Tampilkan postingan dengan label His Dark Materials. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label His Dark Materials. Tampilkan semua postingan

Rabu, 21 Maret 2007

The Amber Spyglass (Teropong Cahaya)

The Amber Spyglass (Teropong Cahaya)
Philip Pullman
B. Sendra Tanuwidjaja (Terj.)
GPU, Februari 2007
624 Hal.

Will akhirnya bertemu dengan ayahnya, John Parry, yang menghilang setelah sekian lama. Tapi, di pertemuan itu pun, Will harus menyaksikan ayahnya meninggal dunia, ‘dibunuh’ oleh penyihir yang sakit hati karena cintanya tak berbalas. Will membawa pesan terakhir dari ayahnya, bahwa ia harus menyerahkan pisau gaib kepada Lord Asriel.

Tapi… ketika Will kembali ke tempat ia dan Lyra beristirahat di bawah pengawasan para penyihir, ternyata Lyra sudah lenyap. Will pun bingung… bagaimana ia bisa mencari Lord Asriel kalau Lyra tidak ada? Hanya ada ransel kecil Lyra yang berisi alethiometer tertinggal di sana.

Sementara itu, Lyra berada di sebuah gua dalam keadaan tertidur. Mrs. Coulter-lah yang ternyata sudah ‘menculik’ Lyra. Kepada penduduk desa setempat, Mrs. Coulter sebagai petapa yang sedang merawat anaknya. Dalam tidurnya, Lyra bermimpi bertemu dengan Roger yang meminta pertolongannya.

Dibantu dua malaikat, Balthamos dan Baruch, Will mencari keberadaan Lyra. Di tengah perjalanan, Will bertemu dengan Iorek Brykinson, beruang baju besi sahabat Lyra. Akhirnya, Will bisa menemukan Lyra dan menyadarkan Lyra dari tidur panjangnya. Mrs. Coulter berhasil dilumpuhkan dengan racun oleh dua orang Gallivespia, Chevalier Tiallys dan Lady Salmakia. Mereka bertubuh mungil, tapi merupakan prajurit yang sikapnya cenderung sombong. Mereka juga adalah mata-mata Lord Asriel.

Di saat yang sama, semua terasa sibuk… Lord Asriel sibuk di bentengnya, mengatur rencana untuk mengambil Lyra dari Mrs. Coulter. Sementara itu, Mary Malone, ilmuwan dari dunia Will, juga mencari Lyra dan malah mendapati dirinya berada di dunia yang aneh, yang penuh dengan makhluk-makhluk beroda. Lalu, adalagi Pater Gomez yang bertugas membunuh Lyra.

Setelah bebas, Will dan Lyra tidak mau mengikuti Tiallys dan Salmakia menemui Lord Asriel. Mereka punya rencana sendiri. Lyra ingin Will membuka jendela ke dunia kematian. Lyra ingin bertemu Roger seperti yang ia janjikan dalam mimpinya.

Ketika berhasil menemukan dunia kematian, Lyra terpaksa harus meninggalkan Pantalaimon, karena tidak ada dæmon yang boleh ikut ke dunia kematian, dan tidak ada jaminan bagi Lyra, Will dan dua orang Gallivespia itu bisa keluar dari dunia kematian.

Bagian ketika Will dan Lyra berada di dunia kematian, adalah bagian yang paling mencekam. Mereka berada di tempat yang sepi, suram dan bertemu arwah-arwah yang bertatapan kosong dan tak bahagia. Lyra berhasil bertemu kembali dengan Roger, dan Will bertemu dengan ayahnya. Lyra dan Will membimbing arwah-arwah untuk keluar dari dunia kematian, bukan untuk hidup lagi, tapi untuk mati dengan cara yang lebih membuat mereka bahagia.

Sementara di dunia nyata, terjadi pertempuran antara Lord Asriel melawan Metatron. Mrs. Coulter mengorbankan dirinya, bekerja sama dengan Lord Asriel. Kadang, membingungkan menebak-nebak sifat dan karakter Lord Asriel dan Mrs. Coulter, siapa yang jahat, siapa yang baik. Bener gak Mrs. Coulter sayang sama Lyra? Atau Lord Asriel sama Mrs. Coulter tuh, masih suka-sukaan gak sih?

Cerita ini juga gak luput dari bagian yang romantis. Ternyata, ketika Will dan Lyra keluar dari dunia kematian dan berada di dunia tempat di mana Mary Malon berada bersama Mulefe-mulefa, mereka berdua menyadari, setelah sekian lama saling menjaga, bahwa mereka jatuh cinta. Dan, tentu saja sangat menyakitkan ketika semua harus kembali ke dunia masing-masing.

Bagian yang paling menarik di buku ketiga ini, adalah bagian ketika ada di dunia kematian. Seremmm… dan bikin merinding. Tapi, entah kenapa, gue males banget baca bagian Mary Malone dan mulefa-mulefa-nya itu, sedikit membosankan buat gue. Tokoh favorit gue di buku ketiga ini adalah pasangan Chevalier Tiallys dan Lady Salmakia - kecil, mungil, imut-imut, tapi galak and sombong.
Read more »

Sabtu, 10 Maret 2007

The Subtle Knife (Pisau Gaib)

The Subtle Knife (Pisau Gaib)
Philip Pullman
B. Sandra Tanuwidjaja (Terj.)
GPU, Januari 2007
408 Hal.

Will dan Ibunya hidup dalam ketakutan akan orang-orang yang selalu mengejar mereka dan mengobrak-abrik rumah mereka. Entah apa yang dicari orang-orang itu, pastilah sesuatu yang berharga, yang mungkin berhubungan dengan ayah Will yang hilang sejak ia masih bayi. Suatu hari, Will menyembunyikan ibunya di rumah seorang wanita yang dapat ia percaya, dan ia pun memulai misinya untuk mencari ayahnya yang menurut cerita ibunya adalah seorang penjelajah. Ketika ia kembali ke rumahnya mengambil barang berharga itu, tanpa sengaja ia membuat salah seorang pengejarnya terbunuh. Sejak saat itu, ia menganggap dirinya adalah seorang pembunuh. Will pun lari menghindari pengejar yang lain. Dalam pelariannya ia menemukan sebuah celah seperti jendela yang ternyata membuatnya masuk ke dunia lain.

Cittágazze, nama dunia lain itu. Dunia ini begitu sepi dan mencekam, nyaris tanpa penghuni dan kehidupan. Yang ada di dunia ini adalah anak-anak. Dunia ini dibayang-bayangi Spectre yang menghisap jiwa manusia. Oleh karena itu, hanya ada anak-anak yang tinggal di sana, karena para orang dewasa sebagian besar sudah melarikan diri atau sudah ‘mati’ terhisap Spectre.

Di Cittágazze ini pula, Will bertemu dengan Lyra dan Pantalaimon, yang ternyata masuk ke dunia ini melalui jembatan yang dibuat ayahnya, Lord Asriel. Lyra masih dalam misi mencari apa itu Debu. Mereka pun belajar untuk saling menyesuaikan diri dan menghormati misi mereka masing-masing.

Sementara itu, di Cittágazze, ada sebuah menara yang disebut Torre degli Angelil, yang diduga menyimpan sebuah pisau ajaib yang bisa membuka jendela ke berbagai dunia, pisau ini juga dipercaya bisa membunuh Spectre. Oleh karena itu, anak-anak yang masih tinggal di Cittágazze begitu beringas ketika mengetahui pisau ajaib tersebuh berhasil dikuasai Will. Mereka tidak segan-segan untuk mencoba membunuh Will dan Lyra.

Berbagai kesulitan menerpa Will dan Lyra. Jari-jari Will yang terputus ketika bertarung untuk merebut pisau ajaib, lalu Lyra yang kehilangan alethiometernya. Belum lagi ancaman Mrs. Coulter yang masih berambisi untuk merebut alethiometer dari Lyra.

Cerita semakin menegangkan dan semakin kompleks. Perubahan watak Lyra tampak dari sikapnya yang semakin bertanggung jawab dan lebih bisa menahan diri dan emosinya. Tapi, siapa sebenarnya Will? Kenapa Will yang harus menerima takdir sebagai ‘pembawa pisau gaib’ yang berbahaya itu?

Sementara itu, beberapa tokoh dari buku pertama, The Golden Compass, mempunyai misi masing-masing yang membuat mereka terpisah dan berjalan sendiri-sendiri. Seperti penyihir Serafina Perkalla, merasa bertanggung jawab untuk mencari dan melindungi Lyra, lalu, Lee Scorebsy memuaskan rasa penasarannya untuk mencari keberadaan Stanislaus Grumman yang diduga masih hidup . Sementara itu, Mrs. Coulter masih tetap menyusun rencana jahat untuk berkuasa.

Read more »

Minggu, 25 Februari 2007

The Golden Compass (Kompas Emas)

The Golden Compass (Kompas Emas)
Phillip Pullman
B. Sendra Tanuwidjaja (Terj.)
GPU, November 2006
488 Hal.

Lyra Belacqua tinggal di Akademi Jordan. Dia tidak tahu siapa keluarganya. Yang dia tahu, Lyra diasuh di Akademi Jordan, tempat para Cendikiawan. Lyra hanya tahu bahwa dia memiliki seorang paman, yaitu Lord Asriel. Lyra mempunyai dæmon bernama Pantalaimon. Dæmon bisa dibilang seperti binatang peliharaan… atau lebih dari itu… pelayan? Soulmate?. Setiap orang mempunyai dæmon. Ketika seseorang masih kecil, dæmon mereka belum mempunyai bentuk tetap, bisa berubah-ubah, kadang bisa jadi tikus, bisa jadi macan tutul atau cerpelai. Ketika dewasa, dæmon memiliki bentuk tetap, yang menunjukkan sifat pemiliknya. Dæmon dan pemiliknya tidak bisa dipisahkan dalam jarak yang jauh. Mereka harus selalu berdekatan. Jika mereka berpisah dengan dæmon, maka mereka akan merasakan kerinduan dan kesedihan yang sangat mendalam pada dæmon mereka. Seseorang yang tidak memiliki dæmon, akan jadi sangat mengerikan, seperti mayat hidup, seperti ‘terpenggal’. Jika mereka meninggal, maka mereka akan dikubur bersama dæmon mereka.

Lyra gemar bertualang. Ia dan temannya, Roger, menjelajah seluruh isi Akademi Oxford. Bahkan ia sering bermain dan bertengkar dengan orang-orang Gipsi. Suatu ketika, banyak anak-anak kecil menghilang. Gosip beredar, mereka diambil para Pelahap. Kehilangan mereka berhubungan dengan isu Debu.

Dan ketika Roger ikut menghilang, Lyra tidak tinggal diam. Ia bertekat mencari di mana Roger berada. Tapi, belum sempat Lyra mengadakan penyelidikan, datanglah seorang Cendikiawan wanita bernama Mrs. Coulter dengan dæmon-nya monyet emas. Lyra begitu mengagumi Mrs. Coulter, meskipun Pantalaimon curiga dengan monyet emas itu. Ketika Mrs. Coulter mengajak Lyra tinggal bersamanya, Lyra senang sekali. Sebelum pergi ke rumah Mrs. Coulter, Lyra dibekali sebuah alethiometer oleh Master Akademi. Alethiometer adalah sebuah alat yang bisa memberi petunjuk sebuah kebenaran.

Lyra pun tinggal di rumah Mrs. Coulter, di mana tempatnya begitu mewah dan berkelas. Lyra bagai dimanja oleh Mrs. Coulter. Tapi, itu sebelum Lyra mengetahui sebuah kebenaran tentang Mrs. Coulter.

Lyra kabur dari rumah Mrs. Coulter ketika sedang berlangsung pesta di rumah itu. Tapi, Lyra yang sempat tidak tahu tujuan, diselamatkan oleh keluarga Gipsi. Lyra menjadi salah satu anak yang paling diburu oleh para polisi.

Ketika Lyra tahu ada anak-anak Gipsi yang juga menghilang, Lyra mengajak orang-orang Gipsi untuk mau membantunya menyelamatkan anak-anak yang diambil para Pelahap, sekaligus menyelamatkan Lord Asriel yang ditawan dan dijaga oleh beruang berbaju besi.

Lyra menjadi satu-satunya perempuan yang ikut ekspedisi ke Utara. Dalam ekspedisi ini, Lyra ikut bersama pemimpin orang-orang Gipsi, yaitu Lord Faa dan Farder Coram. Mereka juga dibantu oleh beruang besi yang terbuang dari kaumnya, Iorek Byrnison. Tapi, dalam sebuah pertempuran, Lyra tertangkap. Bukan hanya sekali… tapi dua kali… dan ketika ia berhasil bebas dan bertemu Lord Asriel, Lyra harus menerima sebuah kenyataan yang menyakitkan…

Awalnya cerita ini sempat membosankan. Persis seperti gambaran Lyra tentang kehidupan di Akademi Jordan yang banyak aturannya. Tapi, begitu memasuki bagian ketika orang-orang Gipsi mempersiapkan ekspedisi ke Utara, mulai terasa ketegangannya, dan semakin menarik untuk diikuti.

The Golden Compass adalah bagian pertama dari Trilogi His Dark Materials. Dunia dalam kisah ini terbagi tiga, pada bagian pertama adalah sebuah dunia yang mirip dengan dunia kita, tapi berbeda dalam berbagai hal. Sehingga kalau kita baca buku bagian pertama ini, kita akan merasa dunia mereka sama dengan dunia kita. Sedangkan di buku kedua, yaitu The Subtle Knife (Pisau Gaib), cerita terbagi dalam tiga dunia, yaitu dunia yang ada di The Golden Compass, lalu dunia yang kita kenal dan dunia ketiga yang berbeda dari dunia kita dalam banyak hal. Lalu di bagian terakhir dari trilogy ini, The Amber Spyglass, cerita akan berpindah-pindah di antara beberapa dunia.

The Golden Compass sudah dibuat filmnya dan dibintangi oleh Nicole Kidman (sebagai Mrs. Coulter), Daniel Craig (Lord Asriel) dan Dakota Blue Richards (Lyra).
Read more »