dan pertarungan, perebutan kelima artefak antara Ksatria Bintang Fajar dan Perhimpunan Bintang Malam. Pembaca juga akan dipuaskan dengan penggunaan kelima artefak yang benar-benar diobral habis-habisan dari seri ini.

Sedikit plotnya saja, Seth, Kendra, Mara, tanu, Trask, dan Vincent pergi ke suaka rahasia di Australia, di mana pusaka keempat disimpan. Mereja menjelajahi batu obsidian raksasa yg byk dipuja suku aborigin. Ternyata, suaka itu juga telah jatuh ke tangan musuh karena mereka langsung disambut serangan dari Mirav dan Torina. Pertempuran berlangsung sangat seru, dan ini baru yang pertama. masih akan ada banyak lagi pertempuran di halaman2 berikutnya.

di seri kelima ini, artefak terakhir juga ketemu, yakni ****** yg ternyata sudah dikuasai oleh Sphinx ... dia rupanya bersembunyi di suaka rahasia kelima. Aduh, mau bikin reviewnya susah ...banyak spoiler pasti hahaha

Membaca Fablehaven mungkin akan menimbulkan banyak pertanyaan bagi para pembaca yang kritis, mengapa penyihir bisa menciptakan Chronometer yang dpt memanipulasi waktu, mengapa Translocator yang bisa memindahkan max 3 orang itu hanya bisa memindahkan orang ke tempat yang ia kunjungi, mengapa mantra perlindungan itu bisa tetap bertahan walaopun ribuan tahun berlalu ...bla bla bla banyak sekali pokoknya. Tapi, mending jgn jd pembaca yang cerewet saat membaca seri ini. Just enjoy, relaks dan nikmati keseruan yang ditawarkan.

Buku ini menawarkan perjuangan yang berat, tapi dengan imbalan yang memuaskan. Awalnya, mungkin agak suram dan Ksatria Fajar seolah hampir runtuh, tp percayalah ... dalam perang epik di bab-bab terakhir, seluruh tokoh akan menampilkan perjuangan yang luar biasa, bahkan Doren dan Newwel pun ikut berperang.

Mengakhiri membaca seri fablehaven seperti memberikan kepuasan tersendiri bagi benak, terutama kepuasan karena telah membaca satu cerita yang utuh sekaligus menghibur.

Bacalah, you will like it, hopely.

Testimoni para pembaca luar:

Fablehaven is exquisitely plotted. Mull left no questions unanswered.

This is the best novel of the series

Ayo Penerbit Mizan segera terbitkan versi bahasa Indonesianya (less)
Read more »

Rabu, 18 Januari 2012

If I Have Wicked Stepmother, Where's My Prince?

Link
If I Have Wicked Stepmother, Where's My Prince?

Melissa Kantor @ 2005
Disney-Hyperion - 2007
288 hal.
(via NetGalley.com)

Lucy, selalu merasa dirinya bagai Cinderella – ibunya sudah meninggal, punya ibu tiri (yang dia ‘anggap’ jahat), punya dua saudara tiri perempuan – yang juga katanya jahat, dan selalu merasa tidak punya teman. Disuruh melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga, sementara ibu dan saudara tirinya sibuk shopping. Ayahnya terlalu ‘buta’ untuk melihat perlakukan itu (ini menurut Lucy).Di rumah barunya, ia ditempatkan di kamar di loteng dan tak diberi perabotan. Sejak ayahnya menikah lagi, ia terpaksa harus pindah dari San Francisco ke New York. Ia kembali menjadi anak baru, yang tak punya teman di sekolah. Menyendiri di ruang seni. Lucy sangat mencintai seni lukis, seperti mendiang ibunya.

Yah begitulah hari-hari Lucy. Sampai suatu hari, saat makan siang, Lucy duduk dekat Jessica dan Madison. Dua gadis ini berpacaran dengan cowok-cowok dari tim basket sekolah mereka. Lucy yang selain menyukai seni lukis, juga suka dengan basket, menyeletuk saat mendengar percakapan cowok-cowok itu tentang basket. Komentarnya ini menarik perhatian Connor, salah satu pemain basket yang guanteeennngg. Ketertarikan Connor terhadap Lucy ‘menaikkan’ pamor dan derajat Lucy di antara teman-teman satu sekolahnya. Biasanya tak ada satupun yang menegurnya, sejak dekat dengan Connor, semua memasang senyum dan menyapanya.

Kegembiraan di sekolah, tak berlanjut sampai di rumah. Lucy yang terlajur mencap jelek Mara, ibu tirinya, sering terlibat pertengkaran. Sampai akhirnya ia pun dihukum oleh ayahnya.

Tak hanya Cinderella yang ada pesta dansa, Lucy pun diundang ke pesta prom. Pesta yang harusnya indah dan menyenangkan, justru membuat Lucy sadar, bahwa Connor bukanlah pangeran yang ia tunggu-tunggu. Layaknya Cinderella, Lucy siap-siap untuk kehilangan segalanya – teman-teman barunya, kepopuleran dan sang pangeran impian pada saat tengah malam.

Hmmm.. sejujurnya gak banyak yang istimewa sih di dalam buku ini. Bahkan ending-nya pun bisa ketebak. Bahkan gue rada sebal dengan karakter Lucy, yang maunya marah-marah terus sama Mara. Selalu berpikiran negatif terhadap ibu tirinya itu. Tapi, gue suka sama si cool Sam Wolff, cowok yang dikenal Lucy di kelas seni. Sayang, Sam ini gak terlalu banyak ‘beredar’ di dalam buku ini.
Read more »

Rabu, 21 Desember 2011

Mooshka: A Quilt Story


Mooshka: A Quilt Story
Julie Paschkis
Peachtree Publishers
Publication date: March 01, 2012
18 pages
(via NetGalley.com)

Berkisah tentang Karla, si pemilik selimut warna-warni ini. Apa sih istimewanya selimut ini? Sama kali ya, hal yang dengan anak kecil yang gak bisa tidur kalo gak pake guling yang udah butek warnanya, atau boneka yang makin kumel makin gak bisa pengen lepas.

Ternyata, selimut perca ini bukanlah selimut biasa. Selimut ini dibuat oleh nenek Karla dengan memakai potongan-potongan kain warna-warni dengan berbagai motif yang penuh cerita. Setiap potongan memiliki kenangan tersendiri.

Dan, bagi Karla, selimut ini adalah penghangat tidur, pelindung saat ia merasa takut dan … bisa ‘bicara’. O ya… selimut ini punya nama: Mooshka. Ketauan banget deh cerita ini berasal dari mana.

Thanks to review-nya di , yang membuat gue pengen baca buku ini dan yang pasti ‘memperkenalkan’ gue sama NetGalley.com

Pertama kali melihat buku ini, wow, warna-warni yang cerah benar-benar menggoda. Gue langsung berharap, “Seandainya punya buku ‘benerannya’, bukan hanya baca via e-book.”
Read more »

Jumat, 28 Oktober 2011

Maya & Filippo Play Chef at Sea

Maya & Filippo Play Chef at Sea
Alinka Rutkowska
Konrad Checinski (Illustrator)
27 pages
(via Member Giveaway – Library Things.com)


Dapet buku ini dari hasil berburu ‘Member Giveway’ di Library Things. Sebenernya udah banyak banget dari Library Things, tapi karena bentuknya e-book, jadi rada males bacanya. Tapi karena ini buku anak-anak dan hanya 27 halaman (udah termasuk cover dan lain-lain), jadi iseng-iseng aja gue baca.

Ilustrasinya sederhana aja, tapi gak berwarna. Dan ternyata, memang ini edisi Color it Yourself. Jadi, kalo emang anak-anak gak terlalu tertarik dengan ilustrasinya, mereka bisa bikin buku ini jadi lebih menarik dengan warna pilihan mereka sendiri.

Tentang Maya dan Filippo yang lagi berlibur pake kapal pesiar. Di kapal ini, mereka ikutan kegiatan masak-memasak bareng anak-anak lain. Ternyata setelah gue baca, ‘terselip’ pelajaran yang digambarkan dengan cara simple tapi ‘mengena’. Tentang arti berbagi dan berani mencoba. Lalu, juga tentang belajar mengambil keputusan. Misalnya, Maya yang pengen bikin cheese cake, atau salah satu anak laki-laki pengen bikin kue cokelat. Saat mereka gagal, mereka jadi tahu di mana kekurangan atau kesalahan mereka.
Read more »

Kamis, 15 September 2011

The Warlock by Michael Scott

          








Since the version I’ve read is on English version, and also for the sake of “to avoid making a spoiler”, I tried to write this review in English also. Here we go:

            In the fifth book, The Warlock, Michael Scott once again succeed in making his readers stuck on every single page of this novel. From the beginning to the ends, the pages is full of magical creatures, greatest figures in history—both real or just fictional, beast-like creature that once were scared on Earth, and also a civilization that believed to be existed on the past Danu Talis—or we call it Atlantis—on the Time Before Time.

            Abraham the Mage prophecy seems to meet its fulfillments when in The Necromancer, Josh was  on Dee’s side together with the Immortal Virginia Dare. Whereas, Sophie was on the Alchemist side—together with Penerelle, Prometheus and Niten (we may know him well as lord Miyamoto Musashi). Every story has its own end, and the separation between Gold and Silver seems to be the end of this The Mysterious of Nicholas Flammel  series.

            As a main theme, there seem to be three time line stories on this novel—although Abraham the Mage said that he and Chronos saw many time treads which were entangled each other, producing many possibility of future. Together with the Flammels and Prometheus, Sophie came back to her Aunt Agnes’ house, where she found another truth that Aunt Agnes was actually Tsagaglalal—or She Who See—the wife of Abraham the mage herself. It was her who always guarding and waiting for the twin as long as almost forever. It was her also who reunited the Elders; Ultor Mars, Prometheus, Hel, Odin and the Immortal Niten on her backyard. What a surprise really. Each of them have got a special message from Abraham to correct the wrong in  histories.

            Whereas Josh, together with Immortal Dee and Virginia Dare, were running away to Alcatraz, in where the Immortal Machiavelli and Billy the Kid would released the deathly Lotan to the city of San Francisco. Both group finally met, just to separated once again. Billy the Kid and Machiavelli finally felt that it was wrong to send the monstrous Lotan in San Francisco eating both flesh and auras of the living things. Before both Billy or Machiaveli could stop Dee, the two immortal were defeated by Virginia Dare’s elder flute. And the Lotan was on its way to the city.

            On the other time treads, the immortals Joan of Arc, Palamedes, Shakespeare , St. Germain as well as The Shadow, were sent back into the past time, 10.000 years before into Danu Talis—just before the great war broke. Here, they met another Elders such as Matreyu, Osiris, Isis, and Aten—the greatest rulers  of Danu Talis. In the fifth book also, readers finally could know who is Abraham the Mage, how he make the prophecies, and what was really happened in Danu Talis just before the island sunk down below the sea. Another spoiler that –just forgive me—I cant keep for my self in the fact that, as Abraham said himself, that the humani world as well as other Shadow Realm would never exist if Danu Talis have not sunk down to the sea.  There’s also a shocking truth awaiting Sophie and Josh when—together with Dee and Dare—gone back in time of ten thousand years ago. What is that? Just read yourself. You would also find who  is actually The Warlock? Clue: He was an oathbreaker.


Now the end is upon us and the twins
have vanished, gone back in time to the
Isle of Danu Talis, back ten thousand
years, back to where it all begins.…


PS: So sorry if I have written a spoiler, I just cant stand keeping this great story my self. So sorry 10.000 times! J      

          
Read more »

Rabu, 13 April 2011

Looking for Ward

Looking for Ward
Laurel Osterkamp
80 pages

31 hari menjelang hari pernikahannya, Chloe mendapat email dari Ward, tunangannya. Isinya bukan tentang rayuan atau kata-kata manis menjelang pernikahan, tapi justru tentang Ward yang memberi tahu Chloe bahwa ia akan pergi sementara waktu dan Ward meminta Chloe untuk tidak mencarinya. Singkat dan padat, tapi gak jelas apa alasannya.

Jelas Chloe kalang-kabut. Semua nyaris sudah siap, catering, gereja, bunga, baju pengantin, undangan sudah disebar. Tapi, Chloe sama sekali tidak punya bayangan apa yang terjadi dengan Ward. Padahal di hari terakhir mereka bertemu, semua masih baik-baik saja.

Ia harus menyembunyikan berita ini dari orang tuanya dan berpura-pura semua baik-baik saja. Tapi, rasa khawatir tidak bisa membuatnya untuk tidak bercerita dengan sahabatnya, Bethany. Bahkan ia mengontak Owen, sahabat Ward, yang selama ini hubungan Chloe dan Owen tidak terlalu baik.

Semakin lama, semakin banyak yang ternyata tidak Chloe ketahui tentang diri Ward. Ada banyak rahasia yang disembunyikan Ward selama bertahun-tahun. Dan, akhirnya Chloe pun harus mengambil keputusan apakah akan tetap melanjutkan pernikahannya dengan Ward atau tidak?

E-novella, begitu sebutan untuk novel ini. Percakapan sebagian besar dilakukan dalam bentuk e-mail. Ya, kesan gue sih sebenernya biasa aja. Terkesan ‘cuma’ email-emailan biasa antar teman. Yang bikin gregetan, memang mungkin pengen tau, kenapa sih tiba-tiba si Ward menghilang, apa alasannya, dan apakah di akhir cerita Ward akan muncul lagi kasih berbagai penjelasan, dan apakah Chloe bakal meneriman gitu aja kalau pun Ward muncul. Inilah e-book pertama yang berhasil gue tuntaskan,
Read more »