Kamis, 27 September 2012

The Tokyo Zodiac Murders


The Tokyo Zodiac Murders (Pembunuhan Zodiak Tokyo)
Barokah Ruziati (Terj.)
GPU – Cet. 2, Agustus 2012
360  hal.
(Gramedia Pondok Indah Mall)

Pembunuhan berantai terjadi di Tokyo pada tahun 1936. Diawali dengan kematian seorang seniman bernama Heikichi Umezawa, yang ditemukan tewas di studionya sendiri. Lalu, diikuti dengan kematian anak-anak dan keponakan Umezawa – yang semuanya perempuan. Lebih sadisnya lagi, tubuh mereka termutilasi.

Di dalam studio Umezawa ditemukan sebuah catatan yang merinci sebuah pembuatan patung yang jika diteliti berdasarkan potongan-potongan tubuh dari para perempuan yang tewas.

Berbagai spekulasi dan teori bermunculan. Ditambah lagi bahwa dalam catatan-catatan itu juga merinci dari segi astrologi para korban, unsur-unsur kimia berdasarkan astrologi, di mana mereka harus dikuburkan dan di mana patung yang disebut Azoth itu harus diletakkan. Dari setiap korban, si pembunuh mengambil potongan tubuh yang paling sempurna.

Singkat kata, segala teori itu akan membuat sebuah karya yang mengerikan. Mungkin orang akan mengatakan ini sebuah karya yang gila, karya orang yang kerasukan setan dan dipengaruhi hal-hal gaib.

Dan selama 40 tahun, misteri pembunuhan yang mengguncangkan ini tak bisa dipecahkan. Sampai seorang perempuan bernama Mrs. Iida datang kepada Kiyoshi Mitarai dan membawa sebuah catatan penting dari seorang perwira polisi, yang tak lain adalah ayah Mrs. Iida.

Kiyoshi Mitarai, seorang astrolog, peramal nasib sekaligus detektif yang ‘nyeleneh’. Gayanya cuek. Punya teori dan pengamatan sendiri. Sebal kalau dibandingkan dengan Sherlock Holmes oleh sahabatnya, Kazumi Ishioka. Ishioak ini tergila-gila sama cerita misteri, bahkan dia yang dengan semangat bercerita sama Mitarai tentang Pembunuhan Zodiak Tokyo, sementara Mitarai ogah-ogahan mendengarkannya.  Sikapnya yang aneh ini kadang membuat sahabatnya ini geleng-geleng kepala. Dengan gayanya yang spontan dan terkadang mirip orang gila ini, Mitarai berhasil melihat detail-detail yang luput dari pengamatan polisi selama 40 tahun.

Kali kedua gue membaca kisah pembunuhan yang ditulis oleh penulis Jepang dan dua-duanya sadisssss…. Yang pertama adalah Out – di mana daging korban diiris tipis-tipis seperti sashimi (untuk gak bikin jadi il-fil makan sashimi) dan kali ini korban dimutilasi. Harus gue akui, bahwa si pembunuh ini cerdas. Gimana gak, dengan hati-hati ia mengikuti isi surat yang ditinggalkan Umezawa dan gak ada yang tahu siapa pelakunya selama 40 tahun.

Kalau aja kita mau mengikuti pola pikir a la detektif, semua fakta sudah dijelaskan dengan rinci oleh penulis. Bahkan, di tengah-tengah cerita, penulis mengajak pembaca untuk sama-sama menebak siapa pembunuhnya.

Yah, sempat sih agak bingung dengan segala penjelasan tentang astrologi itu. Karena penasaran, gue sempat mencoba mengamati pola-pola yang muncul, berdasarkan ilustrasi dari Ishioka, tapi lama-lama gue nyerah… mending baca aja dengan sabar.. hehehe… 

O ya.. gue suka covernya... Putih bersih, dengan tulisan dan gambar merah. Gak penuh detail-detail, simple tapi benar-benar pas sama ceritanya.

Kiyoshi Mitarai – resmi menjadi salah satu detektif favorit gue. Semoga aja cerita Detektif Mitarai yang lain juga diterjemahkan sama Gramedia.

0 komentar:

Posting Komentar