Senin, 28 Februari 2011

Seribu Sujud Seribu Masjid

No. 252
Judul : Seribu Sujud Seribu Masjid
Penulis : Tandi Skober
Penerbit : Salsabila Kautsar Utama
Cetakan : I, November 2010
Tebal : 275 hlm

Jika membaca judulnya “Seribu Sujud Seribu Masjid” tentunya kita akan langsung menduga bahwa ini adalah novel bernuansa religi. Betul, tapi tak hanya itu saja karena dalam novel ini pembaca juga akan diajak masuk dalam nuansa politik, intrik, romantisme, dan humor yang dikemas sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah novel religi yang tak hanya berisi dakwah saja namun memiliki latar kisah yang menarik untuk disimak hingga lembar terakhir novel ini.

Di bab-bab pertama novel ini penulis mengajak kita untuk kembali ke tahun 65 di wilayah Sekober, Indramayu, ketika gonjang-ganjing politik melanda seluruh negeri ini. Dikisahkan Kasdi dan Zum dibesarkan di daerah pesisir Sekober, Indramayu. Zum adalah anak gundik Bah Ceh Nong, tokoh PKI di Sekober. Kasdi adalah anak seorang seniman Tarling yang bernama Camang. Kedua anak itu bersahabat dengan akrab.

Ketika prahara politik merembet hingga ke wilayah Sekober, nasib merekapun berubah drastis. Bah Ceh Nong ditemukan mati mengambang di sungai Cimanuk. Tuduhannya sudah jelas karena ia adalah tokoh PKI di Sekober yang pantas dihukum mati tanpa harus diadili terlebih dahulu. Sedangkan Camang yang bekerja sebagai pembantu di rumah Bah Ceh Nong dicurigai sebagai salah satu antek PKI. Walau Camang selalu mengatakan bahwa ia adalah muslim dan sudah disunat pada para tentaranya namun ia tak luput dari hukuman. Saat hendak dieksekusi, Camang selamat, melarikan diri, menggelandang dari masjid ke masjid. Semenjak itu Camang tak pernah lagi bertemu dengan anaknya, Kasdi.

Anak-anak Bah Ceh Nong dan Camang bertahan dalam menjalani kerasnya kehidupan. Zum menjadi penari dombret, pelacur, hingga akhirnya menjadi pencopet. Kasdi ikut menjadi pencopet bersama Zum dan Zaki, kawannya. Sementara Zum dan Zaki masih berada dalam dunia hitam, Kasdi pensiun menjadi copet untuk berjualan bandros. Ia tinggal di surau peninggalan kakeknya. Kasdi percaya bahwa suatu saat ayahnya akan pulang dan sujud di surau itu.

Di Surau peninggalan kakeknya itulah Kasdi bertemu dengan Priadi, lelaki senja yang menhantarnya agar lebih dekat pada Tuhan. Mereka berdua tak henti-hentinya mengajak orang-orang yang lewat surau tersebut untuk menepi dan sholat. Tak banyak yang tertarik pada ajakan mereka berdua kecuali Bana, anak preman dan Cipto mantan pejabat dan pengusaha kaya yang bertobat dan menyerahkan sisa hartanya sebesar 100 jt rupiah pada Kasdi sebagai uang kost di surau milik kakek Kasdi sekaligus biaya penguburannya jika ia meninggal dunia nanti.

Kasdi, Bana dan Cipto menjadi tiga sekawan yang menempuh jalan Allah, mereka tinggal bersama di surau sambil mempertebal iman dan berdakwah secara sederhana dibawah bimbingan Priadi. Walau Kadi telah mengantongi uang sebesar 100 juta kehidupan mereka bertiga tetap bersahaja dan damai hingga akhirnya Zaki, kawan lama Kasdi yang kini telah menjadi konglomerat berniat untuk membeli tanah Surau tersebut.

Melalui Zum yang sebenarnya mencintai Kasdi, Zaki mencoba membujuk Kasdi untuk menjual surau tersebut. Zaki berani membeli suaru tersebut seharga 500 juta rupiah untuk dijadikan mall dan stasiun televisi global. Disinilah konflik terjadi. Gagal dengan iming-iming uang, Zaki dan Zum bersekongkol mencari cara lain yang diperkirakan akan ampuh meluluhkan Kasdi untuk menjual surau tersebut. Kasdi memerintahkan Zum untuk berpura-pura menjadi wanita muslimah yang soleh agar Kasdi jatuh cinta pada Zum dan merelakan surau peninggalan kakeknya jatuh ke tangan Zaki.

Kisah di novel ini seberarnya sederhana saja, namun penulisnya mampu membuat kisah sederhana ini menjadi menarik. Penulis tampak piawai dalam mendeskripsikan kisahnya ini dengan detail dan filmis sehingga ketika saya membaca novel ini saya merasa sedang menonton sebuah film dalam imajinasi saya.

Tokoh-tokohnya memiliki latar belakang yang berbeda-beda sehingga membuat novel ini menjadi lebih berwarna dan pembaca diberi kesempatan untuk melihat bagaimana masing-masing tokoh ini menyikapi persoalan hidupnya. Umumnya semua tokoh dalam novel ini berusaha mencari jati diri mereka sehingga bisa dikatakan ini adalah kisah tentang perjalanan spiritual manusia dalam mencari jati dirinya.

Bagi saya pribadi bagian yang paling menarik di novel ini adalah di bab-bab awal saat kisah bergulir di tahun 65 ketika huru-hara politik melanda wilayah Sekober. Di bagian ini pembaca diajak melihat bagaimana dan apa yang dirasakan rakyat kecil akibat kekisruhan yang dilakukan para elit politik negeri ini. Selain itu terungkap juga bagaimana kelamnya suasana saat itu, terlebih saat Camang ditangkap dan hendak dieksekusi oleh para tentara. Bagi saya bagian ini merupakan bagian yang sulit terlupakan.

Sayang ketika cerita beralih ke masa kini, kisah-kisah di masa lalu ini tak disinggung lagi sehingga seolah kisah di bagian-bagian awal novel ini menjadi kisah tersendiri dan terlepas begitu saja . Tentunya akan lebih menarik jika kilasan-kilasan masa lalu Kasdi dan Zum ditampilkan kembali sehingga benang merah antara kisah masa kecil Kasdi dan Zum ini tampak terlihat lebih jelas lagi.

Terlepas dari itu secara keseluruhan saya rasa novel ini menarik untuk dibaca. Sebagai novel religi tentunya novel ini mengandung banyak sekali dengan pesan-pesan keagamaan namun penulis mengemasnya dalam dialog-dialog yang segar dan lucu sehingga pembaca tak merasa digurui oleh penulisnya.

Bagi saya ini novel religi islami yang pertama kali saya baca. Walau bukan seorang muslim saya tak merasa kesulitan dalam memahami dan memaknai pesan-pesan moral yang hendak disampaikan penulisnya. Bagi saya nilai-nilai religi islami yang tertuang dalam novel ini sangat universal dan bisa dipahami dan dimaknai oleh semua pembaca tanpa harus terbatasi oleh sekat-sekat agama.

@htanzil
Read more »

Minggu, 27 Februari 2011

Habibie & Ainun

Habibie & Ainun
Bacharuddin Jusuf Habibie @ 2010
THC Mandiri – 2010
323 Hal.

48 tahun 10 hari, waktu yang sangat panjang dalam sebuah pernikahan. Hal yang sangat sulit, ketika harus kehilangan pasangan yang mendampingi kita dalam kurun waktu yang sangat lama. Bukan gue sok tau, ya, tapi, putus sama pacar aja, kadang butuh waktu lama untuk recovery perasaan.

Buku ini mengisahkan perjalanan hidup pasangan BJ Habibie dan Ibu Ainun Habibie. Tapi, jangan bayangkan ini sebuah kisah cinta yang romantis. BJ Habibie yang baru pulang dari Jerman, ‘terpesona’ dengan Ibu Ainun, yang padahal dulunya seperti gula jawa (alias item kali ya…), tapi sudah ‘menjelma’ menjadi gadis yang cantik dan anggun.

Percintaan mereka berlangsung kilat. Dalam liburan Pak Habibie yang singkat, mereka bertunangan dan menikah. Untuk selanjutnya, Ibu Ainun diboyong ke Jerman. Di Jerman sendiri, kehidupan mereka belum stabil, kondisi perekenomian mereka masih sangat sederhana. Meskipun pelan-pelan akhirnya mulai meningkat.

Sebagai putra bangsa yang sangat berbakti, atas permintaan Presiden Soeharto, Pak Habibie dan keluarga kembali ke Indonesia. Mencoba merintis cita-cita untuk mempersembahkan hadiah ulang tahun ke 50 untuk Indonesia yaitu sebuah pesawat terbang pertama hasil karya putra-putri Indonesia.

Selama Habibie bertugas, Ibu Ainun selalu setia mendampingi. Dengan senyum dan matanya yang meneduhkan, senantiasa membuat Pak Habibie semangat dalam bertugas.

Mungkin gak banyak yang diceritakan di sini, bagaimana pasang-surut dalam kehidupan rumah tangga mereka. Memang sih, di awal diceritain gimana waktu mereka baru menikah, tapi setelah itu, selebihnya lebih banyak bercerita tentang kiprah BJ Habibie hingga akhirnya beliau menjadi Menristek, kemudian Wapres sampai akhirnya jadi Presiden. Terasa begitu ‘pribadi’ karena Pak Habibie juga bercerita apa yang beliau rasakan. Bahkan ketegasan beliau ketika berhadapan dengan Presiden Soeharto sekali pun.

Di beberapa bab terakhir, baru kembali diceritakan bagaimana ketika Ibu Ainun mulai sakit dan harus dirawat di Jerman karena kondisi cuaca khatulistiwa tidak cocok untuk kesehatan beliau. Dan, BJ Habibie terus mendampingi ibu Ainun hingga tempat peristirahatan terakhir - sebagaiman ibu Ainun mendampingi BJ Habibie dalam tugasnya.

Bagian-bagian akhir memang bagian yang paling menyentuh, di mana justru rasa cinta di antara mereka lebih terlihat dan begitu mendalam. Alur penuturan yang lamban (dan mungkin kalo dipikir-pikir, gak ada hubungannya sama ‘kisah cinta’ mereka berdua), tapi toh, tetap saja, buku ini memberi inspirasi.

Membaca buku ini, rasanya gak ada tuh yang namanya ‘gonjang-ganjing’ dalam pernikahan. Yang ada justru sebuah rumah tangga yang seimbang, saling menghormati dan sama-sama menikmati peran mereka masing-masing dalam rumah tangga. Betapa Pak Habibie yang dalam kesibukannya selalu diingatkan oleh istrinya, dan betapa Pak Habibie begitu menghargai dan mencintai Ibu Ainun.

Ahhh.. such a beautiful love story…
Read more »

Jumat, 25 Februari 2011

Organizing the Bookcase

Hmmm...aku pikir video yang satu ini sangat lucu dan menyenangkan. Dan, ya ampun, berapa lama mereka harus menyusun buku-buku itu???
Read more »

Kamis, 24 Februari 2011

The Memory Keeper's Daughter

The Memory Keeper's Daughter
Kim Edwards @ 2005
Penguin Books
513 pages

Di malam yang bersalju, ketika orang lain sedang menghangatkan diri di rumah, David Henry harus membawa istrinya ke rumah sakit karena waktu persalinan datang lebih cepat. Dokter yang membantu persalinan terjebak badai salju, sehingga David, yang seorang dokter bedah tulang, yang akhirnya menangani persalinan Norah.

Di awal persalinan berjalan dengan lancar, lahirlah seorang bayi laki-laki yang diberi nama Paul. Tapi, selang beberapa detik, Norah mengalami kontraksi lagi. Dalam keadaan yang sudah lemah, akhirnya Norah dibius, setelah melahirkan bayi perempuan. Ternyata, Norah selama ini mengandung anak kembar. Maklum, masih tahun 1960an, jadi mungkin belum ada tuh teknologi USG. Berbeda dengan saudara kembarnya, Paul, bayi perempuan yang diberi nama Phoebe ini langsung terlihat ‘berbeda’. Phoebe ternyata memiliki Down Syndrome. Seketika itu juga, David langsung memutuskan untuk memberikan Phoebe ke Caroline Gill, perawat yang membantu persalinan Norah, dan meminta Caroline untuk membawa Phoebe ke sebuah tempat perawatan. Sementara, kemudian, David memberi tahu Norah, bahwa ia melahirkan bayi kembar, tapi sayangnya, bayi itu meninggal ketika dilahirkan.

Yang tidak diketahui David sesudahnya, adalah Caroline memutuskan untuk merawat dan membesarkan Phoebe, segera setelah ia melihat betapa tidak layaknya tempat perawatan itu. Caroline pindah ke kota lain, menjalani hidup bersama Phoebe. Berjuang agar Phoebe diberi kesempatan layaknya anak-anak normal lainnya.

Sementara itu, kehidupan keluarga David Henry sendiri berubah. Masing-masing anggota keluarga seolah hidup dalam dunia lain. David tenggelam dalam rasa bersalahnya, dan Norah hidup dalam kesedihan atas kematian anak perempuannya. Dan Paul akhirnya mendapati ibunya berselingkuh dan ayahnya semakin menjauh dari diri mereka, terkadang sedikit memaksakan masa depan Paul. Dari luar, mereka tampak seperti keluarga bahagia.

Keputusan David untuk menjauhkan Phoebe didasari atas pengalaman pribadinya, saat ia memiliki seorang kakak yang memiliki kelainan jantung dan akhirnya meninggal dalam usia muda. Ibunya tidak pernah lepas dari masa berkabung yang berkepanjangan.

Buku ini gue beli tahun 2007 (!) dan baru akhirnya tuntas gue baca sekarang. Ada bagusnya juga jarang beli buku, ‘memaksa’ gue untuk membongkar lemari buku dan mencari buku yang belum gue baca.

Ok, kembali ke bukunya sendiri. Membaca buku ini, serasa menonton sebuah film drama keluarga. Cerita yang terpapar secara kontinyu, sejak Paul dan Phoebe masih bayi sampai akhirnya mereka dewasa dan tentang kegelisahan yang berbeda yang dirasakan David, Norah dan Caroline melihat anak-anak mereka tumbuh dewasa. Belum lagi tentang pergulatan batin mereka melawan rasa bersalah dalam diri mereka sendiri. Banyak rahasia yang disimpan, yang ingin diungkapkan, tapi takut bakal menyakiti yang lain. Harus sedikit bersabar membaca buku ini kalau memang gak terlalu suka yang berbau-bau drama.
Ow, ternyata buku ini udah ada film-nya juga.
Read more »

Rabu, 23 Februari 2011

City of Ember

Saat ini,kita sepantasnyalah bersyukur pada apa yang telah kita peroleh sebagai makhluk penghuni bumi. Kita mengenal matahari yang selalu memancarkan cahayanya sepanjang siang. Kita juga bahkan mengenal hujan yang tercurah dari langit dan membasahi permukaan bumi. Semua itu dapat kita rasakan. Alam masih memberi kita kesempatan dan sepatutnyalah kita selalu bersyukur akan hal itu.

Kenapa begitu?bayangkanlah bagaimana jika kita adalah salah satu bagian dari masyarakat kota Ember. Kota yang diliputi kegelapan. Masyarakat kota Ember tidak mengenal adanya matahari maupun hujan melainkan hanya kegelapan pekat yang melingkupi mereka sepanjang hari, sepanjang tahun, bahkan sepanjang hidup mereka. Kalaupun ada cahaya, itu hanyalah dari pendar-pendar bohlam yang dialiri dari arus listrik yang ada. Tidak ada juga  hujan yang membasahi tanah mereka. Mereka mengenal air dari saluran pipa, tapi belum sekalipun merasakan ada tetes-tetes hujan jatuh dari langit pekat di atas mereka.

Kota Ember terletak jauh di bawah tanah. Yang mereka tahu, kota itu adalah bangunan yang didirikan para pembangun untuk mereka dan di sanalah mereka lahir, besar,dan meninggal. Sebuah kota dibawah lapisan tanah dan bebatuan. Tak ada yang menyesali mengapa mereka harus ada di sana, karena mereka tak pernah tahu ada tempat lain yang lebih bercahaya selain di sana.

Masalah timbul ketika kehidupan nyaman mereka mulai terusik. Sumber listrik yang dihasilkan generator  para pembangun  mulai mengalami kerusakan dan mereka sama sekali tidak tahu bagaimana memperbaikinya. Hal ini mengganggu roda kehidupan masyarakat kota Ember yang kemudian diperparah oleh persediaan berbagai bahan pangan, sandang ,dan obat-obatan yang ada di gudang kota mulai menipis. Masyarakat Ember mulai resah. Keadaan ini seolah menjadi tanda-tanda kiamat bagi mereka. Hidup mereka akan segera berakhir kalau mereka tidak bisa keluar dari keadaan itu.

Keresahan ini jugalah yang turut dirasakan oleh remaja belia Lina Mayfleet dan Doon Harrow. Keduanya adalah remaja-remaja yang tak bisa berdiam diri dengan keadaan ini. Keingintahuan dan harapan mereka untuk menemukan kota baru diluar sana membawa mereka ke arah titik terang untuk keluar dari kegelapan. Apalagi Lina ternyata menemukan sebuah petunjuk rahasia dari dalam sebuah peti yang sudah tersimpan lama di lemari baju di rumahnya. Petunjuk rahasia yang sayangnya terpotong-potong akibat ulah adiknya--poppy--menyebabkan mereka berdua harus berjuang memecahkan pesan rahasia itu. 

Namun, disaat Lina dan Doon tengah berjuang memecahkan petunjuk itu, mereka menemukan fakta yang mengejutkan bahwa walikota selama ini telah mengkhianati masyarakat kota Ember dengan menyelundupkan semua bahan-bahan yang ada di gudang. Mereka pun mencoba memberitahu kepada para penjaga kota untuk segera menangkap walikota dan mengumukan kejahatannya kepada semua masyarakat kota Ember. Tapi ternyata keesokan paginya,mereka langsung diburu oleh para penjaga kota untuk ditangkap dan dijebloskan kedalam penjara akibat ulah keingintahuan mereka. Poster-poster penangkapan mereka pun di pajang di sepanjang jalanan kota. Mereka pun kini harus berjuang secara sembunyi-sembunyi untuk menemukan jalur keluar kota Ember yang semakin hari semakin sering terjadinya pemadaman dalam rentang waktu yang sangat lama.

Apakah mereka berhasil keluar dari semua permasalahan ini? Mungkin sebuah ending yang mudah sekali ditebak, Bagaimanapun, perjuangan mereka untuk keluar dari kemelut inilah yang menarik untuk disimak.

Sebelumnya,City of Ember semula telah lama aku kenal lewat visualisasi layar kaca melalui film garapan Tom Hanks tahun 2008 lalu. Film yang dibintangi Saoirse Ronan dan Harry Treadaway telah berhasil menyuguhkan situasi pasca kiamat kota Ember yang menurutku sangat menakjubkan. Meskipun telah menonton filmnya, aku tetap memutuskan untuk membaca versi novelnya yang ternyata memiliki banyak perbedaan dari versi filmnya.

Akhir kata,secara keseluruhan City of Ember sangat menyenangkan dan juga mudah dicerna untuk siapapun yang ingin membaca fiksi ilmiah yang tidak terlalu butuh pemikiran. Selain itu,meskipun terlepas dari adanya beberapa pertanyaan pribadiku yang  menggantung tentang seluk beluk kota Ember, aku sangat menantikan novel keduanya yang bakal segera menjadi target bacaanku berikutnya. Oh ya, satu lagi yang selama ini aku herankan, kenapa ya sekuel kedua City of Ember yaitu People of Sparks tak pernah lagi ada kabar untuk diangkat ke versi film? ada yang tahu?

=================

Judul : City of Ember
Penulis : Jeanne DuPrau
Penerjemah: Sujatrini,Reno,Rien Chaerani
Penerbit : Mizan Fantasy
Terbit : @2009
ISBN :978-979-433-561-1
Tebal :312 hal

Read more »

Selasa, 15 Februari 2011

Utamakan Istri Muda (PinkGirlGoWild)


No. 251
Judul : Utamakan Istri Muda
Penulis : PinkGirlGoWild
Penerbit : Glitzy Publishing (Imprint dr Gramedia)
Cetakan : Januari 2011
Tebal : 79 hlm

Bagi seorang penulis inspirasi dalam menulis bisa datang dari mana saja, mulai dari peristiwa sehari-hari, pengalaman hidup, film, buku, dan sebagainya. Yang unik adalah inspirasi yang datang pada penulis dengan nickname PinkGirlGoWild ini. Unik karena ide menulisnya datang dari hal yang tidak biasanya. Berawal saat melakukan perjalanan bisnis antara Semarang dan Kudus, penulis melihat sebuah slogan di truk yang lewat dengan kalimat “Utamakan Istri Muda”. Slogan ini tiba-tiba saja membangunkan saraf-saraf imajinasinya untuk menghasilkan berbagai tulisan dengan tema poligami yang dikemas dalam bentuk cerpen dan puisi-puisi yang menggelitik pembacanya.

Seluruh kisah dan puisi dalam buku ini ringan-ringan saja dimana kisah-kisahnya menceritakan kehidupan berbagai lapisan masyarakat mulai dari supir bajay, rocker, pengusaha, penyani kafe, dll yang memiliki istri muda atau selingkuhan. Uniknya kalau biasanya kisah-kisah poligami atau perselingkuhan selalu menggugah emosi pembacanya, maka buku ini justru membuat kita tertawa atau tersenyum kecut membacanya.

Penulis menuliskan kisah-kisahnya ini dengan menempatkannya sebagai orang pertama sehingga apa yang dialami dan dirasakan tokoh-tokohnya terpapar dengan baik. Selain itu untuk memberikan gambaran yang utuh mengenai bagaimana perasaan dari pribadi-pribadi yang terkait dengan poligami, penulis membagi kisah-kisahnya ini menjadi 3 bab utama yang dibagi berdasarkan sudut pandang si penceritanya.

Bab pertama tentang ‘Kisah Para Suami’, bab kedua tentang ‘Para Istri Tua’, bab ketiga menceritakan kisah2 tentang ‘Istri Muda yang Ranum’, sedangkan bab terakhir bertutur mengenai ‘Anak Para Istri’. Semuanya dikemas secara lucu, jujur, dan dengan kalimat-kalimat yang menggelitik, contohnya ada pada cerpen “Salahkah Aku” dimana dikisahkan seorang suami yang kerepotan karena istrinya selalu hamil lagi.

Istriku hamil lagi, aneh, nggak diapa-apain loh koq ‘mumbul’ lagi dan muntah-muntah setelah tiga bulan berikutnya. Terus terang aku jadi takut menyayangi dan menggerayanginya. Segala susuk, pil, spiral, sudah dicoba tapi perutnya tetap ‘mumbul’. Jika dihitung dengan yang masih ‘mumbul’, maka ini adalah anakku yang kelima.

Si suami ini lalu berpikir keras bagaimana menjaga keluarganya ini namun dia tetap bisa memperoleh kepuasan seks, maka solusinya adalah dengan mencari wanita yang akan dijadikan pelampiasannya namun tetap menyayangi istrinya yang selalu ‘mumbul’ itu. Akhirnya si suami memang mendapatkan perempuan yang dicarinya, seorang perempuan yang telah cerai dengan suaminya.

INI DIA…hatiku berteriak.

Dia butuh lindungan, aku butuh badan

Dia butuh kasih sayang, aku butuh ranjang.

Dia butuh tempat cerita, aku butuh membuang derita

Kami sama-sama butuh dada.

Malam ini aku akan pulang ke rumahnya!

(hal 10-110)

Lalu bagaimana gugatan anak-anak dari para ayah yang berpoligami? Salah satu puisi yang berjudul “Wahai Para Istri” dalam buku ini tampaknya bisa mewakilinya. Ini adalah cuplikannya

Wahai para istri dan ibu kami

Bangunlah dan menentang ayah kami

Jangan hanya telentang

Menunggu ditunggangi

Wahai para istri dan ibu kami

Istri tua dan muda

Apakah artinya cinta bagi para istri

Jika dibagi tiada habisnya

Wahai para istri dan ibu kami

Apakah ini yang membahagiakan kalian ?

(hal 69-70)

Seperti yang diungkap oleh penulisnya, semua cerpen dan puisi dalam buku ini merupakan gabungan antara fiksi dan kumpulan cerita orang-orang. Penulis hanya berusaha menggambarkan apa adanya tentang perasaan dan pemikiran orang-orang yang mengalami apa yang terkait dalam situasi judul buku ini.

Jadi semua cerpen dan puisi dalam buku ini memang tak menyiratkan nilai-nilai moral akan apa dan bagaimana yang seharusnya dilakukan oleh para tokoh-tokohnya. Pembaca diberi kebebasan apakah yang dilakukan oleh para tokoh-tokohnya ini benar atau salah.

Buku tipis dengan cover unik, dan judul yang provokatif ini memang menyuguhkan sebuah bacaan yang menghibur pada pembacanya. Sastrawan terkemuka Seno Gumira Ajidarma dalam endorsmentnya mengatakan bahwa ,

“Jika ingin menengok wacana kontemporer tentang cinta, perkawinan, dan poligami, buku semacam ini bisa menjadi salah satu rujukan, dengan catatan Jangan Kaget!” :D

@htanzil

Read more »

Senin, 14 Februari 2011

Ingo #4: The Crossing of Ingo

Panggilan Ingo telah resmi berkumandang. Sapphire dan Conor yang berada di dunia manusia tidak pernah mengira sebelumnya bahwa panggilan dari dunia Mer  itu memanggil  mereka dengan begitu kuat  hingga mereka sendiri tidak sanggup untuk menolaknya. Panggilan yang memberitahu mereka bahwa penyeberangan Ingo telah tiba.

Kebetulan saat itu ibu mereka bersama Roger sedang berlibur di Australia. Sapphire dan Conor pun  akhirnya  dapat dengan leluasa memutuskan untuk bergabung dalam penyeberangan  Ingo yang sekaligus dapat menjadi momen pertemuan mereka dengan Mathew Trewhella, ayah mereka. Tapi, kenyataannya tidak seperti yang mereka bayangkan. Ingo sedang terpecah belah. Terjadinya pergolakan  tahta kekuasaan antara Saldowr si penjaga simpul ombak dan Ervys si pembenci kaum berdarah campuran  yang gila kekuasan,membuat penyeberangan ini akan menjadi terasa sangat sulit bagi mereka berdua.
Namun,sebelum Sapphire,Connor serta dua teman Mer mereka--Faro dan Elvira--melakukan penyeberangan ini, mereka harus menghadapi pemilihan pantas tidakkah mereka untuk melakukan penyeberangan Ingo. Ervys dan  seluruh pengikutnya yang  telah lupa pada jasa Sapphire dan Conor  yang dulu berhasil  menidurkan  kembali Kraken, berupaya dengan berbagai cara  untuk mengagalkan pemilihan itu. Tapi, ia pun harus menerima kenyataan pahit. Mereka berempat lolos.

Petualangan keempat anak itu pun akhirnya di mulai. Sapphire,Conor dan dua teman Mer mereka bersiap menjelajahi dunia melalui jalur selatan. Tapi,karena adanya kabar dari seekor lumba-lumba yang mengatakan  bahwa Ervys bersama pengikutnya menunggu mereka di pertengahan jalan, akhirnya mereka pun memutuskan mengambil jalur utara yang selama ini tidak pernah dilakukan oleh kaum Mer manapun.

Di tengah perjalanan ke utara, Faro dan Sapphire sempat terpisah dari Conor dan Elvira hingga akhirnya mereka dipertemukan kembali di laut utara yang dipenuhi beruang laut yang agresif memburu makanan akibat krisis kelaparan yang terjadi. Di sana jugalah terjadi beberapa peristiwa, Sapphire untuk pertama kalinya bertemu dengan sosok atka nya yang mengerikan dan Elvira yang seakan terhipnotis pada tempat itu dan ingin hidup disana selamanya.

Sementara itu, sebelum mengakhiri penyeberangan Ingo,Sapphire tidak lupa memenuhi janjinya untuk mencari putri paus sperm yang pernah menyelamatkanya dulu ketika menemui Kraken. Dengan pertolongan dari lumba-lumba, akhirnya ia pun bertemu dengan kelompok paus sperm yang bersikap waspada terhadapnya. Sapphire pun memberitahu maksud kedatangannya dan meyakinkan paus paus itu bahwa ia tidak ingin menyakiti  mereka. Tapi ternyata tidaklah semudah itu,paus-paus itu tidak mau serta merta percaya begitu saja pada Sapphire yang tergolong manusia, makhluk yang selama ini begitu mereka benci. Lalu,berhasilkah ia bertemu putri paus sperm itu?dan akankah mereka berempat berhasil menyelesaikan misi penyeberangan ini dengan selamat?

Helen Dunmore menurutku  tetap menyampaikan premis yang sederhana namun bermakna   sepanjang kisah dalam novel ini. Dimana Helen Dunmore mengambarkan  bagaimana kebaikan akan selalu menang dan kejahatan akan selalu kalah. Ervys yang memiliki watak yang hampir sama dengan manusia  yang gila pada kekuasaan, dan melakukan berbagai cara untuk mendapat kekuasaan itu,pada akhirnya harus mengalami kekalahan yang menyakitkan. Selain itu, sama seperti  sebelumnya,  Helen Dunmore  piawai menggambarkan laut  dan beragam makhluk  yang hidup didalamnya  dengan sisi yang indah sekaligus memprihatinkan dengan keadaan lautnya.

Namun, meskipun novel ini tidak mencapai ekspektasiku tapi secara keseluruhan ini adalah akhir yang sempurna dan menutupi kekecewaanku di novel sebelumnya. Dan penggalan singkat lirik Ingo berikut ini cukup mewakili perasaanku betapa Helen Dunmore telah  membiusku  dalam nuansa eksotis Ingo  yang diciptakannya melalui novel seri Ingo:

Seandainya aku ada di Ingo
Jauh di tengah laut asin
Mengarungi samudera terdalam..
=================

Judul :The Crossing of Ingo
Penulis :Helen Dunmore
Penerjemah: Rosemary Kesauly
Penerbit :Gramedia Pustaka Utama
Terbit : @2010
ISBN : 978-979-22-6158-5
Tebal : 376 hal

=================
Baca juga :
Read more »

Kamis, 10 Februari 2011

Wawancara Eksklusif: Dinda Hauw (Surat Kecil Untuk Tuhan)

sumber:disini
Beruntung sekali It's Time to Read! mendapat kesempatan untuk mewawancarai langsung Dinda Hauw, artis yang berperan sebagai  Keke, pemeran utama dalam film adaptasi novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar.
Wawancara ini juga Sehubungan dengan film Surat Kecil Untuk Tuhan garapan Harris Nizam yang  akan tayang pada bulan Juli mendatang. Berikut wawancara singkat tersebut:







(ITTR): It's Time to Read!
(DH): Dinda Hauw
SKUT : Surat Kecil Untuk Tuhan

(ITTR): Hai Dinda, lagi sibuk apa aja nih? lagi promo SKUT ya?
(DH)Lagi menjalani aktivitas seperti biasa. Untuk promo sih belum, soalnya filmnya masih dalam proses editing
(ITTR): Bisa ceritain sedikit ga awalnya kamu bisa dapat peran Keke untuk film ini?
(DH): awalnya sih aku ikut audisi bersama ribuan peserta lain. Lalu aku melakukan casting melalui screen test hingga akhirnya sampai pada 2 nominasi, dan terakhir yang memilih untuk menjadi Keke itu bapak dari almarhumah Keke sendiri dan alhamdullilah aku yang terpilih.
( ITTR): Menurut It's Time to Read! kamu adalah artis yang sangat totalitas sekali karena bersedia mencukur habis rambutmu untuk peran Keke ini. Apa yang membuat kamu rela untuk melakukannya?
(DH): Aku bingung nih harus menjawab apa.hehehe Sejujurnya,aku hanya pengen total aja dalam melakukan suatu pekerjaan! aku ingin menghasilkan karya yang luar biasa untuk semua orang. Kebetulan aku sangat suka sama cerita ini,jadi aku ingin melakukannya . Dan cerita ini menurutku memberikan pelajaran yang sangat positif serta mempunyai nilai inspirasi yang sangat luar biasa dan kisah ini bisa terjadi pada siapa saja.
(ITTR): Bagaimana cara lain yang kamu lakukan untuk menjiwai peran Keke dalam film? 
(DH): Aku menanyakan kepada teman-teman alm Keke atau kakaknya Keke dan aku juga belajar dari sutradara dan asisten sutradara 
(ITTR): Menurut kamu ada ga perbedaan yang signifikan antara kisah yang ada di novel dan filmnya?
(DH): Tentu saja ada, tapi aku tidak bisa memberitahukannya. Jadi, kalau memang penasaran mau tahu silahkan tunggu saja tanggal mainnya 07-07-2011 di bioskop terdekat. hehehe
(ITTR): Apa kendala yang paling sulit untuk kamu saat menjalani syuting SKUT ini?
(DH): Mungkin kendala terbesarnya sih, Keke itu aslinya pendiem sedangkan aku sendiri orangnya rame jadi sedikit susah untuk jadi pendiem. Tapi, alhamdullilah syutingnya berjalan dengan lancar kok.
(ITTR): Apa harapanmu untuk film Surat Kecil Untuk Tuhan yang akan tayang bulan juli mendatang?
(DH):  Harapannya tentu saja aku ingin film ini sukses. Dan aku ingin orang-orang setelah menonton film ini jadi banyak yang suka dan mengerti bahwa kita jangan pernah menyerah terhadap takdir,tetap melakukan yang terbaik karena hidup adalah anugerah " never give up your dream". Lebih bisa mensyukuri arti kehidupan yang kita punya saat ini. Lebih dapat mendekatkan diri kita juga pada sang pencipta.
Jangan lupa nonton Surat Kecil Untuk Tuhan mulai tanggal 7 Juli 2011 yaaaaaaa......!!

@It's Time to Read! Interview
Read more »

Room

Room
Emma Donoghue @ 2010
Back Bay Books, 2011
321 pages

Jack, anak laki-laki yang baru saja berulang tahun yang ke lima. Layaknya anak-anak, imajinasi dan kreativitasnya sangat tinggi. Tapi sayang, ruang untuknya bereksplorasi sangat terbatas. Dunianya hanya sebatas sebuah kamar kecil, tempat ia tinggal bersama Ma – ibunya. Ia tidak pernah keluar dari Kamar itu. Semua aktivitas dilakukannya di dalam Kamar itu bersama Ma. Di malam hari ia harus tidur di dalam lemari, Ma tidak ingin ‘Old Nick’ melihat Jack. Di dalam Kamar itu, Jack bermain sepanjang hari, menonton tv, makan, membaca. Meskipun dikurung dalam Kamar, Jack termasuk anak yang cerdas. Bagi Jack, dunianya hanyalah Kamar itu. Apa yang ada di televisi dan di luar Kamar tidaklah nyata.

Tapi, Ma sering tidak mampu lagi menjawab banyak pertanyaan Jack. Menurut Ma, sudah waktunya mereka keluar dari dunia mereka yang sempit itu. Ma sendiri sudah 7 tahun terkurung di dalam Kamar. Dan dengan ‘kebaikan’ Old Nick, mereka bisa memperoleh berbagai kebutuhan untuk hidup sehari-hari. Hampir setiap malam Old Nick datang, dan setiap minggu, Old Nick akan menerima daftar kebutuhan mereka yang harus mereka pilih dengan cermat.

Ketika Ma dan Jack berhasil keluar dari Kamar, Jack pun terkaget-kaget dengan dunia luarnya yang baru. Selama ini ia nyaman dan selalu merasa aman (kecuali saat ada Old Nick) bersama Ma. Tapi ketika di luar, ada begitu banyak hal baru yang ia temui. Begitu banyak yang haru ia ingat dan aturan yang berbeda dengan yang selama ini ia ketahui dari Ma. Dunia luar memang menakjubkan tapi terkadang Jack merindukan kehangatan selama ia hanya berdua dengan Ma.

Jarang-jarang gue ‘berhasil’ membaca buku yang masuk nomisasi A Man Booker Prize. Tapi buku ini menarik banget. Kamar sempit, tokoh yang hanya dua orang di awal-awal tetap membuat buku ini menarik. Kepolosan Jack dan Ma yang wise, percakapan mereka berdua, aktivitas yang menyenangkan meskipun sangat terbatas. Ma termasuk orang yang rapuh, bisa dilihat dari seringnya ia mengkonsumsi obat penenang, sampai nyari OD. Tapi demi Jack, ia harus kuat. Meskipun kadang-kadang ia juga gak kuat. Itulah saat-saat yang sering Jack bilang ‘The day Ma is Gone’. Sementara Jack, anak kecil yang punya rasa ingin tahu yang besar, tapi bisa dewasa dan berani.
Read more »

Rabu, 09 Februari 2011

Aku Mau Buku Itu!!!

Mimpi tentang buku pernah sekali menimpaku. Saat itu, aku sedang mengincar sebuah buku yang selalu kuidam-idamkan--pas baru terbit pula---,tapi sayangnya aku tidak sempat membelinya karena suatu hal :( . Yah, akhirnya aku kepikiran seharian itu. Dan ternyata, menurut saksi mata sekaligus salah satu anggota keluargaku mengatakan kalau aku  mengigau semalam sambil meneriakan "Aku Mau Buku Itu!!!". Ckckckck...masa iya?????
Read more »

Selasa, 08 Februari 2011

Kisah-Kisah Tengah Malam (Edgar Allan Poe)

No. 250
Judul : Kisah-Kisah Tengah Malam
Penulis : Adgar Allan Poe
Penerjemah : Maggie Tiojakin
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Desember 2010
Tebal : 248 hlm

Kisah-kisah Tengah Malam adalah kumpulan cerita pendek karya Sastrawan Amerika Edgar Allan Poe (1809-1849) yang namanya telah dikenal di seluruh dunia. Karya-karyanya meliputi puisi, novel, essai, dan puluhan cerpen-cerpen yang umumnya bertemakan misteri sehingga ia juga dikenal sebagai master penulis cerita misteri-horor gothic dunia yang karyanya banyak menginspirasi penulis-penulis kisah misteri di generasi-generasi selanjutnya.

Di Indonesia nama Poe sendiri mungkin masih terasa asing dibanding penulis-penulis kisah misteri lainnya seperti Alfred Hithcok, Stephen King, Agatha Christie, dll, karena karya-karya Poe ini sedikit sekali yang telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Dari data yang saya peroleh, pada tahun 1952 Yayasan Pembangunan menerbitkan sebuah karya Poe berjudul “Kumbang Emas”. Lalu di tahun 2002 A.S Laksana pernah menerjemahkan cerpen Poe “Tell –Tale Heart” (Hati yang Meracau) yang diterbitkan oleh Akubaca, dan kini yang terbaru adalah terbitan Gramedia berjudul “Kisah-kisah Tengah Malam” yang diterjemahkan dengan baik oleh Magie Tiojakin yang memuat 13 cerpen terpilih Alan Edgar Poe.

Sayangnya penerbit tidak menjelaskan apa yang mendasari dipilihnya 13 cerpen Poe untuk buku ini, tapi yang pasti ketiga belas cerpen dalam buku ini setidaknya mewakili bagaimana Poe dengan cara bertuturnya yang khas mengajak pembacanya menyelami aneka kisah misteri horor gothic klasik karya penulis dunia Edgar Allan Poe.

Sepertinya pembaca tak diberi kesempatan untuk menyesuaikan diri terlebih dahulu untuk masuk dalam kisah misteri. Tanpa basa-basi buku ini menyuuguhkan kisah yang langsung meneror pembacanya. Dalam cerpen pertama yang berjudul “Gema Jantung Yang Tersiksa” Poe menceritakan peristiwa pembunuhan yang dilakukan si tokoh utamanya terhadap lelaki tua. Alasannya hanya karena dia tak suka melihat mata si lelaki tua yang menurutnya menyerupai mata seekor burung bangkai.

Setelah membunuhnya dengan keji untuk menyembunyikan jejaknya ia memutilasi mayatnya dan menyembunyikannya di bawah lantai kayu dikamar si lelaki tua itu. Walau ketika ia memutilasi mayatnya ia tampak begitu tenang tapi tak lama setelah itu ia mulai merasakan kegilisahan yang amat sangat, batinnya terteror karena ia merasa terus mendengar bunyi detak jantung si lelaki tua yang telah dibunuhnya.

Teror selanjutnya dapat kita temui di cerpen “Hop Frog” tentang seorang pelawak bertubuh ceblol yang bersama rombongannya diundang ke istana untuk menghibur sang raja dan para penasehatnya. Awalnya kisah ini bernuansa ceria namun ketika sang raja melecehkan teman wanita Hop Frog, ia menjadi sakit hati dan segera menyusun rencana keji. Ia mengemas sebuah pertunjukan lawakan dimana raja dan para penasehatnya ikut ambil bagian dalam pertunjukan tersebut. Dengan memakai kostum monyet sang raja sama sekali tak menduga bahwa pertunjukkan yang mereka mainkan itu pada akhirnya berujung pada sebuah peristiwa pembantaian keji terhadap raja dan para penasehatnya.

Yang tak kalah mengerikan dan membuat jantung saya berpacu kencang ketika membacanya adalah cerpen “Jurang dan Pendulum” dimana dikisahkan seorang tawanan harus menderita secara psikis karena dalam keadaan terikat ia harus menyaksikan pendulum tajam yang sedikit demi sedikit turun untuk mengiris tubuhnya. Di cerpen ini Poe mendeksripsikannya dengan detail dan perlahan sehingga membuat pembacanya menahan nafas karena seolah merasakan sendiri teror mental yang dialami si tawanan itu.

Buku ini juga menyajikan salah satu cerpen Poe yang paling populer yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan telah diadaptasi beberapa kali kedalam sebuah film yaitu “Black Cat” (Kucing hitam), cerpen ini menceritakan seorang kepala rumah tangga yang pada awalnya memiliki kehidupan yang normal bersama istrinya dan Pluto, seekor kucing hitam kesayangannya. Kehidupannya berubah ketika suatu saat ia mengalami tekanan dalam hidupnya sehingga membuat dirinya sering mabuk dan marah-marah.

Suatu malam ia pulang dalam keadaan mabuk, ketika dilihatnya Pluto menghindarnya darinya maka diangkatnya kucing hitamnya itu, secara spontan Pluto meronta dan spontan mengingitnya, seketika itu pula emosinya meledak-ledak, dengan keji ia mencungkil sebelah mata kucing kesayangannya itu. Di malam-malam berikutnya ia menggantung kucing kesayangannya sampai mati. Entah karena kutukan kucing hitamnya atau hanya kebetulan, dimalam setelah ia membunuh kucing hitamnya tiba-tiba api melahap habis rumahnya hingga ia jatuh miskin.

Setelah kejadian itu, kepribadiannya semakin aneh hingga pada akhirnya datanglah seekor kucing hitam lain yang sangat mirip dengan Pluto yang telah dibunuhnya. Suatu hari kucing itu membuatnya tersandung, amarahnya meluap, ketika ia hendak membunuh kucing itu, istrinya menghalanginya alih-alih membunuh kucing iamalah membunuh istrinya dan menguburkan mayatnya ke dalam tembok.

Seluruh cerpen dalam buku ini memang menyajikan kisah-kisah misteri ala Poe yang meneror pembacanya, namun diantara ketigabelas kisah misteri ada satu kisah misteri yang mungkin bisa dibilang unik dan tak seram, bahkan terkesan lucu yaitu cerpen berjudul “Obrolan dengan Mummy” dimana dikisahkan sejumlah ilmuwan yang berhasil menemukan Mummy mesir kuno dan mencoba menghidupkannya dengan sengatan aliran listrik. Mummy itu kemudian hidup dan berdialog panjang tentang pencapaian teknologi mesir kuno dan masa kini.

Membaca seluruh cerpen-cerpen Poe dalam buku ini memang menarik, dalam menyajikan kisah-kisah msiterinya Poe tidak hanya meneror pembacanya melalui kehadiran sosok hantu atau monster namun ia menggedor saraf takut pembacanya melalui kegilaan psikologis yang dialami tokoh-tokohnya. Tokoh-tokoh yang diciptakan Poe umumnya dhantui oleh bayangan-bayangannya sendiri sehingga hidup mereka dicekam oleh ketakutan yang mereka ciptakan sendiri dalam benak mereka.

Poe juga seorang pendongeng yang hebat, imajinasinya yang luas membawa pembacanya untuk masuk dari satu kisah ke kisah misteri lainnya dengan setting yang berbeda-beda. Di sebuah rumah sempit, di sebuah kapal , ditengah kepungan badai, daintara tebing yang curam, dalam ruang penyiksaan tahanan, istana raja, hingga ruang kerja seorang pelukis. Semua itu dideskirpsikannya dengan detail, misterius, dan ironis sehingga masing-masing kisah memberikan sebuah pengalaman yang unik bagi pembaca.

Selain itu dari cerpen-cerpennya ini juga pembaca akan memahami betapa banyak referensi dan wawasan yang diketahui oleh Poe baik dalam bidang geografi, sejarah, mitologi, budaya, bahasa maupun sastra yang mewarnai cerpen-cerpennya.

Satu hal yang patut disayangkan dalam buku ini adalah kisah terakhir yang menurut saya kurang pas sebagai penutup buku ini. Jika di awal pembaca sudah disuguhkan dengan kisah yang meneror pembacanya namun di cerpen terakhir “ Rumah Keluarga Usher” seolah menjadi antiklimaks karena di cerpen ini Poe tampak berputar-putar menjalin kisahnya sehingga saya sendiri bosan dan ingin segera sampai di ujung kisahnya.

Pada akhirnya setiap pembaca akan memiliki kesannya sendiri pada apa yang telah dibacanya di buku ini. Namun jika kita mau lebih dalam memaknainya, buku ini tentunya tak sekedar menimbulkan efek ngeri bagi pembacanya semata. Setidaknya ketakutan yang dialami para tokoh-tokoh dalam buku ini menyadarkan kita sejauh mana ketakutan mengendalikan dan mempengaruhi kehidupan kita.

Apakah selama ini kehidupan kita dikendalikan oleh ketakutan-ketakutan yang kita ciptakan sendiri dalam benak kita? Jika ya, mungkin tiba saatnya kita menyingkirkan semua ketakutan yang mungkin belum tentu akan terjadi dan menggantinya dengan rasa optimis untuk mengisi hari-hari di depan kita.


@htanzil


Sedikit tentang hari-hari terakhir Edgar Allan Poe. Sama seperti kisah-kisah misteri yang diciptakannya, hari-hari terakhir kehidupan Poe juga sama misteriusnya. Poe ditemukan dalam kondisi menyedihkan di sebuah selokan di Baltimore, setelah beberapa hari sebelumnya pamit untuk mengajar di Norfolk dan Richmond. Ia diangkut ke rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri sebelum akhirnya meninggal pada tanggal 7 Oktober 1849 di usia yang ke 40.

Read more »

Rabu, 02 Februari 2011

Rembulan Tenggelam Di Wajahmu

 
Bagaimana seandainya kamu diberi kesempatan untuk menemukan jawaban dari 5 pertanyaan dalam hidupmu?

Adalah Raihan Raujana atau akrab dipanggil Ray, yang  mendapat kesempatan istimewa itu.  Menginjak usia yang ke 60,seorang 'utusan' tuhan datang dan  membawanya ke alam bawah sadar  di masa-masa silam dalam kehidupan Ray. Membawanya untuk mencari tahu jawaban atas lima pertanyaan  yang selalui ingin diketahui Ray selama hidupnya.

Dimulai dari kehidupan  Ray di masa kecilnya selama 16 tahun di panti asuhan. Di panti asuhan inilah, Ray mendapat banyak peristiwa yang tidak menyenangkan. Penjaga panti menyuruh  anak-anak panti menghabiskan waktu untuk bekerja. Berbeda dengan anak panti yang tumbuh tertekan, Ray justru tumbuh melawan dengan sikap kritisnya. Oleh karena sikapnya inilah, yang membuatnya kerap kali mendapat banyak cambukan rotan dari penjaga panti.  Ray yang tidak tahan pada kehidupannya ini semakin lama semakin memberontak hingga pada klimaksnya ia pun memutuskan untuk keluar dari panti asuhan dan hidup di terminal dengan berjudi.

Kecelakan tragis yang menimpa Ray dikemudian hari  membuatnya terdampar di ibukota. Kehidupan Ray pun berlanjut di rumah singgah yang memberinya kebahagian yang tidak pernah didapatnya di panti. Ia menghabiskan masa-masa belasan tahunnya dengan sikap solidaritas yang tinggi terhadap anak-anak yang berada disana. Namun, sikap solidaritas yang tinggi ini membuat dirinya masuk penjara karena terlibat pertarungan dengan preman-preman jalanan yang menganggu anak-anak di rumah singgahnya. Bang Ape yang bertindak sebagai penjaga rumah singgah memberi  banyak nasihat pada Ray untuk senantiasa tidak gegabah dan tetap sabar. Tapi, bagaimanapun juga, Ray bersikukuh dengan pendiriannya bahwa tindakannya melawan preman itu benar. Karena tidak tahan dengan nasihat yang tidak sesuai dengan kata hatinya, membuat Ray keluar dari rumah singgah itu dan memulai kehidupan barunya menjadi pengamen.

Dalam menjalani hari-harinya menjadi pengamen, Ray bertemu dengan Plee. Bersama Plee--pencuri profesional--,ia pun  melakukan aksi pencurian berlian secara besar-besaran di Jakarta. Rencana pencurian yang semula telah disusun dengan matang ternyata membuahkan hasil yang gagal. Ray tertangkap mata oleh seorang petugas dan akhirnya menyisakan peluru yang tertembak di paha Ray dan Plee pun di eksekusi mati.
Setelah kejadian itu,Ray kembali ke kota asalnya dan mencoba menata ulang hidupnya. Ia akhirnya menjadi pekerja bangunan dan dalam waktu singkat karena kecerdasannya, ia pun diangkat menjadi wakil kepala mandor. Selama masa-masa dua puluhan tahun, Ray mendedikasikan kehidupannya pada pekerjaannya dan membangun hubungan baik dengan anak buahnya hingga akhirnya semakin lama tingkat produktivitas Ray pun kian meninggi.

Berikutnya, Ray pun akhirnya menemukan cinta pertamanya yang kemudian menjadi istrinya. Masa-masa itu penuh kebahagian bagi Ray dan istrinya. Meskipun, kenyataan pahit kehamilan pertama istrinya harus diakhiri dengan keguguran tidak membuat mereka lantas putus asa. Setelah itu, istrinya kembali hamil untuk kedua kalinya,dan keguguran lagi, tapi kali ini harus disusul dengan istrinya yang juga meninggal dunia.
Hingga, di usia Ray yang menginjak kepala empat, ia bahkan telah menjadi seorang pembisnis yang memiliki limpahan harta. Ia pun sempat  membangun gedung 101 lantai untuk almarhumah istrinya. Tidak puas sampai disitu, ia merambah bisnis lain hingga sampailah ia pada kenyataan bahwa selama ini ia mengalami kehampaan dalam hidupnya.

Rembulan Tenggelam di Wajahmu ini adalah novel kedua setelah Hafalan Shalat Delisa yang sempat kubaca. Awalnya, aku sempat merasa bosan di awal-awal bab novel ini. Ini mungkin disebabkan karena terlalu kompleksnya perjalanan hidup dari  Raihan sebagai karakter utama itu sendiri. Namun, bukan Tere Liye namanya jika tidak bisa membuat pembaca sepertiku tetap nyaman dalam menikmati cerita melalui sajian untaian-untaian kata bermakna didalamnmya.
Disamping itu, berbeda dengan novel sebelumnya, aku mendapati bahwa novel ini mendapat perhatian besar dalam masalah keoriginalitasan cerita hingga ada yang bahkan membanding-bandingkannya dengan The Five People You Meet in Heaven karya besarnya Mitch Albom.Tapi terlepas dari hal itu, aku tetap merasa bahwa karya Tere Liye berbeda. Hal ini mungkin  karena setiap karya yang beliau tulis tetap menggunakan diksi khas Tere Liye yang menakjubkan,kekuatan para karakter dan plot,serta selalu memberikan kata-kata motivasi serta rasa syukur yang ditujukan terhadap hal sekecil apapun di dunia ini.


=================

Judul : Rembulan Tenggelam Di Wajahmu
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Terbit : @2010
ISBN :
Tebal : 427 hal

=================
Read more »