Senin, 01 Agustus 2011

Sebelas Patriot

Sebelas Patriot
Andrea Hirata
Penerbit Bentang – Juni 2011
125 hal.

Gue mau membuat pengakuan… bahwa inilah buku pertama Andrea Hirata yang gue baca. Gue punya sih Tetralogi Laskar Pelangi, tapi ya itu deh, bahkan Laskar Pelangi pun belum tuntas gue baca. Mumpung ada tulisan Andrea Hirata dalam versi yang pendek, jadilah gue memutuskan untuk membaca buku ini.

Berkisah tentang kenapa seorang Ikal begitu mencintai sepak bola sampai pernah ingin masuk ke dalam tim PSSI. Adalah sebuah foto buram hitam-putih yang mengusik benak Ikal. Foto seorang pria dengan piala di tangan, tapi mimik wajahnya tidak tampak gembira.

Ikal pun mencari tahu siapa sebenarnya sosok di foto itu, kenapa ibunya malah menyembunyikan foto itu ketika Ikal pertama kali melihatnya.

Maka bertanyalah Ikal pada orang-orang yang dianggapnya cukup tua di sana. Terkuaklah misteri tentang pria di foto itu. Cerita yang mengenaskan berawal ketika masa penjajahan Belanda. Sebagai penjajah, tentunya Belanda tidak mau kalah dalam segala hal, termasuk dalam olahraga. Dalam berbagai pertandingan – entah itu bulutangkis, renang, lari – setiap warga pribumi yang nyaris menang, harus ‘otomatis’ kalah menjelang garis finish.

Tapi, di cabang sepakbola, tim pribumi diperkuat oleh 3 kakak beradik yang jagoan banget. Gara-gara berhasil mengecoh tim Belanda, 3 kakak beradik itu harus rela ‘digiring’ tentara Belanda, masuk penjara dan kemudian menjalani kerja paksa. Mereka harus menerima siksaan dari tentara Belanda yang tak rela kalah dari warga pribumi.

Cerita inilah yang ‘memecut’ Ikal. Dengan sepenuh hati, ia memilih sepakbola, berlatih dengan giat, hingga terpilih untuk ikut seleksi junior PSSI di Sumatera Selatan – sampai berburu kaus bertanda tangan Luis Figo di tempat asalnya,

Semua itu dilakukan untuk membuat pria di foto itu bangga. Siapa sih beliau? Baca aja sendiri… abis nanti jadi *spoiler* :D

Tapi, yang jelas, buku ini membuat gue ingin tau lebih banyak tulisan-tulisan Andrea Hirata yang lain. Cerita-ceritanya simple aja, tapi gak gampang dilupain.

0 komentar:

Posting Komentar