Tampilkan postingan dengan label The Bartimaeus Trilogy. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label The Bartimaeus Trilogy. Tampilkan semua postingan

Minggu, 30 September 2007

The Bartimaeus Trilogy # 3: Ptolemy’s Gate (Gerbang Ptolemy)

The Bartimaeus Trilogy # 3: Ptolemy’s Gate (Gerbang Ptolemy)
Jonathan Stroud
Poppy Damayanti Chusfani (Terj.)
GPU, September 2007
576 Hal.

Dalam ‘mewujudkan’ dirinya, Bartimaeus sering mengambil sosok seorang anak laki-laki Mesir, lengkap dengan rok pendeknya. Ternyata, sosok itu adalah anak laki-laki bernama Ptolemy, yang pernah menjadi master Bartimaeus yang dipanggil Rekhyt ketika itu. Hubungan mereka berdua tidak hanya sekedar master dan jin-nya, tapi lebih dari itu. Bartimaeus sangat menghormati Ptolemy, karena berbeda dengan master-masternya yang lain, Ptolemy tidak pernah menuntut. Bartimaeus pernah menyelamatkan nyawa Ptolemy dari usaha pembunuhan yang diperintahkan oleh saudara sepupunya.

Itu dulu… beberapa ribu tahun yang lalu, ketika energi Bartimaeus masih kuat. Sekarang, di bawah perintah Nathaniel yang tak ada habisnya, energi Bartimaeus terkuras habis. Bartimaeus sering jadi bulan-bulanan jin-jin lainnya. Jika dipaksakan maka Bartimaeus akan mati.

Sementara Nathaniel sudah menjadi Menteri Penerangan. Ia sibuk membuat poster propaganda mendukung perang dengan Amerika. Sudah punya rumah mewah dan asisten pribadi. Nathaniel menjadi salah satu dari tujuh orang yang menduduki jabatan penting di pemerintahan.

Kitty yang dianggap sudah mati oleh Nathaniel ketika menyelamatkannya dari Golem, ternyata masih hidup. Ia mengganti penampilannya, mengganti namanya dan bekerja sebagai asisten seorang penyihir, Mr. Button. Di rumah Mr. Button, Kitty yang dikenal sebagai Clara, belajar buku-buku yang biasa dibaca penyihir, bahkan Kitty belajar untuk melakukan pemanggilan jin. Selain bekerja dengan Mr. Button, Kitty juga menjadi pelayan di sebuah café commoner, The Fogg Inn. Di sini, nama Kitty bukan lagi Clara, tapi Lizzie. Di café ini, para commoner membahas berbagai hal untuk melawan penyihir.

Suatu hari, Quentin Makepeace, yang selama ini dikenal sebagai sutradara, melakukan sebuah pemanggilan yang aneh di mata Nathaniel. Selama ini Makepeace bukanlah orang yang dikenal cakap dalam keahlian sihir. Tapi, apa yang dilakukannya adalah sesuatu yang tidak wajar. ‘Korban’ percobaan itu adalah Nicholas Drew, teman Kitty di kelompok Resistance yang melarikan diri ketika mereka mencoba mencuri Makam Gladstone. Dari sinilah Nathaniel tahu kalau Kitty masih hidup.

Nathaniel pun mencari keberadaan Kitty. Dan ketika bertemu, mereka masih bersikap seperti musuh, dan ketika itu, Nathaniel terpaksa mengajak Kitty ke pertunjukkan theater yang diadakan Makepeace. Di sini, terjadi lagi keanehan. Ternyata, Makepeace merencanakan sebuah ‘kudeta’ menggulingkan pemerintahan yang ada. Para jin merasuki tubuh-tubuh para penyihir pengikut Makepeace. Keadaan kota London kacau-balau. Bartimaeus saat itu sedang ‘diistirahatkan’ Nathaniel.

Kitty dan Nathaniel yang tertangkap oleh Makepeace, bahu-membahu mencari jalan keluar untuk menyelamatkan diri dan juga kota London. Sementara Nathaniel mencari Tongkat Gladstone, Kitty melakukan hal seperti yang dilakukan Ptolemy, yaitu pergi ke Dunia Lain untuk ‘menjemput’ Bartimaeus.

Ending cerita trilogy ini ternyata ‘menguras’ emosi gue. Hiks..hiks.. akhir cerita yang keren banget. Kaya’nya semua emosi Bartimaeus, Nathaniel bahkan Kitty tumpah di sini. Merubah pandangan gue tentang Bartimaeus yang cuek, Nathaniel yang sombong dan Kitty yang keras hatinya. Hubungan antara jin dan penyihir yang ada antara Bartimaeus dan Nathaniel ternyata punya arti yang beda dibanding dengan yang lain. Dan gue jadi berpikir, jangan-jangan Nathaniel jatuh cinta lagi sama Kitty…

Tapi, sumpah… gue jadi sedih ‘berpisah’ sama Bartimaeus dan Nathaniel… mmmm… agak hiperbola sih, tapi, waktu baca Harry Potter terakhir, koq gue gak terlalu merasa kehilangan. Apa karena, gue udah bisa mengira-ngira ending-nya bakal seperti apa, ya? Karena toh, hanya ada dua pilihan, Harry Potter atau Voldemort yang mati. Sementara ini, bener-bener, tidak terbayangkan…
Read more »

Jumat, 14 September 2007

The Bartimaeus Trilogy # 2: The Golem’s Eye (Mata Golem)

The Bartimaeus Trilogy # 2: The Golem’s Eye (Mata Golem)
Jonathan Stroud
Poppy Damayanti Chusfani (Terj.)
GPU, Juli 2007
624 Hal.

Dua tahun berselang sejak kasus pencurian Amulet Samarkand yang berujung pada kematian Simon Lovelace, Nathaniel yang lebih dikenal dengan nama John Mandrake, bukan lagi bocah laki-laki ingusan yang dianggap sok tahu. Karena jasanya menyelamatkan Perdana Menteri Deveraux, Nathaniel mendapatkan pekerjaan sebagai asisten di Departemen Urusan Dalam Negeri, membantu master barunya, Jessica Withwell.

Karir Nathaniel di pemerintahan dipertaruhkan, karena adanya persaingan di dalam kubu pemerintahan sendiri. Nathaniel menghadapi tekanan untuk mengungkapkan kasus pencurian benda-benda sihir oleh kelompok Resistance. Karena, dukungan dari Perdana Menteri sendiri membuat banyak pihak-pihak yang iri dan ingin menjatuhkan Nathaniel.

Sementara itu, gerakan kelompok Resistance, yang terdiri dari para commoner yang memiliki kelebihan bisa bertahan terhadap serangan sihir dan kemampuan lainnya, membuat rencana besar untuk mempermalukan dan menjatuhkan pemerintahan. Mereka ini adalah kelompok orang-orang yang membenci para penyihir yang sok berkuasa. Mereka melakukan aksi pencurian benda-benda sihir. Salah satu anggota Resistance, adalah Kitty, gadis yan g pernah mencuri cermin pengintai Nathaniel.

Namun, ketika kasus kelompok Resistance sedang marak, muncullah kasus pengrusakan hebat terhadap tempat-tempat bersejarah di London. Pihak pemerintahan menuduh kelompok Resistance berada di balik peristiwa ini. Tekanan terhadap Nathaniel semakin hebat. Foliot, imp dan makhluk-makhluk lain yang diminta untuk memata-matai kejadian itu tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Kemampuan Nathaniel diragukan.

Dengan terpaksa, Nathaniel kembali memanggil Bartimaeus. Nathaniel merasa hanya jin itulah yang mampu membantunya dalam kasus ini. Aksi saling benci tapi rindu itu menjadi bumbu yang asyik dalam buku ini.

Kesimpulan Bartimaeus mengatakan bahwa perbuatan itu bukanlah perbuatan kelompok Resistance, melainkan perbuatan sebuah Golem. Nathaniel mendapat tugas untuk menyelediki masalah Golem ini sampai ke Praha.

Namun, tetap saja, Nathaniel dianggap tidak becus dan malah dituduh sebagai pengkhianat. Ditambah lagi, kasus pengrusakan terakhir yang sangat menggemparkan. Dan, Nathaniel pun bertemu kembali dengan Kitty Jones.

Gue semakin suka dengan buku ini, karena gak lagi berkutat pada Nathaniel yang terkesan tertutup, tapi juga pergolakan emosi dalam diri seorang commoner yang menaruh dendam pada para penyihir. Belum lagi, Bartimaeus yang sombong, yang selalu menganggap dirinya lebih tapi sebenernya juga penakut. Tapi, Bartimaeus, meskipun ia merasa seharusnya ‘tampil’ sebagai jin jahat, toh, diam-diam dia peduli sama masternya, Nathaniel dan punya rasa kasihan juga sama Kitty.

Sosok-sosok jin, foliot, imp atau makhluk apa pun yang ada di buku ini, yang harusnya menyeramkan malah digambarkan selalu dalam sosok yang konyol. Dan, kalo baca percakapannya si Bartimaeus, entah sama Nathaniel atau sama makhluk sesama jin, selalu bikin pengen ketawa gara-gara sikap sok tahunya itu.

Kaya’nya nih, Kitty Jones masih bakal ketemu lagi sama Nathaniel di buku ketiga.
Read more »

Kamis, 24 Mei 2007

The Bartimaeus Trilogy # 1: The Amulet of Samarkand

The Bartimaeus Trilogy # 1: The Amulet of Samarkand (Amulet Samarkand)
Jonathan Stroud
Poppy Damayanti Chusfani (Terj.)
GPU, Mei 2007
512 Hal.

Seorang anak yang berpotensi jadi penyihir, jika ia sudah cukup umur, maka keluarganya akan menyerahkan anak itu untuk diasuh oleh seorang penyihir senior atau yang akan disebut ‘Master’. Tapi, sejak anak itu diserahkan oleh keluarganya, maka hubungan dengan keluarga lamanya akan sama sekali terputus, bahkan ia harus melupakan nama lahirnya dan akan diberikan nama baru. Hal ini untuk menghindari terjadinya konflik-konflik yang dapat melemahkan si penyihir yang mungkin akan dimanfaatkan oleh para musuhnya.

Di usia yang baru 6 tahun, Nathaniel harus berpisah dengan orang tuanya yang tidak peduli dan langsung pergi setelah mengantarkan Nathaniel. Nathaniel pun diasuh oleh seorang penyihir yang bekerja di pemerintahan sebagai menteri, bernama Mr. Underwood. Nathaniel yang membisu seribu bahasa dalam perjalanan ke rumah Mr. Underwood, tersentuh oleh perhatian Mrs. Underwood pada dirinya dan membuatnya sangat menyayangi Mrs. Underwood.

Pendidikan sebagai penyihir berlangsung secara bertahap. Tapi, Mr. Underwood selalu bersikap meremehkan Nathaniel dan tidak menyadari bakat terpendam Nathaniel. Sebagai anak-anak, terkadang Nathaniel bersikap tidak sabar dengan pelajaran yang berjalan lamban.

Suatu hari, ketika Nathaniel berusia 10 tahun, ketika ada sebuah acara di rumah Mr. Underwood, Nathaniel diajak untuk bergabung. Sebagai penyihir pemula, ia tidak seharusnya ikut campur atas apa yang terjadi di dalam ruangan itu. Semua penyihir dalam ruangan itu hanya menganggap dirinya sebelah mata. Dalam keadaan terdesak, Nathaniel mengeluarkan kemampuan yang bisa dibilang cukup istimewa untuk seorang penyihir pemula. Namun, tentu saja kemampuannya belum sebanding dengan kemampuan yang dimiliki penyhiri senior, yang salah satunya bernama Simon Lovelace. Simon Lovelace mempermalukannya di depan umum, dan masternya, Mr. Underwood, tidak melakukan apa pun untuk membelanya.

Sejak saat itu, Nathaniel menaruh dendam pada Simon Lovelace dan berniat akan membalas perbuatannya. Diam-diam, Nathaniel mempelajari semua buku yang ada di perpustakaan Mr. Underwood. Hingga saat yang tepat tiba, Nathaniel pun memanggil jin yang sudah berusia lebih dari 5000 tahun, sebuah pemanggilan yang jauh melebihi kemampuan penyihir seusianya.

Jin itu bernama Bartimaeus, yang diberi tugas oleh Nathaniel untuk mencuri Amulet Samarkand dari tangan Simon Lovelace. Amulet Samarkand adalah sebuah bandul yang dapat menyerap semua kekuatan yang bisa menghindarkan si pemakainya dari berbagai bahaya dan serangan.

An amulet (from Latin amuletum; earliest extant use in Natural History [Pliny], meaning "an object that protects a person from trouble") or a talisman (from Arabic tilasm, ultimately from Greek telesma or from the Greek word "talein" which means "to initiate into the mysteries.") consists of any object intended to bring good luck and/or protection to its owner. Potential amulets include: gems or simple stones, statues, coins, drawings, pendants, rings, plants, animals, etc.; even words said in certain occasions—for example: vade retro satana—(Latin, "go back, Satan"), to repel evil or bad luck.

http://en.wikipedia.org/wiki/Amulet

Simon Lovelace sendiri mencuri Amulet Samarkand dari pemilik sebelumnya dengan tujuan untuk dipergunakannya dalam menggulingkan pemerintahan saat ini. Ia berambisi untuk menjadi Perdana Menteri dan sedang menyiapkan rencana besar untuk mewujudkan impiannya.

Tugas ini sangat berbahaya dan menyeret Nathaniel dan Bartimaeus ke dalam sebuah masalah yang besar. Meskipun pada awalnya tidak ada yang mencurigai bahwa Nathaniel-lah yang menjadi otak pencurian itu. Kecurigaan mengarah pada sebuah kelompok pemberontak yang disebut Resistance.

Bartimaeus harus menempuh perjalanan yang berbahaya untuk mengantarkan Amulet Samarkand kepada Nathaniel. Dan, ia pun sempat tertangkap dan bertemu dengan musuh-musuh lamanya.

Lain halnya dengan Nathaniel, perbuatan nekadnya ini membuatnya kehilangan masternya. Ia pun harus menghadapi berbagai ancaman yang bisa saja melenyapkan nyawanya.

Paling asyik adalah kalo baca ‘perjalanan’nya si Bartimaeus. Kaya’nya jin ini cerewet banget, kadang sombong, kadang gengsi, kadang sok pinter, suka ngelawan, tapi terpaksa nurut sama Nathaniel, kalo nggak dia bakalan terperangkap di dalam sebuah kotak di dasar sungai Thames.

Sementara itu, Nathaniel, jenis anak yang serius, kaya’nya hampir gak pernah dia ceria atau senyum. Jenis anak yang dikira biasa-biasa aja, tapi ternyata menyimpan potensi yang besar.
Read more »