Senin, 30 Januari 2012

Book from Secret Santa: The Demon’s Lexicon

Judul               : The Demon’s Lexicon
Pengarang       : Sarah Ress Brennan
Penerjemah     : Rini Nurul Badriah
Editor              : Helena Theresia
Penerbit           : Ufuk Press
Cetakan          : 2, September 2011



            Saya tahu ada yang tidak beres dengan Nick. Pemuda ini terlalu sempurna, terlalu kaku, terlalu kuat, dan terlalu sempurna untuk bisa disebut manusiawi. Adik laki-laki dari Alan Ryvess ini, bersama kakak dan ibunya telah berpindah-pindah rumah dan sekolah demi menghindari kejaran para penyihir yang mengincar jimat mereka. Dikisahkan di awal-awal cerita, ayah mereka, Daniel Ryves, telah menyelamatkan seorang penyihir wanita yang membelot dari klan penyihir berbahaya, Lingkaran Obsidian, dengan membawa salah satu jimat iblis mereka yang paling kuat. Demi melindungi keluarganya, Daniel kemudian mengorbankan diri dengan menembus pentagram sihir yang mengurung keluarga itu ketika Alan dan Nick masih berusia 7 dan 5 tahun. Sejak peristiwa itu, tugas melindungi keluarga berada di tangan Alan.  Kakinyanya bahkan pincang karena terkena serangan api iblis saat hendak berupaya menyelamatkan keluarganya.

            Berbeda dengan novel-novel fantasi yang tengah booming saat ini, penyihir dalam The Demon’s Lexicon digambarkan sebagai tokoh yang jahat. Mereka biasa memanggil iblis dengan menumbalkan kehidupan manusia lain. Dengan menandai korbannya, maka seorang penyihir bisa menghadirkan iblis ke dunia sekaligus meminta apa yang ia inginkan sebagai imbal-balik dari jasanya.

            Tingkat pertama adalah kedua torehan itu. Itulah pintu masuknya. Begitu dibuat, para iblis mengetahui ada titik lemah, dan mereka mulai berkumpul di pintu penghubung kedua dunia. Mereka dapat melacakmu setelah tanda pertama itu ada. Tingkat kedua adalah segitiganya. Tiga titik sama sisi … tiga tusukan sama sisi … dan itu artinya seseorang harus mati. …Di dalam pintu, di dalam segitiga, ada mata. Itulah yang ketiga. Begitu kau memilikinya, mereka menguasaimu. (hlm. 37)

            Cerita ini dibuka dengan cepat, ketika dapur Alan dan Nick diserbu oleh gagak-gagak hitam serta ular kabut, yang ternyata adalah jelmaan penyihir. Mereka lalu didatangi oleh Mae dan adiknya Jamie—yang telah ditandai dengan tingkat tiga. Dengan membawa mamanya yang agak tidak waras, Nick dan Alan harus berjuang menyelamatkan dua orang lagi. Cerita ini adalah tentang pertempuran antara manusia dan penyihir + iblis. Nick digambarkan sebagai seorang pemuda ahli pedang yang sangat kuat (terlalu sempurna malah sebagai pemuda 17 tahun) sementara kakaknya si Alan, yang pincang dan lemah dalam bela diri, adalah sosok yang cenderung lebih manusiawi (walaupun kadang juga terlalu baik).

Walau didominasi oleh adegan aksi menembak menyihir dan menebas iblis, The Demon’s Covenant lebih menyorot aspek psikologis yang terjadi dalam diri Nick. Kita diajak untuk mengulik apa dan bagaimana pergulatan aneh yang berkecamuk di benak Nick. Pemuda itu luar biasa kuat secara fisik, tetapi di dalam kepribadiannya, Nick tahu bahwa ada yang salah dengannya. Itulah kenapa Alan begitu menyayangi  dan seolah ingin selalu melindungi adiknya, padahal tubuhnya lemah. Lanjut ke cerita, lima orang tersebut akhirnya harus mendatangi langsung markas dari Lingkaran Obsidian demi menemukan penangkal untuk Jamie dan juga Alan (yang telah ditandai oleh penyihir karena menyerahkan jimat perlindungannya pada Mae. 

Di tempat itu pula terjadi pertempuran terakhir yang menentukan antara mereka dengan pimpinan Lingkaran Obsidian, sang Black Arthur, penyihir terkuat. Ironisnya, Nick terkurung oleh pentagram pengurung, sementara Alan, Mae, dan Jammie juga tertangkap. Dalam keadaan terkurung inilah Nick mengetahui jati dirinya yang sebenarnya, yang selama ini berupaya ditutup rapat oleh Alan. Ternyata, kuncinya ada di Nick sendiri. Kok bisa, baca saja novel yang seru dan unik ini karena twist-nya memang ada di situ.

The Demons’ Lexicon unik sekaligus menarik karena mampu menghadirkan ramuan yang pas antara ketegangan aksi dan kerumitan perang batin, antara persaudaraan dengan pertemanan, antara bumbu-bumbu romantisme dan  praktik-praktik sihir yang banyak dijumpai di Barat. Sebuah novel pendek tapi terasa utuh dan memuaskan saat selesai dibaca. Membacanya, kita akan mendapatkan banyak cerita seru sekaligus ajaran-ajaran kokoh tentang pentingnya ikatan kekeluargaan, tentang besarnya arti pengorbanan, dan tentang indahnya melindungi orang-orang yang kita cintai. 


Terima kasih kepada my secret santa, Mbak Astrid Felicia Lim yang dalam kadonya terselip daun indah dari negeri Rivendell. Bukunya keren ini mbak, sekeren saya #eh.

0 komentar:

Posting Komentar