Minggu, 08 Juli 2012

Aku, Kamu, Kita

Perjalanan menemukan belahan jiwa merupakan tema yang paling sering diangkat di ranah sastra maupun film dan drama. Tentu saja  jika saat ini ingin tetap  mengangkat tema yang sama dalam sebuah novel, penulis sangat diharapkan pandai-pandai memberi inovasi dan twist menakjubkan dalam ceritanya. Sayang  novel berjudul Aku, Kamu, Kita yang semula berjudul Love So Sweet  ini gagal melakukan hal demikian dan pada akhirnya (maaf) menjadikan novel ini cenderung klise. 

Dalam novel ini, sebenarnya di kisahkan mengenai perjalanan hidup seorang Lisa Ramadayanti dalam mencari cinta sekaligus belahan jiwanya selama ini. Kisah yang di mulai dari kehidupan cinta monyetnya dengan Arlan, teman sekelasnya di masa-masa  SMP. Lisa yang semula membenci Arlan karena tingkah lakunya yang  nakal tiba-tiba merasa kagum pada laki-laki berkulit hitam dan bermuka jenaka itu setelah ia meraih juara di kelasnya. Lisa yang merasa kagum pada Arlan mulai memendam perasaan cintanya dan tidak berniat sekalipun membongkarnya. Ia merasa akan lebih baik untuk berada di zona aman. Hanya diam dan melihat. Tapi sayang, teman sekelas yang dipercayai Lisa malah mengatakan perasaannya itu ke Arlan dan mendapatkan jawaban yang cukup menoreh luka dalam di hati Lisa. Luka yang berasal dari sebuah penolakan.

Setelah itu, Lisa bangkit dari keterpurukan cintanya dan kembali jatuh cinta lagi ketika SMA. Laki-laki yang membuatnya jatuh cinta itu adalah Wahyu,teman baru di kelasnya. Setelah beberapa bulan sama-sama sekelas, Wahyu akhirnya  langsung menyatakan rasa suka dan diterima dengan senang hati oleh Lisa. Hubungan mereka pun berjalan lancar-lancar saja. Tapi setelah dua bulan setelahnya, Lisa yang merasa cintanya pada Wahyu  tidak sebesar ketika Wahyu mencintainya membuat Lisa akhirnya memutuskan hubungan yang baru seumur jagung itu.

Perjalanan Lisa dalam mencari belahan jiwanya pun  terus berjalan. Risa yang sudah menginjak bangku kuliah bertemu dengan sosok laki-laki yang penuh kelembutan bernama Fahri. Ia bertemu laki-laki itu setelah diperkenalkan oleh teman baiknya yang mengirimi Lisa pesan bahwa ada seseorang yang meminta nomor ponsel Lisa. Lisa pun salah tingkah dan merasa ingin bertemu sesegera mungkin dengan Fahri. Dengan bantuan temannya itu, ia akhirnya berjumpa dengan Fahri. Laki-laki itu lembut dan sangat ideal baginya. Tapi lagi-lagi kisah cintanya tak berjalan mulus. Baru beberapa bulan berhubungan, Lisa meminta putus pada Fahri dengan alasan kalau Fahri terlalu lembut,cengeng, dan tidak tegas sebagai laki-laki. Ia pun akhirnya memilih untuk kembali sendiri lagi menyandang status jomblo. 

Tapi kisah cinta Lisa tidak sampai disitu saja,cinta kembali datang ketika ia sudah mengajar di SMP tempatnya dulu menuntut ilmu. Nama laki-laki yang mewarnai kisah cintanya itu adalah Egi. Laki-laki itu juga berprofesi sebagai guru sama seperti dirinya. Tapi Egi punya masa lalu menyedihkan dalam hubungan asmara yang membuat Lisa ikut bersimpati sekaligus semakin dekat dengan Egi. Namun, karena tes CPNS yang mengharuskan Lisa dipindahkan ke sekolah yang jauh membuat kisah cintanya kembali berakhir. Egi merasa ditinggal sendiri dan akhirnya di jodohkan oleh gadis pilihan orang tuanya. Lisa pun kembali sedih untuk kesekian kali. Ia akhirnya hanya bisa mempertanyakan apakah ia benar-benar bisa menemukan belahan jiwanya? Lalu kapankah pertemuan itu terjadi? ia sudah menunggu terlalu lama sehingga ia harus mengecap berbagai pahit manis cinta selama ini. Lalu siapa kah sebenarnya belahan jiwanya itu?

Bagaimana? terasa klise, bukan? 

Seperti yang sudah kubilang di awal-awalnya. Novel ini tidak memberi suguhan inovasi dan twist yang menakjubkan. Semua bagian juga terasa datar dan antiklimaks. Tak ada konflik berarti yang bisa membuat  kisah menjadi greget. Yang ada dan menonjol hanyalah banyaknya adegan-adegan romantis yang sebenarnya ingin terlihat sweet tapi justru jadi terkesan berlebihan dan dibuat-buat .Di tambah lagi adanya gaya bahasa dan diksi yang cenderung kaku serta beberapa peristiwa yang tak bisa aku mengerti.  Seperti misalnya ketika epilog Lisa duduk di pantai dan mengatakan bahwa kalimat 'hiduplah denganku' yang di ucapkan **  kepada Lisa terjadinya di pantai. Bukan kah kejadian itu terjadi di depan kos Lisa ya?. Apa aku yang salah pengertian atau terjadi inkonsistensi?. Entahlah, yang penting semua ini membuatku menyayangkan cover novel berbalut linennya yang manis dan sinopsisnya yang mengundang karena toh jadi tertutup oleh semua kekurangan-kekurangan itu.

Tapi biarpun begitu, aku sangat appreciate dan menganggap novel ini lumayan bagus untuk sebuah debut pertama dari Orina Fazrina yang ternyata  mengidolakan Orizuka ini. Hal-hal positif yang bisa dilihat selain cover dan sinopsisnya ada pada alur ceritanya konsisten di jalurnya dan beberapa pengetahuan mengenai kalimat-kalimat dalam bahasa Banjar ataupun tradisi-tradisi di Kalimantan Tengah yang memberikan suguhan menarik tersendiri.

So, jangan menganggap seratus persen novel ini gak bagus lho. Ini  hanya pendapat subjektif dari aku saja sebagai pembaca. Mungkin saja ketika membaca novel ini ada orang-orang yang suka dan berpendapat berbeda dariku. Tidak masalah. Tapi yang terpenting, dan yang aku harapkan, Orina tetap semangat menulis karena karyanya akan tetap aku tunggu dan berharap ada perkembangan yang signifikan di dalamnya. Orina Fighting!!

=================

Judul : Aku, Kamu, Kita
Penulis : Orina Fazrina
Penerbit: Media Pressindo
Terbit : @2012
ISBN :  978-911-123-4
Tebal : 142 hal
Rating: 2/5

=================

0 komentar:

Posting Komentar