Senin, 30 Juli 2012

The Sherlockian



The Sherlockian
Penerbit: Twelve, Hachette Book Group (2010)
350  hal.
(Pinjam sama Astrid)


Arthur Conan Doyle, sebenarnya rada ‘kesal’ dengan sosok Sherlock Holmes yang ternyata lebih ‘ngetop’ dibandingkan dirinya sendiri – si pencipta tokoh detektif flamboyan yang cerdas itu. Bahkan, para fans Holmes, menganggap sosok itu adalah nyata. Tak jarang Doyle menerima surat yang isi sebenarnya ditujukan kepada Holmes – ada yang minta cariin kucingnya yang hilang lah, minta tangkepin penjahat lah, dan lain-lain.

Maka, di suatu hari, Doyle memutuskan untuk ‘mengakhiri’ kisah Sherlock Holmes dalam ‘Kisah Penutup’ (baca: Memoar Sherlock Holmes). Doyle menerima caci-maki dari para penggemar Holmes yang terkejut. Mereka berduka.

8 tahuh kemudian, lagi-lagi, Doyle membuat kejutan. Dengan ‘memunculkan’ kembali kisah Sherlock Holmes. Kemunculan ini kembali menyisakan misteri, kenapa Holmes muncul kembali? Apa yang terjadi dalam kurun waktu 8 tahun itu?

Sir Arthur Conan Doyle rajin menulis buku harian. Tapi, justru buku harian yang memuat kisah hari-hari selama kurun waktu tersebut hilang.

Tahun 2010, para Sherlockian dikejutkan dengan berita bahwa salah satu anggota Baker Street Irregulars, kelompok Sherlockian yang ekslusif, berhasil menemukan buku harian itu. Tentu saja, para Sherlockian tak sabar menunggu laporan apa isi buku harian itu sebenarnya. Tapi sayangnya, si penemu buku harian itu  justru ditemukan tewas di kamar hotelnya.

Harold White, anggota terbaru dari Baker Street Irregulars, tidak mau menyerahkan perkembangan kasus itu pada polisi. Ia pun mulai melakukan penyelidikan a la ‘Sherlock Holmes’.

Layaknya Sherlock Holmes, baik Doyle maupun Harold memiliki ‘Watson’ mereka sendiri. Doyle dibantu oleh Bram Stroker (yup, sang penulis kisah Drakula), sementara Harold didampingi Sarah, seorang jurnalis yang ingin menjadikan kisah Diary Arthur Conan Doyle ini sebagai kisah ‘comeback’nya ke dunia jurnalistik.

Gue memutuskan untuk memasukkan buku ini ke dalam posting bareng BBI yang temanya ‘Historical Fiction’. Karena, Sir tokoh Arthur Conan Doyle boleh dibilang salah satu penulis yang membuat sejarah dengan tokoh Sherlock Holmes-nya, yang meskipun sudah satu abad, masih tetap memiliki penggemar tersendiri.

Buat gue yang baru saja mulai membaca kisah-kisah Sherlock Holmes, buku ini sangat menarik, sebuah kisah di belakang layar penulisan Holmes. Gak menyangka kan , kalau Doyle justru sebal dengan kesuksesan Sherlock Holmes. 

Reinbach Falls, Switzerland


Gaya penulisannya juga unik. Dua kisah yang berbeda, dengan rentang waktu yang jauh. Hingga akhirnya bertemu di satu titik. Jadi ikutan terharu pas ceritanya selesai.

Yang bikin gue cekikikan adalah saat membayangkan Arthur Conan Doyle dan Bram Stroker harus menyamar jadi perempuan untuk bisa masuk ke dalam sebuah pertemuan yang hanya boleh dihadiri oleh perempuan. Mereka berdua harus mencukur kumis mereka dan rela pake korset. 

Atau, silahkan bayangkan saat pertemuan Baker Street Irregulars, semuanya berdandan ala Sherlock Holmes. Mungkin bakalan tampak lucu, tapi namanya juga nge-fans berat, pastinya bakal diusahakan semirip mungkin dengan sang idola.

Ada thriller, ada juga humornya. 


Tentang penulis (dari goodreads.com):
Graham Moore is a twenty-eight-year-old graduate of Columbia University, where he received his degree in religious history. He grew up in Chicago, which was very cold, and then moved to New York, which was not really as cold, even though people who live there strangely pretend that it is.

He now lives in the not-at-all-cold Los Angeles, despite being the sort of person who thought he would never, ever live in Los Angeles. Life is funny that way.

0 komentar:

Posting Komentar