Senin, 16 Mei 2011

Unfinished Journal

 
Dahulu, tidak banyak atau bahkan sangat jarang ditemukan penulis Indonesia yang mencoba untuk merambah sastra yang bertemakan fiksi fantasy-ilmiah ,dunia yang masih terasa asing untuk digali. Tapi saat ini, penulis Indonesia sudah mulai mencoba untuk memberi variasi diranah perbukuan melalui genre  fantasy berbalut ilmiah modern ditengah kerumunan sastra romansa yang kian menjamur. Satu diantara novel fantasy ilmiah Indonesia itu adalah  Unfinished Journal. Novel  fiksi fantasy ilmiah yang berani tampil dan dianggap  istimewa karena ditulis sendiri oleh penulis yang masih berusia 16 tahun dengan nama  lengkap Fauzi Maulana Hakim atau akrab dipanggil Fauzi.
Novel ini sendiri mengisahkan tentang kehidupan yang terjadi di tahun-tahun terburuk umat manusia setelah terjadinya perang nuklir. Perang ini juga sejalan dengan kerusakan alam yang parah hingga menyebabkan krisis bagi kelangsungan hidup manusia di tahun 2093.

Ardi Nurdiana,remaja berusia 16 tahun yang hidup di zaman penuh kepahitan itu,2093. Kota Bandung yang menjadi tempat tinggalnya itu, kini lebih menyerupai kerangkeng oleh adanya kubah buatan yang memisahkan polusi udara luar dengan didalam kota. Tidak banyak yang bisa dilakukan pemerintah daerah saat itu kecuali tetap mempertahankan populasi manusia dengan segala upaya meskipun harus mengimpor air bersih atau bahkan oksigen yang dihirup masyarakat Bandung.

Masalah mulai muncul ketika keluarga Ardi semakin diperberat oleh adanya tagihan oksigen dari pemerintah daerah. Setiap keluarga di kota Bandung termasuk keluarga Ardi, dengan sangat terpaksa harus  membayar setiap oksigen yang mereka hirup perbulannya disamping dengan krisis air bersih yang sudah lama mereka alami. Karena bagaimanapun juga jika mereka tidak memenuhi ketentuan itu,dengan sangat terpaksa mereka harus dikeluarkan dari kubah buatan yang melindungi mereka selama ini. Dan itu artinya: Mati.

Disamping itu, Abimanyu kakak Ardi yang baru saja pulang dari Palembang mulai memikirkan jalan keluar memecahkan persoalan pelik ini. Ia tidak ingin lambat laun masyarakat kota Bandung mati oleh dehidrasi ataupun keracunan. Maka dari itu ia merencakan kepergiannya ke Amerika dengan melakukan penyusupan untuk mendapatkan teknologi yang mampu menangani persoalan air bersih maupun oksigen yang semakin membelit. Meskipun sebenarnya, Abimanyu tahu bahwa usahanya untuk menyusup ke suatu negara bakal berbalik membunuh dirinya sendiri.

Berbeda dengan Abimanyu,Ardi malah tidak mampu berbuat banyak menghadapi semua ini. Ia lebih banyak merenung dan bersikap pasrah pada setiap kematian yang datang silih berganti terhadap orang-orang terdekatnya. Mulanya kematian kepala sekolah lalu sahabatnya sendiri,Fairuz, harus mati menggenaskan karena keracunan. Keluh kesahnya pun akhirnya ditumpahkan hanya pada profesor Erid yang banyak memberikan masukan berguna untuk menambah semangat hidup setelah kehilangan yang banyak ia rasakan dari setiap kematian itu.

Beberapa bulan berlalu,persoalan ekonomi keluarga Ardi yang mencekik tidak mampu tertolong lagi. Orang tua Ardi pun mengambil keputusan pahit yaitu keluar dari kubah buatan. Mereka tidak sanggup lagi membayar harga oksigen untuk setiap anggota keluarga dan lebih menginginkan agar Ardi tetap hidup dengan sisa uang yang mereka miliki. Tekad kedua orang tuanya pun juga tidak mampu Ardi cegah dan hentikan. Ia pasrah dan hanya mampu marah bercampur sedih atas semua kehilangan ini.

Secercah harapan pun datang dari profesor Erid. Ardi ditugaskan oleh profesor Erid untuk melaksanakan misi kembali ke masa lalu dengan bantuan mesin waktu yang telah ia ciptakan selama15 tahun. Misi yang teramat sulit untuk diemban oleh Ardi. Bagaimana mungkin ia dapat meyakinkan penduduk bumi di masa lalu agar tidak semakin merusak bumi dalam kurun seminggu?ia akan dianggap gila,tentu saja. Tapi,apa lagi yang harus ia lakukan demi menyelamatkan kota Bandung atau bahkan Indonesia di masa depan?

Bisa dibilang novel ini sangat inspiratif dan menghibur. Covernya lumayan asik plus sentuhan ilustrasi yang menawan seperti layaknya City of Ember. Gaya bahasanya juga ringan dan sangat khas remaja. Lebih dari itu,pesan untuk tidak merusak bumi juga teramat jelas  disampaikan oleh penulisnya.

Tapi ada beberapa kejanggalan yang menurutku cukup fatal. Contohnya pada penggunaan koran serta kendaraan seperti bus dan mobil di dalam cerita ini. Ada kontradiksi dimana adanya penjelasan bahwa pohon pada masa ini sangat sulit ditemukan  dan untuk bertahan hidup diperlukan oksigen yang mesti diimpor dari luar negeri, tapi nyatanya  ayah Ardi di jelaskan malah membaca koran dengan santai layaknya yang terjadi pada zaman ini. Begitu pula dengan penggunaan mobil dan bus di dua bab yang sebenarnya tidak dijelaskan bus atau mobil seperti apa. Karena bagaimanapun juga mobil maupun bus bukankah menghasilkan emisi gas buang yang sebenarnya dapat membuat polusi udara?lain halnya bila mobil tersebut sudah tergolong canggih sehingga menggunakan bahan bakar yang bebas polusi.

Sebenarnya selain dua kesalahan tersebut, ada beberapa kesalahan kecil seputar typo dan narasi yang cukup bertele-tele hingga membuat kenyamanan membaca novel ini terganggu. Tapi,  yah ini adalah sebuah novel awal dan aku yakin karya selanjutnya dari penulis ini dapat digarap lebih maksimal lagi kedepannya. Oh ya, epilog novel ini juga menurutku sangat manis. Aku tidak mengira bahwa penulis mencoba mencari jalan tengah yang tidak kupercayai bakal diambil penulis untuk  menyelesaikan semua masalah ini. Sungguh tidak dapat diprediksi.Salut!!!!

=================

Judul : Unfinished Journal
Penulis : Fauzi (Fauzi Maulana Hakim)
Penerbit:Dar! Mizan
Terbit : @2011
ISBN : 978-979-066-579-8
Tebal : 168 hal

=================

0 komentar:

Posting Komentar