Minggu, 20 November 2011

Never Let Me Go

Rilis di tahun 2005 silam, novel Never Let Me Go karya Kazuo Ishiguro langsung mendapat banyak pujian luas dari kritikus literatur dunia. Novel ini bahkan juga berhasil masuk  dalam daftar TIME 100 Best English-Language Novel from 1923 to 2005. Sebuah pencapaian yang luar biasa tentunya bagi Kazuo Ishiguro yang mengawali debut menulisnya melalui novel A Pale View of Hills (1982). Dilatarbelakangi suatu tempat di Inggris,novel ini menyuguhkan konsep cerita mengenai manusia yang pada masa itu  memiliki seorang kloning dirinya sendiri demi tujuan kesehatan. Kloning-kloning ini dirawat dan dididik di berbagai institusi yang menyerupai sekolah hingga akhirnya mereka mencapai usia dewasa dimana kemudian mereka wajib untuk mendonorkan organ vital dalam tubuh mereka kapan saja saat pemilik mereka membutuhkannya.

Never Let Me Go sendiri memulai kisahnya dari sebuah “sekolah” bernama Hailsham pada sekitar tahun 1970-an. Hailsham merupakan sekolah asrama yang mendidik murid-murid  dalam berbagai macam hal. Mereka diajari berbagai pelajaran eksakta,budaya,maupun olahraga dengan sistem pembelajaran yang menyenangkan dari para guardian. Mereka juga mendapat fasilitas pemeriksaan kesehatan dan event-event tahunan sekolah seperti Exchange maupun Sale yang selalu membuat murid-murid gembira. Bagaimanapun juga Hailsham secara umum kurang lebih sama dengan sekolah asrama lainnya, kecuali hanya satu hal: semua murid adalah produk kloningan.

Adalah Kathy dan Ruth, dua orang siswi Hailsham yang saling bersahabat satu sama lain meski memiliki banyak perbedaan. Hubungan mereka mulai menjauh ketika kehadiran Tommy menimbulkan cinta segitiga diantara mereka bertiga. Kathy dan Tommy yang sebenarnya saling menyukai namun terlalu pemalu untuk menyatakan perasaannya akhirnya memberikan ruang bagi Ruth untuk masuk dan akhirnya berhasil memenangkan cinta Tommy.

Hubungan ketiganya  berlanjut setelah mereka keluar dari Hailsham dan tinggal di Cottage. Hubungan spesial Ruth dan Tommy masih tetap berjalan meski terkadang putus nyambung. Sementara  Kathy  cukup puas berada diantara bayang-bayangan keduanya. Selama beberapa tahun di Cottage,mereka bertiga sempat melakukan semacam petualangan ke Norfolk demi mencari manusia yang menjadi sumber kloning Ruth, meski akhirnya mereka mengalami kekecewaan. Lalu  ditahun berikutnya,Kathy pun memutuskan memberi jarak diantara Ruth dan Tommy dengan cara keluar  dari Cottage. Ia bermaksud untuk masuk pelatihan keperawatan lebih cepat meskipun ia harus menanggung resiko terpisah dari Ruth dan Tommy selama bertahun-tahun.

Era tahun 1990-an,kini ketiganya telah menginjak usia dewasa. Kathy  menjadi perawat yang sukses dan mendapat penanguhan masa donasi, sedangkan Ruth dan Tommy malah tengah bersiap menjadi pendonor setelah bekerja beberapa tahun sebagai perawat. Berbekal hak istimewa, Kathy pun memilih untuk menjadi perawat Ruth setelah donasi keduanya. Hal ini menjadi langkah awal bagi Kathy untuk memperbaiki hubungan yang sempat merenggang antara dirinya dengan Ruth dan Tommy meski ia juga tak mampu mengelak dengan rasa cintanya pada Tommy yang ikut kembali tumbuh.

Ruth sendiri tahu pada perasaan Kathy itu. Karena itulah,  belakangan ia dihinggapi penyesalan menjelang donasi ketiganya hingga ia tak kuasa meminta maaf telah memisahkan cinta Kathy dan Tommy. Ruth tahu ia tidak ingin pergi bersama dengan rasa penyesalannya pada Kathy. Maka ia pun memberi mereka berdua alamat Miss Emily, ketua guardian Hailsham. Ia berharap dengan begitu baik Kathy maupun Tommy yang akan menjalani donasi selanjutnya akan mendapat penangguhan khusus  untuk bersama selama beberapa tahun  dan juga untuk mengungkap kemisteriusan dibalik dinding Hailsham yang kokoh dan penuh kenangan.

Permasalahan utama yang  kudapati dalam alur cerita Never Let Me Go adalah bagaimana emosional para karakternya hanya bisa kutangkap samar-samar. Khususnya pada kisah cinta Kathy dan Tommy. Samar-samar pada awalnya bagaimana perasaan Kathy terhadap Tommy, apakah hanya sekedar sahabat ataukah lebih dari itu.Tak ada perasaan yang cukup kuat antara Kathy dan Tommy untuk mendukung rasa cinta itu terbentuk. Padahal toh dijelaskan diakhir cerita, tahu-tahu mereka sudah merasa saling mencintai setelah akhirnya Ruth mundur.

Kemudian juga  tak adanya motivasi hidup yang berarti dari setiap tokohnya. Mereka kelihatan seperti menerima saja apapun yang terjadi pada mereka baik itu hidup ataupun mati tanpa adanya pemberontakan. Karena itulah, ketika membaca novel ini yang kudapati hanyalah  kehidupan tiga orang karakter dari waktu ke waktu dan bagaimana ketidakberdayaan mereka menghadapi garis kemalangan yang membuat cerita ini terasa melankolis.

Never Let Me Go sebenarnya sama sekali tidak mengecewakan malah sangat bagus menurutku. Pesannya sendiri mengenai pemanfaatan waktu dalam kehidupan dengan sebaik mungkin, khususnya dengan orang-orang yang disayangi – tak peduli hidupmu singkat ataupun lama – cukup mampu dihadirkan dengan tambahan beberapa sindiran sosial dan politik. Bagiku yang baru pertama kali melahap karya penulis berkebangsaan Jepang-Inggris ini, Never Let Me Go sudah menjadi awal baru perkenalanku dengan karya Kazuo Ishiguro dan bagaimana aku menantikan karyanya yang lain untuk dibaca. :)


pic: disini
sudah diadaptasi ke dalam bentuk film  berjudul sama : Never Let Me Go (2010)yang dibintangi 
Carey Mulligan,Andrew Garfield, dan Keira Knightley

=================

Judul :Never Let Me Go
Penulis : Kazuo Ishiguro
Penerjemah:Gita Yuliani K
Penerbit:Gramedia Pustaka Utama
Terbit : @2011
ISBN :978-979-22-7493-6
Tebal : 358 hal

=================

0 komentar:

Posting Komentar