Tampilkan postingan dengan label kum-cer. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kum-cer. Tampilkan semua postingan

Kamis, 17 Mei 2012

Perkara Mengirim Senja



Perkara Mengirim Senja
Valiant Budi Yogi, Jia Effendi, M. Aan Mansyur, Lala Bohang, Putra Perdana, Sundea , Faiza Reza, Utami Diah, Mudin Em, Maradila Syachrida, Arnellis, Feby Indirani, Rita Achdris @ 2012
Lala Bohang (ilustrasi)
Penerbit Serambi - 2012
188 hal

Buku Perkara Mengirim Senja ini ditulis sebagai ‘tribute’ untuk Seno Gumira Adjidarma. Pertama gue mengenal karya beliau, waktu gue tiba-tiba melihat ada buku yang judulnya koq romantis banget – Senja untuk Pacarku. Akhirnya gue pun mendapatkan buku ini dari pacar gue :D (tapi gak dapet potongan senjanya… hehehe..)

Oke.. pertama baca… gak ngerti… tapi, cerpen Senja untuk Pacarku bisa bikin gue pengen baca buku SGA yang lain, akhirnya, gue pun membaca Negeri Senja. Cerita yang aneh menurut gue, tentang negeri yang dipimpin seorang perempuan (eh.. bener gak ya? Rada lupa nih), terus negerinya itu seperti selalu tertutup debu dan kabut. Cukup bisa dinikmati meskipun tetap aneh. Selanjutnya, meskipun gue membaca buku-buku beliau yang lain… tetap.. gak nyambung.. hehehehe…

Nah, saat Jia Effendi bolak-balik ‘promo’ di twitter-nya, mau gak mau gue pun tertarik. Seperti apa ke 14 penulis ini menginterpretasikan ulang karya-karya SGA. Awalnya sih, gue berharap akan membaca cerita yang lebih ‘segar’, yang lebih mudah dicerna untuk orang yang mungkin gak nangkep sama cerita-ceritanya SGA. Tapi.. awwww.. ternyata gak juga. Cerpen-cerpen dalam buku ada beberapa yang masih tetap ‘rumit’.

Valiant Budi Yogi (Vabyo) yang kalo baca bukunya atau twitter-nya rada ‘tengil’, suka becanda, di cerita Gadis Kembang jadi serius.

Jia Effendi menulis Perkara Mengirim Senja, tentang telemarketing senja. Cerpen ini cukup menggelitik gue. Hehehe.. kalo biasanya telemarketing nawarin kartu kredit, KTA – nah di sini senja yang dijual. Berminat?

Cerpen dengan judul terpanjang di buku ini – Selepas Membaca Sebuah Pertanyaan untuk Cinta, Alina menulis Dua Cerita Pendek Sambil Membayangkan Lelaki Bajingan yang Baru Meninggalkannya – jadi salah satu favorit gue. Dua cerpen – satu tentang suami yang bikin celana dalam besi untuk istrinya (hehehe.. gue jadi inget film Robin Hood: Men in Tights)  dan satu lagi tentang suami yang istrinya baru meninggal. 

Satu lagi yang jadi favorit gue adalah Empat Manusia – Faiza Reza – tentang cinta segi empat.

Sedangkan, Kirana Ketinggalan Kereta (Maradia Syahrida), adalah sebuah cerita yang berakhir ‘tragis’.

Yang unik dan juga menarik adalah Gadis Tidak Bernama (Theoresia Runthe), Guru Omong Kosong (Arnelis) dan Satu Sepatu, Dua Kecoak (Sundea).

Ma’af untuk cerpen Kuman (Lala Bohang), Ulang (Putra Perdana), Akulah Pendukungmu (Sundea), Saputangan Merah (Utami Diah K.), Senja dalam Pertemuan (Mudin Em), Surat ke-93 (Feby Indirani) dan Bahasa Sunyi (Rita Achdris)… karena gue gak (terlalu) mengerti dengan cerpen-cerpen ini. *peace*

Sebagian besar cerpen bercerita tentang perselingkuhan dan bernuansa muram. Dan sayangnya, gak semua penulis mencantumkan cerita SGA yang mana inspirasi untuk cerpen mereka. Mungkin kalo ada kata-kata ‘senja’, udah bisa hampir dipastikan kalo cerpen itu adalah interpertasi ulang dari ‘Sepotong Senja untuk Pacarku’, tapi kalo yang gak ada, bikin bingung. Karena mungkin pembaca buku ini belum tentu semuanya udah baca-baca buku SGA. Kalau pun udah baca, belum tentu hafal semua tokoh atau cerita-cerita SGA kan? *IMHO*

Ya sekianlah ‘pendapat’ gue tentang buku Perkara Mengirim Senja. Tapi ya… gara-gara baca buku ini, terpikir untuk mengumpulkan foto senja. Tapi sayang… untuk sementara senja yang gue liat terbatas pada senja di kantor dan di rumah aja .. :D
Read more »

Minggu, 11 September 2011

Di Antara Kebahagiaan, Cinta dan Perselingkuhan: 25 Cerpen Kahitna

Di Antara Kebahagiaan, Cinta dan Perselingkuhan: 25 Cerpen Kahitna
Kahitna dan Kawan-kawan @ 2011
GPU - 2011
173 Hal.

Lagu-lagu Kahitna rasanya sudah menemani gue dari jaman SMA dulu. Jaman-jamannya lagu ‘Cerita Cinta’ dan lagu-lagu lainnya yang sampai sekarang pun masih jadi favorit gue. Mendengar Kahitna akan mengeluarkan kumpulan cerpennya, gue jadi penasaran, seperti apa kalau lagu-lagu mereka ‘diterjemahkan’ ke dalam bentuk cerpen.

25 cerpen di dalam buku ini menandai usia Kahitna yang tahun ini berulang tahun ke 25. Dan ternyata tidak semuanya ditulis oleh personil Kahitna (seperti yang gue duga sebelumnya), tapi juga oleh beberapa teman-teman mereka.

Sebagian besar cerpen di dalam buku ini berkisah tentang kisah cinta yang tidak berakhir bahagia, tentang perselingkuhan dan orang ketiga. Beberapa kisah tentang kesetiaan, seperti tulisan Indra Brasco untuk Mona Ratuliu dalam ‘Tak Sebebas Merpati’

Satu yang berbeda adalah cerpen ‘Tak kan Terganti’, yang ternyata bukan mengisahkan tentang percintaan sepasang kekasih, tapi justru tentang kasih dan sosok seorang Ibu yang memang tak kan pernah terganti.

Entah kenapa, di beberapa cerita gue merasa kurang ‘nendang’, Bahasa-bahasanya sih puitis, tapi banyak yang ‘nanggung’.

Favorit gue adalah ‘Soulmate’ (Dhewi Bayu Larasati), Suami Terbaik (bikin gue terharu... hiks), Ngga Ngerti, Mantan Terindah (ketiganya oleh Yovie Widianto), sama satu tulisan Ersa Mayori – Merenda Kasih.
Read more »

Senin, 01 Agustus 2011

Madre

Madre
Dee (Dewi Lestari)
Penerbit Bentang – Juni 2011
162 hal.

Dee atau Dewi Lestari, adalah salah satu penulis Indonesia yang karya-karyanya selalu gue tunggu (hhmmm… sampai sekarang gue masih bertanya-tanya, kapan lanjutan Supernova akan terbit?). Gue nyaris punya dan nyari membaca semua karya Dee – cuma Rectorverso nih yang belom punya. Dan ketika Bentang Pustaka bolak-balik nge-tweet tentang Madre, gue langsung berpikir gue harus punya buku ini.

Buku ini berisi cerita pendek dan beberapa puisi karya Dee dari tahun 2006 – 2011. Buat gue, tulisan Dee selalu ‘unik’. Liat aja kisah Madre, sebuah cerita tentang (eks) took roti tua yang terkenal dengan rotinya yang khas. Tentang seorang pemuda yang tiba-tiba ‘ketiban’ wasiat setoples biang roti. Tentang took roti tua yang ‘tergeser’ karena kehadiran toko roti lain yang lebih modern. Cerita yang sempat membuat gue tersenyum-senyum.

Dari baca cerita ini, gue jadi berasa mencium bau roti yang baru matang (ups.. ini khayalan orang lagi puasa aja kaya’nya).

Tapi sayang, gue gak terlalu menikmati semua tulisan di buku ini. Hanya Madre dan Menunggu Layang-Layang yang jadi favorit gue. Sama satu puisi - Larutan Amonia (eh,.. bener gak ya judulnya?) - yang ditulis Dee ketika mengandung anak keduanya, Atisha. Gue jadi berharap andai gue bisa menulis sesuatu untuk Mika.
Read more »

Senin, 07 Maret 2011

1 Perempuan 14 Laki-Laki

1 Perempuan 14 Laki-Laki
Djenar Maesa Ayu @ 2010
GPU – Cet. 2, Pebruari 2011
140 Hal.

Kumpulan cerpen satu ini bisa dibilang unik – dan hasilnya adalah sebuah kolaborasi yang menarik. Djenar Maesa Ayu menulis 14 cerpen bersama dengan 14 sahabatnya, yang semuanya laki-laki. Proses penulisannya sendiri juga berbeda. Dalam setiap cerpen, secara bergantian Djenar menulis kalimat per kalimat. Agak ribet ya. Kalo kalimatnya gak nyambung gimana? Apa proses pindah-pindah itu selalu berjalan lancar? Menurut Djenar, gak jarang, mereka hanya bengong di depan notebook, mencari kalimat yang tepat untuk disambung dengan kalimat sebelumnya.

Ini bukan buku Djenar pertama yang gue baca. Tapi, rasanya, sampai sekarang gue belum mendapatkan ‘chemistry’ yang pas setiap baca buku beliau. Gak nyambung aja. Mungkin kalimatnya yang terlalu ‘sastra’ atau terlalu ‘canggih’ sampai gue kesulitan untuk mencernanya.

Dari 14 cerita itu, yang gue tangkap, semuanya bercerita tentang hubungan percintaan ‘gelap’, tentang perselingkuhan, seks, kasih tak sampai. Isinya sangat ‘dewasa’. Dan, nyaris semua gak bisa gue ‘cerna’ dengan baik. Hehehehe.. otak gue aja kali yang gak nyampe ya? Jangan salahkan penulis :)

Cerpen yang cukup mengena di gue, ada cerita: ‘Rembulan Ungu Kura Setra’ (ditulis bareng Sujiwo Tejo), ‘RA Kuadrat’ (ditulis bareng Lukman Sardi) dan ‘Balsem Lavender’ (ditulis bareng Butet Kartarejasa). Favorit gue sih yang terakhir, lucu khas Butet Kertarejasa.
Read more »

Senin, 09 Maret 2009

You Need a Good Lawyer to Set You Free form the Jail of Your Heart

You Need a Good Lawyer to Set You Free form the Jail of Your Heart
(Kumpulan Cerita Hukum)

Zara Zettira ZR & Blogger Indonesia
Rose Heart Publishing, Januari 2009
305 Hal.

Gue baru menyadari betapa panjang judul kumpulan cerita ini waktu udah di rumah. Yang membuat gue tertarik membeli buku ini adalah karena nama seorang Zara Zettira yang pernah jadi penulis favorit gue waktu masih baca majalah Gadis, lalu, kedua, hmmm… niatnya sih gue pengen ‘godain’ temen-temen gue yang jadi lawyer, karena kebetulan juga gue kerja di konsultan hukum.

Ada 18 cerita pendek dalam buku ini – yang kasusnya beragam, begitu pula dengan penyelesaiannya. Ada tentang pelecehan seksual, narkoba, pembunuhan, KDRT, penolakan terhadap perempuan PSK, dan lain-lain.

Ya, jujur gue gak terlalu bisa menulis komentar tentang kumpulan cerpen. Tapi secara keseluruhan, gue gak terlalu terkesan dengan kum-cer ini. Di buku ini, sebagian besar pengacara (yang rata-tara perempuan) adalah pengacara yang berhasil, kerja di kantor hukum ternama, kehidupannya udah mapan, dan aduh… kalo ngomong, kaya’nya susah banget ya, pake bahasa Indonesia. Terus, selalu menang dalam setiap kasus. Gue malah pengen menemukan sebuah cerita di mana si pengacara adalah pengacara baru, dari kantor hukum yang biasa-biasa aja, terus berjuang demi mendapat pengakuan dari orang-orang yang pernah mandang dia sebelan mata. Atau, pengacara yang ‘tersandung’ sedikit. Soalnya di buku ini, lawyer-nya rata-rata ‘lurus’ semua. Gimana ya, seandainya dibuat cerita pengacara yang idealis, tapi ternyata harus ‘tersandung’ masalah suap-menyuap? Hmmm… gue gak pinter nulis, jadinya gue hanya bisa kasih ide…

Zara Zettira-nya hanya menyumbang satu cerita. Cerita-cerita di sini juga banyak berakhir dengan buru-buru, terkadang juga rada bertele-tele. Gue malah gak sabar pengen menuntaskan buku ini. Gue berharap menemukan satu cerita yang special, tapi ternyata gak.

Udah ah.. gue koq jadi nyela melulu ya? Hehehe… Ma’ap…
Read more »