Minggu, 10 April 2011

Lelaki Laut

Beberapa tahun belakangan ini, semakin banyaknya  kemunculan  karya sastra dari penulis dalam negeri yang mengambil kampung halamannya sebagai setting cerita. Hal itu tidak terlepas dari keberanian dari para penulis itu sendiri dan juga diiringi permintaan konsumen yang  haus akan karya sastra yang bernilai inspiratif dengan tidak lupa  mengeksplorasi keindahan dari daerah-daerah di Indonesia. Salah satu dari sekian banyak novel inspiratif itu adalah Lelaki Laut. Novel perdana Alamsyah M Dja'far ini, mengusung  kepulauan seribu sebagai setting cerita yang kemudian diungkap melalui kisah nyata dari pengalaman panjang kakak laki-laki penulis sendiri, Ahmad Jarkasyi.

Ahmad Jarkasyi atau akrab dipanggil Bang Jar adalah kakak laki-laki penulis sekaligus tokoh utama dalam novel ini. Ia adalah sosok kakak idola baik,rendah hati,pandai mengayomi, dan mudah bergaul. Tidak salah jika selaku adik, sang penulis merasa kagum dan tiada henti memaparkan kebaikan dari Bang Jar sang kakak di sepanjang cerita.

Semuanya semula terasa baik-baik saja. Namun, perubahan sedikit demi sedikit mulai terasa didalam diri Bang Jar. Menginjak usia remaja, Bang Jar mulai terpengaruh pergaulan buruk dari sekawanan geng kampung. Ia menjadi lebih sering keluar malam hanya untuk berkumpul dengan geng nya. Hal ini lantas membuat kedua orang tuanya kesal dan mulai menasihati setiap perbuatannya yang semakin lama tidak jelas juntrungannya.

Bukannya menurut, semakin hari Bang Jar semakin sering membuat ulah. Puncaknya ketika ia memutuskan  untuk menjadi nelayan Muroami dan berhenti kuliah.  Kedua orang tuanya terutama ayahnya marah besar atas keputusan tanpa dipikir dulu itu. Orang tuanya bisa dikatakan mampu secara ekonomi untuk menyekolahkan Bang Jar hingga lulus kuliah, tapi nyatanya justru Bang Jar malah mengkhendaki menjadi nelayan Muroami,profesi umum yang biasanya dilakukan oleh kebanyakan penduduk kepulauan Seribu. Tapi, apa mau dikata,Bang Jar yang saat itu bergelora oleh semangat untuk bebas, akhirnya berhasil mendapatkan keinginannya itu.

Persoalan lain pun muncul setelah kematian mendadak sang ayah ketika tengah menunaikan ibadah haji. Tidak cukup dengan berita kematian itu, sekeluarga  pun harus mendengar berita buruk dari kelakuan putra mereka, Bang Jar selama berada di rumah bibinya di Jawa. Saat itu,Bang Jar larut pada keterpurukan oleh obat-obatan. Beruntungnya atas dorongan kuat Emak dan keluarga,Bang Jar masuk rehabilitasi dan berhasil melewati tahap-tahap sulit dalam hidupnya itu.

Bang Jar pun lalu menikah dan dikaruniai seorang anak. Disamping itu, Bang Jar juga mulai bekerja pada sebuah majalah Jalan. Dari sinilah ia termotivasi untuk kembali melanjutkan pendidikannya yang dulu sempat tertunda. Apalagi  Alam, sang adik, tak pernah henti untuk memberikan semangat,motivasi dan doa kepada sang kakak tercinta. Tapi takdir telah tergaris untuk kehidupan Bang Jar.  Ia terpaksa harus mengalami suatu kenyataan pahit dari takdir itu sendiri. Manakala  ia hampir menggapai kesuksesannya dalam pendidikan, sehari sebelum ia diwisuda atas keberhasilannya itu.

Novel ini sesungguhnya bercerita mengenai perjalanan hidup Bang Jar selaku pemuda asli Pulau Tidung yang sederhana namun punya rasa  ingin tahu yang besar. Perjalanan hidup yang terlihat biasa namun penuh dengan  lika-liku. Pesan yang disampaikan juga jelas: belajar tak pernah mengenal kata akhir dan tak ada kata terlambat untuk berubah menjadi lebih baik.

Dilain sisi, aku mendapati  hal mengganjal dalam novel ini yang masih belum ketemukan penjelasannya. Contohnya seperti pada saat Bang Jar tergeletak pingsan yang diketahui akibat pengaruh obat-obatan (hal 78). Dalam hal ini, tidak diketahui secara pasti peristiwa dan alasan sebelum Bang Jar, si tokoh utama bisa terseret ke dalam dunia gelap itu. Tidak ada keterangan yang jelas dan memuaskan yang bisa kudapat.

Sejalan dengan itu, ada sedikit kebosanan yang menghinggapiku di awal membaca novel ini. Untunglah, ada adegan film lawas yang sedikit menutupi kebosanan itu. Film lawas yang berjudul Pancasona diceritakan begitu terperinci oleh si penulis, dan entah kenapa pada bagian ini aku merasa tertarik pada unsur-unsur lawas yang tidak pernah aku dapati jika menonton film-film modern masa kini. Aku merasa berada pada era dimana film-film bertema Majapahit atau Sriwijaya lagi nge trend pada zamannya.hehehe

Lebih dari itu, aku sangat menyukai novel ini dari segi  ide cerita,diksi penulis dan alur maju mundur yang terkesan rapi. Kemudian juga bertebarannya kata-kata ilmiah populer dan latin disepanjang cerita yang semakin memperluas pembendaharaan kosa kata bagi para pembaca khususnya bagiku. Selamat membaca.


Pulau Tidung merupakan salah satu kelurahan di Kepulauan Seribu.Pulau ini terbagi dua yaitu, Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Penggunaan wilayah di pulau ini berkembang ke arah wisata bahari seperti menyelam serta penelitian terhadap terumbu karang.
Pulau Tidung yang terdiri dari Tidung Besar dan Tidung Kecil yang dihubungkan oleh jembatan panjang ini terletak di Kepulauan Seribu Selatan bagian barat, dengan jarak tempuh kurang lebih 3 jam perjalanan dari Muara Angke dengan kapal penumpang.Kepulauan Seribu (/wikipedia)
=================

Judul :Lelaki Laut
Penulis : Alamsyah M Dja'far
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit : @2010
ISBN :978-979-22-6462-3
Tebal :193 hal

=================


0 komentar:

Posting Komentar