Kamis, 30 Agustus 2012

The Lord of the Rings: The Fellowship of the Rings



The Lord of the Rings: The Fellowship of the Rings (Sembilan Pembawa Cincin)
J.R.R. Tolkien
Gita Yuliani K (Terj.)
GPU – Cet. II, Maret 2002
512 hal
(Gramedia Pondok Indah Mall – kalo gak salah)

Memilih buku untuk posting bareng BBI bulan ini rada-rada membingungkan. Plin-plan aja gue jadi bawaannya. Tema bulan ini adalah ‘1001 books to read before you die’ – dari sekian banyak pilihan buku, susah rasanya untuk menentukan buku mana yang akan gue baca. Ada beberapa yang udah dibaca, dan udah dibuat review-nya, ada beberapa buku yang masih berstatus penghuni timbunan, tapi baru beberapa lembar dibaca, udah berpikir bahwa sebaiknya buku itu dijadikan bantal saja karena bikin ngantuk (yah, sebut aja Wuthering Heights atau Pride and Prejudice). Pride and Prejudice sempat gue baca beberapa bab – lebih banyak daripada Wuthering Heights yang hanya beberapa lembar :D Nyari-nyari Virgin Suicides kaya’nya adek gue punya – tapi.. lho koq gak ketemu… akhirnya, terinspirasi saat nonton di TV, gue memutuskan untuk membaca ulang The Lord of the Rings – toh saat gue baca buku ini tahun 2002, gue belum punya blog buku, dan otomatis belum ada review-nya.

Membaca buku untuk yang kedua kalinya, biasanya gue justru lebih ‘menghayati’, lebih hati-hati, karena gak ada perasaan pengen cepet-cepet nyelesain buku baru. Jadi, yang dulu saat pertama baca buku ini, sejujurnya, gue gak terlalu ngerti.

Udah ah, panjang bener basa-basi gue ini.

‘Seharusnya’ sih, cerita Lord of The Rings ini gak asing buat para pencinta cerita fantasi. Dulu pun saat gue beli buku ini, lagi jaman-jamannya Harry Potter… hehehe.. rada-rada tertipu sih, gue pikir ceritanya akan ‘semenyenangkan’ Harry Potter, tapi ternyata gelap banget *terbayang wajah Frodo yang selalu murung*

Jadi, alkisah, Bilbo Baggins mengadakan perayaan ulang tahunnya yang ke 111 – atau yang dalam bangsa Hobbit artinya ulang tahun yang ke seratus sepuluh satu – sebuah pencapaian yang membanggakan. Bilbo ini sudah merencanakan sebuah kejutan – yaitu ia akan ‘menghilangkan’ diri di tengah-tengah pidatonya sendiri.

Yah.. sebelumnya sih, Bilbo memang dikenal aneh. Ia sudah pernah ‘menghilang’ sebelumnya dan tiba-tiba muncul kembali. Tapi kali ini, ia akan ‘menghilang’ untuk selamanya.

Tapi, dengan apa Bilbo menghilang? Ternyata ia hanya perlu mengelus sebuah cincin. Dan .. ‘Pop’ , ia pun menghilang. .. seluruh kekayaan yang ia miliki, ia wariskan kepada keponakannya – Frodo Baggins.

O ya.. Hobbit itu sebangsa kurcaci – eh, bahkan lebih kecil dari kurcaci, gak pernah pake sepatu karena kaki mereka yang besar dan tebal, tinggalnya di dalam semacam gua atau lubang yang udah ditata dengan apik.

Ternyata cincin yang dipakai Bilbo ini memang mempunyai kekuatan ‘magis’ dan sayangnya, untuk beberapa pemakainya memberi pengaruh buruk. Maka itu, cincin ini harus dimusnahkan. Tapi, cara memusnahkannya pun gak sembarangan, harus dibawa ke gunung api di Mordor. Tugas Frodo-lah sebagai pewaris untuk memusnahkan cincin itu. Karena ternyata kekuatan gelap mulai muncul lagi.

Perjalanan yang harus ditempuh sangat berbahaya, Sauron si penyhir jahat, mulai mengincar cincin itu juga. Belum lagi Gollum, makhluk kecil yang menjijikan. Ia menganggap cincin itu adalah miliknya dan Bilbo sudah mencuri darinya.



Frodo pun berangkat ditemani 8 orang lainnya: empat sahabat hobbit – Merry Bradybuck, Pippin Took dan Sam Gamgee, lalu ada Gandalf, si penyihir putih yang baik hati dan bijaksana, Gimli – mewakili bangsa kurcaci, ada Boromir. Dan gak ketinggalan, Aragorn dan Legolas, si peri manis dan ganteng ini (aww… *mana suara para wakil Team Aragorn dan Team Legolas? Hehehe…)

Yah, begitulah cerita singkatnya.. yang pasti gue selalu membayangkan betapa tertekannya Frodo.

Adanya film, seperti yang gue bilang di atas, sangat membantu untuk mengerti jalannya cerita buku ini. Apalagi, sampai buku ketiga, yang buat gue, makin lama semakin gelap. Yang menyenangkan adalah membayangkan desa para Hobbit.

Kalo ditanya apakah buku ini pas untuk masuk ke dalam 1001 buku yang ‘wajib’ dibaca, karena J.R.R Tolkien berhasil membawa kita ke dalam sebuah dunia baru. Tak terbayang ada makhluk yang lebih kecil dari kurcaci. Dan kalo selama ini gue ngebayangin kurcaci itu imut-imut seperti yang ada di Snow White, hehehe.. di sini kurcacinya gendut dan mengerikan. Tapi sebenernya si kurcaci ini baik hati sih…

Waktu terakhir gue nonton LOTR 3, pengen nangis rasanya, sedih ngeliat perpisahan antara Frodo dengan Sam, Merry dan Pippin. Hiks…

0 komentar:

Posting Komentar