Senin, 30 Januari 2012

Ondel-Ondel Nekat Keliling Dunia


Ondel-Ondel Nekat Keliling Dunia
Luigi Pralangga @ 2011
Penerbit Qanita, Cet. I – November 2011
332 Hal.
(swap sama Alvina)

Bekerja di PBB rasanya suatu hal yang keren. Kantornya di Amerika gitu lho… Selama ini kan, kalo ngeliat di film-film, kaya’ya keren banget.. gak semua orang bisa ngator di situ, bahkan pasti susah banget buat masuk ke gedung PBB.

Nah, tersebutlah Luigi Pralangga – yang menyebut dirinya sebagai Ondel-Ondek Nekat di buku ini. Ia beneran nekat melepas pekerjaan di sebuah perusahaan telekomunikasi bergengsi di tanah air demi berjuang di Amerika. Padahal selama ini tempat tujuan impiannya bukanlah Amerika, tapi Kanada. Yah, dengan pikiran positif, Luigi nekat berangkat.

Di Amerika, kerjaan gak langsung enak. Lagi-lagi modal nekat, dan pe-de yang sangat tinggi, akhirnya membuat Luigi berhasil menembus berbagai test dan resmi berkantor di salah satu kantor perutusan/perwakilan Indonesia di PBB. Tapi, ternyata Luigi bukan jadi pekerja kantoran di belakang meja., ia tergabung dalam sebuah misi sebagai ‘peacekeeper’, salah satunya adalah misi di Irak, yaitu tergabung dalam misi inspeksi Senjata Pemusnah Massal (mengerikan bukan?). Dan selanjutnya, ia bergabung dalam UNMIL – misi perdamaian dan kemanusiaan untuk Liberia.

Sebagaian besar buku ini bercerita tentang kehidupan Luigi di Negeri Bau Kelek (yuksss….), negeri yang orang-orangnya berkulit maghrib alias gelap (ooppss… maaf untuk yang berkulit gelap.. bukan gue lho yang nulis.. gue hanya ‘mengutip’).

Sebagaiman Negara yang sedang konflik, kehidupan di sana jauh dari yang namanya enak. Harga serba mahal, lebih miris lagi melihat anak-anak dan para perempuannya. Anak-anak bersekolah dengan membawa bangku sendiri, memakai seragam yang warnanya sudah pudar dan sekolah yang kondisinya menyedihkan. Itu baru sebagian yang beruntung bisa sekolah. Yang lainnya, terpaksa membantu orang tuanya berjualan di pasar, dengan baju yang robek sana-sini. Para perempuan juga bekerja sambil membawa anak-anak mereka yang masih bayi. (mungkin gak jauh beda dengan kondisi di beberapa tempat di Indonesia kali ya)

Tapi mereka ternyata juga mengenal ajang “Miss-Miss’an lho… adanya Miss Liberia dipergunakan sebagai salah satu sarana untuk menyerukan perdamaian. Tugas si Miss Liberia ini menyampaikan berita di kota untuk para penduduk desa, atau sebaliknya.

Yang membuat pekerjaan ini semakin terasa berat adalah harus berjauhan dengan keluarga. Apalagi saat bulan Ramadhan… duh.. rasanya ‘perihhh’… hehehe

Pengalaman yang unik, yang patut di-share ke banyak orang. Untuk memotivasi terutama para kaum muda. Tapi, buat gue, cerita di setiap bab terasa terlalu singkat. Entah mungkin banyak yang pengen diceritain, daripada bukunya ketebelan, jadi diceritakan sesingkat mungkin plus bonus banyolan yang kadang garing, tapi bikin bingung.. apakah ini beneran ataukah khayalan penulis.

Ini pertama kali gue membaca buku bertinta biru. Gak masalah sih. Font-nya besar, jadi enak bacanya. Tapi yang rada bikin ‘masalah’ adalah foto-fotonya. Beberapa ukuran terlalu kecil, dan gak jelas gambarnya apa. Apalagi objek fotonya ‘berkulit gelap’, jadi menambah ketidakjelasan foto itu.

3 ondel-ondel nekat untuk buku ini.

Silahkan kalo mau kenalan sama si Ondel-Ondel Nekat ini di http://pralangga.org/

0 komentar:

Posting Komentar