Sabtu, 07 Mei 2011

Ayahku (Bukan) Pembohong

 
Ingatkah kita akan pengalaman masa kecil ketika kita dibacakan cerita oleh orang tua kita ? Tentunya sangat mengasikan karena biasanya kita akan terpukau oleh ceritanya karena  kita seolah-olah berada dalam kisah yang sedang kita dengar itu.

Pernahkah terpikirkan oleh kita bahwa sebuah cerita bisa jadi akan memberi pengaruh yang luar biasa lagi? Bukan hanya sekedar memukau pendengarnya  tapi  juga dapat mempengaruhi jiwa dan pikiran siapapun yang mendengarnya. Hal inilah yang terjadi pada Dam terhadap cerita-cerita sang ayah.

Ayah Dam sendiri adalah seorang  pendongeng yang ulung. Ia menceritakan banyak dongeng-dongeng kesederhanaan pada Dam dengan pembawaan seolah semua dongeng yang ia sampaikan adalah benar-benar nyata. Dam pun tumbuh besar dengan watak dan kepribadian yang sepenuhnya 'berkiblat' pada setiap sisi kebaikan dalam dongeng-dongeng tersebut. Sayangnya, karena dongeng itu begitu mempengaruhi jiwa dan pikiran Dam, ia pun menganggap dongeng  masa muda ayahnya tentang adanya apel emas,lembah bukhara,atau malah kedekatan rahasia ayah dengan el prince,lagenda persepakbolaan dunia, adalah nyata meski fakta benar atau tidaknya semua dongeng-dongeng itu selalu ia kesampingkan.

Seiring berjalannya waktu,kepercayaan Dam pada dongeng  sang ayah mulai goyah. Hal itu bermula dari penemuan sebuah buku tua di akademi tempat dirinya menuntut ilmu. Buku tua itu menjabarkan begitu banyak kemiripan dengan dongeng-dongeng masa muda sang ayah yang selama ini selalu diceritakan kepadanya. Apakah ini sebuah kebetulan ataukah ayahnya--yang terkenal jujur itu--berbohong padanya? Mengetahui hal itu Dam hanya bisa terpukul. Ia tidak sanggup menanyakan kebenaran dongeng-dongeng itu pada ayahnya. Ia tidak ingin menyakiti perasaan salah seorang yang paling dihormatinya itu.

Namun rasa tidak percaya Dam berubah menjadi  kebencian ketika sang ayah membohongi dirinya tentang penyakit yang selama ini diderita ibunya. Dulu ayahnya hanya mengatakan bahwa ibu akan segera sembuh seperti sedia kala. Tapi nyatanya justru sebaliknya. Kesehatan ibu kian parah. Tidak hanya itu saja,Ayah Dam juga beralasan tidak memberi perawatan intensif hanya karena perkataan dari  Raja tidur, tokoh yang dianggap fiktif oleh Dam . Bagaimana mungkin ayahnya percaya pada dongengnya sendiri dan menghubungkannya  dengan situasi ibu ?

Takdir pun bergulir dengan cepat dan tanpa mampu dicegah. Ibu Dam meninggal dunia dan menyisakan kepedihan mendalam bagi diri Dam. Ia menganggap bahwa ayahnya adalah satu-satunya yang patut dipersalahkan atas semua itu. Jikalau ayahnya tidak terobsesi pada dongeng-dongeng itu, kemungkinan besar ibunya mungkin masih bisa tertolong. Sejak hari itu pula, ikatan ayah dan anak itu merenggang tajam.

Bertahun-tahun berlalu, Dam yang telah memiliki keluarga kecil masih  memupuk kebencian pada ayahnya sendiri.Keputusan ayahnya untuk tinggal dirumahnya dan berhubungan dekat dengan kedua cucunya,Zas dan Qon sempat mendapat pertentangan besar oleh Dam. Meskipun sebelumnya ayahnya telah berulang kali meminta maaf atas persoalan ibunya dan menjelaskan bahwa semua dongeng yang ia ceritakan padanya adalah benar, hati Dam tetap menolak mengakui hal itu dan semakin berupaya menjauhkan kedua anaknya dari ayahnya.

Hingga suatu ketika, terjadilah suatu hari yang tak terlupakan dalam hidup Dam. Hari yang membuatnya sadar suatu kenyataan penting tentang ayahnya.  Ayah yang selalu dihormati,ayah yang selalu berbuat kebaikan pada banyak orang,dan ayah yang mengajarkan arti penting  hidup sederhana dengan caranya sendiri,adalah ayah yang selama ini tidak pernah sekalipun berniat untuk membohongi dirinya dengan dongeng-dongeng itu.Semua itu nyata. Senyata kasih sayang ayah pada anaknya.

Secara keseluruhan,aku hanya bisa mengatakan bahwa novel ini : "Luar biasa". Maaf,aku tidak mampu berpikir hal lain selain itu. Aku juga tidak menyangka bahwa Tere Liye mengangkat cerita ayah dan anak dengan semenarik dan sesederhana ini.

Alur cerita maju mundur yang digunakan dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahku dan Hafalan Shalat Delisa juga digunakan disini. Pembaca seakan diajak untuk bertualang dengan perpindahan waktu dari masa kini ke masa lalu hingga akhirnya terungkap setiap detail permasalahan dengan sangat rapi.
Begitupun dengan hubungan emosional para karakternya. Aku seakan ikut merasakan kesedihan,kegembiraan,keingintahuan, penyesalan yang dialami para tokohnya. Dan aku sangat menyukainya hal ini.

Disamping itu,aku menemukan adanya beberapa bagian cerita yang tidak terjelaskan dengan baik seperti halnya pertanyaan Dam di halaman 37. Saat itu Dam masih belum mengerti mengapa kepala sekolah yang merupakan orang luar bisa mengetahui bahwa ayah Dam sangat suka bercerita di rumah. Selama penelusuran cerita aku tetap belum menemukan jawaban pasti untuk menjawab pertanyaan itu. Begitupun dengan sosok Raja tidur yang disebut-sebut ayah Dam. Tidak diketahui dengan jelas siapa sebenarnya sosok yang penuh inspirasi itu.Rekaan ataukah kenyataankah.Tapi,kupikir mungkin saja penulis berusaha memberikan ruang bagi pembaca untuk menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan itu. Mungkin saja,bukan?

Lebih dari itu,dengan senang hati aku memberikan dua jempol pada karya Tere Liye yang satu ini. Karya sastra yang sangat direkomendasikan buatmu sebagai pilihan untuk dibaca.

=================

Judul :Ayahku (Bukan)Pembohong
Penulis :Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit : @2011
ISBN :978-979-22-6905-5
Tebal :304 hal

=================

0 komentar:

Posting Komentar