Senin, 04 Juni 2012

House Rules



House Rules
Jodie Picoult @ 2010
Atria International – October 2010
657 pages
(Swap sama Astrid)

Sekilas, mungkin Jacob Hunt seperti anak berusia 18 tahun lainnya. Tapi, jika orang mencoba untuk berbicara,  bercakap-cakap dengan dirinya, baru akan terlihat, kalau Jacob ‘berbeda’ dari remaja seusianya. Jacob memiliki sindrom Asperger – mirip seperti autisme – bedanya, (ini menurut kesimpulan gue ya), orang yang memiliki Asperger lebih bisa berkomunikasi dengan orang-orang (terutama orang-orang yang dia percaya). Semua harus serba teratur, jika salah satu rutinitas itu terganggu, maka mood-nya langsung drop dan kacau balau. Dan jika ia tidak ingin diganggu, Jacob sering mengutip kalimat-kalimat dari film.

Sebisa mungkin , ibu Jacob, Emma berusaha agar Jacob diterima dan dianggap normal oleh orang lain. Meskipun, sayangnya, orang-orang terdekat Jacob, seperti Theo, adiknya, justru berpikiran bahwa Jacob itu aneh.

Jacob ‘terobsesi’ dengan forensik criminal. Setiap jam 4.30, waktunya nonton Crime Buster, lengkap dengan buku catatan dan ada kesimpulan seberapa cepat ia bisa menyelesaikan kasus itu sebelum polisi. Belum lagi, Jacob memilik radio polisi. Jika ada kasus pembunuhan, secepatnya ia datang ke TKP dan tanpa diminta, memberi masukan apa yang harus dilakukan polisi. Yah, tentu saja kehadiran Jacob terasa ‘ganggu’ banget buat polisi-polisi itu. Di rumah, Jacob sering merekayasa kasus pembunuhannya sendiri.

Sampai suatu hari, Jacob malah jadi tersangka dalam tewasnya tutor pribadi Jacob, Jessica Ogilvy. Meskipun TKP itu sudah dibersihkan sedemikan rupa, semua bukti mengarah pada Jacob. Jacob pun harus berurusan dengan hukum. Masalahnya, dengan kondisi Jacob yang berbeda, terkadang cenderung temperamental, membuat orang-orang, termasuk Emma, jadi bertanya-tanya, apakah benar Jacob tidak bersalah?

Gue sudah beberapa kali membaca buku-bukunya Jodie Picoult, tapi entah kenapa selalu terkesan ‘nanggung’. Gue selalu merasa gak puas dengan ceritanya. Ide ceritanya memang bagus, tapi, aduh.. gue gak tau, ada yang hilang yang bikin gue merasa ‘kesal’ saat membaca buku-bukunya Picoult. Di awal, memang harus banyak bersabar, cenderung bosan dan berpontesi untuk ditinggalkan. Dan, gue malah sempat langsung menuju halaman terakhir, pengen tau seperti apa sih endingnya. Ehhh.. begitu tau, endingnya gimana, gue malah penasaran apa yang akhirnya membuat endingnya seperti itu. Hehehe.. ini seperti  buku yang menyebalkan, tapi koq ya tetap  bikin penasaran. Makanya, gue belum kapok dan tetap pengen baca bukunya Picoult yang lain.

Detail-detail dalam buku ini, khususnya tentang Asperger, bisa jadi dijelaskan panjang lebar (yang terus terang lebih banyak gue lewati). Gue lebih berharap porsi Theo lebih banyak, karena dia jadi tokoh yang ‘terlupakan’, terus si detektif Rich Matson kaya’nya juga oke kalo ditambah dikit.

Bagian yang menyebalkan dan seperti ini yang juga muncul di buku Nineteen Minutes, adalah ‘selipan’ romance yang menurut gue ‘ganggu’. Gak usah ada beginian rasanya malah lebih enak. Kesannya harusnya tokoh utamanya Jacob, eh, ibunya malah pengen ikut ‘eksis’ juga.

0 komentar:

Posting Komentar